"Mom do you miss me?"
Piring-piring di depan mereka sudah bersih tanpa sisa makanan, bahkan gelas-gelas di sana sudah kosong. Si kecil mengusap perutnya sambil tersenyum, rasanya perutnya akan meledak dia sangat kenyang malam ini.
Pria dewasa di depannya hanya menatapnya lantas menggelengkan kepalanya. Anak ini badanya kecil namun porsi makannya bukan main, ia takjub saat jisung memesan 1 mangkok ramen lagi tadi. Selapar itu kah anak ini? Atau mungkin ibunya tidak mampu memberikannya makanan yang layak?
"Jika di lihat kau bahagia sekali, belum pernah makan ramen?"
Tanya jeno pada anak di depannya.
Jisung tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapih dan matanya yang tersisa segaris.
Jisung menggerakkan lengan dan jari-jari mungilnya untuk menjawab pertanyaan jeno.
"Ibuku sangat pandai memasak paman, saking pintarnya wanita cantik itu selalu memberikanku dedaunan"
Jeno yang melihat itu tertawa geli. Benar, ia pun tak tau kenapa semua ibu terobsesi dengan sayur? Dan selalu mencekokki anaknnya dengan sayur? Bahkan menjadwalkan pengkonsumsian makanan instan, selalu memilih jajanan apa yang baik untuk putranya, ah itu menyebalkan.
"Biar ku tebak, ibumu sangat cerewet soal segala sesuatu yang kau makan?"
Jisung mengangguk dengan semangat, ia sangat membenarkan ucapan jeno barusan. Oh ayolah bahkan ia tidak bisa makan jajanan kantin, karena ibunya akan selalu memasakkannya makanan dan akan selalu mengeceknya tempat makannya di rumah.
Pernah sekali jisung tidak memakan bekal yang ibunya buat dan berakhir ibunya menangis karena hasil kerja kerasnya sia-sia, entahlah itu memang menangis atau alibi ahra agar putranya terus menghabiskan bekalnya tapi yang jelas jisung ikut menangis saat itu.
Jisung ingat betul kejadian pilu itu, dimana ibunya menangis di depannya sambil berguman 'Makanan eomma tidak enak ya?' dan itu membuat hati jisung sakit dan ikut menangis sejadi-jadinya sambil memeluk ibunya.
Eh? Bukankah harusnya ia ada di rumah saat ini? Ini pukul berapa? Kenapa langit sudah gelap sekali? Ibunya bagaimana? Pasti dia cemas karena ia belum kembali. Bagaimana jika ia di marahi pamannya? Uh itu mengerikan.
Semua pikiran itu terus berputar di otaknya, yang paling sering terlintas adalah apakah ibunya menangis? Jisung sangat takut membuat ibunya menangis.
Jisung bergerak resah di bangkunya, membuat jeno yang tadi sedang fokus pada ponselnya mengalihkan padangan dan menatap jisung di depannya. Gerakan gusarnya memancing rasa penasaran jeno.
"Hei tikus, ada apa?"
Tanya jeno dengan raut yang bingung, baru saja anak ini tertawa sekarang sudah seperti orang yang panik kalang kabut memasukkan barangnya ke dalam tas sekolahnya.
Jisung menggerakkan lengannya, mulutnya ikut mengucap kalimat yang membuat jeno refleks melihat jam di tangannya.
"PAMAN AKU HARUS PULANG EOMMA PASTI CEMAS!"
"AH IYA AKU HARUS MENGANTARKANMU PULANG, AISH KENAPA BISA LUPA?!"
Melihat pria di depannya ikut panik jisung gemas di buatnya, ini bukan saatnya panik mereka harus cepat bayar pada paman jepang tadi.
Jisung menggerakkan tangannya sedikit kasar, menandakan ia sedikit kesal. Gerakan tangan itu sedikit bertenaga dan raut marah itu sudah cukup membuat kesadaran jeno kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Gonna Be Okay
Fiksi PenggemarKita akan belajar penyesalan dari sebuah kesalahan. Banyaknya pilihan dan perasaan ragu. Jisung hadir karna kesalahan kedua orangtuanya, tapi apakah jisung pantas di benci? Tentu tidak. Bagi ahra jisung adalah sebuah anugerah walau datang dari keb...