"I saw myself in his eyes. My heart trembled voicing the longing that I don't know why."
-Lee Jeno
Selamat siang kota seoul.
Jeno melirik ke kanan dan ke kiri, sudah lama ia tidak pulang dan sudah banyak yang berubah dari kota ginseng ini, kecuali entertainment yang selalu eksis dengan idol-idol mereka. Di setiap tahunnya pasti ada yang baru.
Tapi suasananya masih sama, tak dapat di pungkiri suasana ini yang selalu jeno rindukan.Memang chicago dan seoul sama sibuknya namun entah kenapa negara tempat dimana ia lahir memiliki suasana yang menurut jeno agak berbeda.
Mari persingkat dan katakan bahwa jeno rindu negara tempatnya lahir. Sejauh apapun kita pergi pasti kita akan pulang ke rumah. Dan jeno kini sedang berjuang mencari rumahnya.
Tengah asik melamun tiba-tiba tubuhnya tertarik ke depan, bunyi rem mobil berdecit di barengi dengan suara jatuh.
"Ada apa?" Jeno membuka suara.
"Maaf tuan ada anak kecil yang menyebrang sembarangan" jawab supir pribadi jeno.
Sebenarnya jeno pun tidak tau mesti menyebut supir pribadinya atau bukan karena saat ia menginjakkan kaki di bandara internasional incheon seseorang dengan kertas bertulis "tuan Lee Jeno" menyambutnya dan mengatakan akan mengantarkannya ke kediaman kakaknya.
Awalnya sempat ada perdebatan kecil karena jeno tidak tau bahwa ia akan di antarkan ke kediaman kakaknya, setaunya ia akan menetap di apartemen milik sang kakak, jeno langsung menghubungi mark dan ternyata mark lupa jika apartemennya telah ia jual 3 bulan yang lalu, jadi ia menyuruh jeno untuk tinggal di rumahnya yang ada di seoul.
Sifat pelupa kakaknya ternyata memang sudah mendarah daging. Jeno tidak mempermasalahkannya karena kakaknya sudah banyak membantunya.
Jeno langsung turun dari mobil dan ternyata benar mereka menabrak seorang anak kecil. Anak itu tengah meringis karena sikunya berdarah.
"Nak kau tidak apa?" Tanya jeno.
Anak itu mendongkakkan kepalanya menatap orang yang tadi bertanya padanya. Mata hitam mereka bertemu, jeno tertegun ia diam memandangi anak kecil yang terus meniup niup sikunya yang terluka.
Batinnya berbisik 'perasaan apa ini? Kenapa anak ini seperti tidak asing? Dan kenapa rasanya aku sangat merindukannya?'
Pranggg
Sebuah cangkir kopi terjun bebas menyentuh lantai. Suaranya membuat ahra tersadar dari lamunannya.
Melirik ke arah keributan karena sebuah cangkir kopi, ia melihat staf kafenya menunduk meminta maaf atas kekacauan yang ia buat.Ahra hanya menghela nafas pelan entah cangkir keberapa dalam seminggu ini yang staf kafenya pecahkan, mungkin ahra harus membuka papan pengumuman baru di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Gonna Be Okay
FanfictionKita akan belajar penyesalan dari sebuah kesalahan. Banyaknya pilihan dan perasaan ragu. Jisung hadir karna kesalahan kedua orangtuanya, tapi apakah jisung pantas di benci? Tentu tidak. Bagi ahra jisung adalah sebuah anugerah walau datang dari keb...