Seperti yang telah dijanji-kan tadi, Renjun dan Wooseok sudah sampai di gedung pencakar langit milik perusahaan Lee Coorporation.
Bangunan yang sudah lama tidak Renjun kunjungi. Bangunan yang hampir bangkrut, kalau saja Renjun tidak turun tangan. Bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan rumah tangganya untuk mempertahankan bangunan ini.
"Kau bisa pulang kalau kau tidak bisa. Aku akan panggilkan supir untuk mengantarmu pulang." Ucap Wooseok, melihat Renjun dengan tatapan khawatir.
Renjun menutup matanya, menghela nafasnya lalu membuka matanya, menatap Wooseok penuh keyakinan. "Aku sudah tidak apa-apa. Lagipula itu sudah berlalu." Ujar Renjun.
Wooseok menghela nafasnya pasrah. Percuma membujuk Renjun. Renjun itu sangat keras kepala aslinya, dan hanya Jeno yang bisa membuat Renjun mengalah.
"Yah, Renjun-ah! Aku lupa membawa pulpen-ku. Tolong ambilkan di dalam mobil?" Pinta Wooseok.
Renjun mencebik kesal, mengeluarkan pulpen miliknya. "Pakailah pulpen-ku terlebih dahulu." Ujar Renjun, memberikan pulpennya kepada Wooseok, namun di tolak-nya.
"Tidak bisa Injun-ah. Pulpen itu sangat membantu-ku untuk tidak membuatku gugup. Tolong." Pinta Wooseok diiringi agyeo di akhir kalimat tolong.
Renjun mendecih jijik ketika melihat Wooseok yang tingginya seperti tiang, melakukan aegyo didepannya, yang menurutnya sangat tidak pantas. "Oke-oke! Akan aku ambilkan." Final Renjun.
Wooaeok tersenyum. "Gumawo Injun-ah." Ucap Wooseok lalu segera masuk kedalam perusahaan Lee.
Renjun segera mengambil pulpen milik Wooseok yang ada di dalam mobil. Untung saja mobilnya Wooseok belum di pindahkan ke tempat parkir. Jadi, dirinya tidak berjalan jauh menuju basement.
Setelah mengambil, Renjun langsung bergegas masuk kedalam lobby.
Renjun terperangah dan kaget ketika dirinya baru masuk, dirinya sudah disambut senyuman serta sapaan hangat dari para karyawan.
"Selamat pagi Nyonya Lee." Sapaan dari para karyawan di sepanjang jalan dirinya menuju lift.
Renjun terus tersenyum dan menyapa balik para karyawan dengan tatapan kaget.
Bagaimana bisa karyawan masih mengenal dirinya dan memanggil dirinya dalam sebutan nyonya Lee? Padahal para karyawan tau kalau dirinya dan Jeno sudah lama berpisah.
*ting* suara lift yang terbuka. Renjun langsung keluar dan menuju ruang meeting. Sebelum masuk, Renjun mengetuk pintunya terlebih dahulu, lalu masuk ke dalam setelah di bolehkan masuk.
"Selamat pagi Tuan Lee, selamat pagi semuanya." Sapa Renjun yang mengalihkan atensi ruang rapat.
Jeno yang tengah memperhatikan perjalanan rapat pun terhenti ketika mendengar suara yang sangat ia kenal.
Langsung saja ia menoleh untuk melihat siapa orang itu, dan benar seperti dugaannya. Bahwa orang itu adalah Huang Renjun, perempuan yang sudah menyakiti hatinya.
Decihan langsung keluar dari mulut Jeno ketika dirinya menatap manik mata Renjun. "Mau apa kau kesini?" Sarkas Jeno yang dibalas senyuman lembut Renjun.
Senyuman yang selalu Jeno rindukan di setiap harinya, dan juga yang membuatnya merasakan sakit.
"Maafkan atas keterlambatan sekertaris-ku. Lai Renjun, dimana pulpen-ku?" Tanya Wooseok, menyela perkataan Renjun.
Renjun tersenyum lalu segera jalan menuju Wooseok, duduk di samping Wooseok lalu memberikan pulpen itu.
'Lai Renjun? Renjun sudah menikah lagi?' Batin Jeno menatap Wooseok dan Renjun secara bergantian.
'Tapi dengan siapa? Wooseok? Marga Wooseok itu Jung bukan Lai. Seperti terlihat marga dari China? Apa--'
"Tuan Lee, bisakah kita lanjutkan meeting kita yang tertunda?" Tanya Wooseok, membuyarkan lamunan Jeno.
Jeno terperanjat lalu mengangguk. "Lanjutkan." Ujar Jeno kepada bawahannya yang dibalas anggukan mengerti.
---
Setelah beberapa menit berlalu, kesepakatan pun menjadi pengakhir di acara meeting kali ini. Wooseok yang bersedia menjalin kerjasama dengan perusahaan Lee.Setelah rapat selesai, semua staff langsung bergegas keluar, menyisakan Jeno,Wooseok serta Renjun yang tengah menunggu Wooseok keluar.
"Semoga kerjasama ini bisa berjalan tanpa hambatan." Ujar Wooseok, menjabat tangan Jeno.
Jeno tersenyum sekilas sebelum membalas jabatan tangan Wooseok.
"Eum, yasudah kalau gitu. Kami pamit kembali." Final Wooseok lalu pergi meninggalkan ruangan.
Namun belum sampai dirinya membuka pintu, suara Jeno mengalihkannya. "Apakah kalian ingin makan siang bersama?" Tawar Jeno, menatap Wooseok dan Renjun secara bergantian.
Renjun yang ditatap Jeno pun acuh. Ini bukan hak dia untuk mrngiyakan atau menolak ajakan Jeno. Semua tergantung Wooseok.
"Maaf Tuan Lee. Aku harus menjemput Tuan Lai di bandara hari ini. Tuan Lai yang merupakan direktur utama perusahaan ini akan pulang." Tolak Wooseok dengan senyumannya.
"Tuan Lai suami Nona Renjun?" Tanya Jeno tanpa pikir panjang. Sungguh, otaknya sudah lelah berfikir yang tidak-tidak.
Wooseok tersenyum lalu mengedihkan bahunya acuh. "Pertanyaan-mu yang satu ini tidak bisa aku jawab. Karena bukan termasuk urusanku. Kau bisa bertanya langsung kepada nona Lai." Ujar Wooseok.
"Tapi yang aku dengar, kalian merupakan sepasang mantan suami-istri bukan? Menurut pendapatku, ini bukan urusan-mu apakah tuan Lai itu suami atau kekasih dari Nona Lai." Ujar Wooseok sebelum menggenggam tangan Renjun keluar.
Jeno tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut Wooseok. Bagaimana dirinya tau kalau Jeno dan Renjun sepasang mantan suami-istri? Apakah Renjun yang memberitahu-nya?
*drtdrt* dering telepon mengalihkan pandangan Jeno yang menatap punggung Renjun yang menghilang dibalik lift.
Dengan malas, Jeno mengangkat telepon itu.
Hallo Jeno, kau dimana? Aku sudah di restaurant biasa untuk makan siang.
Maaf aku tidak bisa. Aku ada meeting dadakan siang ini.
Ujar Jeno lalu memutuskan sambungannya secara sepihak. Bergegas menunju ruangannya dan mendudukkan dirinya dibangku kerajaannya.
---
"Mati kau Jung Wooseok!" Teriak Renjun ketika sampai di ruangannya.
Renjun segera menaruh tasnya diatas meja lalu segera masuk ke dalam ruangan Wooseok tanpa mengetuk pintu.
Wooseok yang sudah tau kalau Renjun akan memgamuk pun segera menghindar dari amukan Renjun. Namun sepertinya hari ini bukan hari keberuntungannya, karena Renjun yang sigap menangkapnya. Renjun segera memukuli Wooseok secara brutal dengan bantal yang ia ambil di sofa.
"Yak! Renjun-ah! Kenapa kau memukul-ku?" Teriak Wooseok seraya melindungi dirinya. Tenang saja, wajah tampannya tidak akan kena karena tinggi Renjun tidak akan mampu mengenai wajahnya.
"Kau masih bertanya kenapa?! Kenapa kau dengan sembarangan mengubah marga-ku?!" Teriak Renjun murka.
"Memangnya kenapa?! Seharusnya kau bersyukur! Dengan begitu, kau tidak akan pernah diganggu dengan Jeno- yak! Sakit Renjun-ah!" Teriak Wooseok disaat Renjun menendang tulang keringnya.
Wooseok meringis. Renjun walaupun kecil, tenaganya tidak bisa dianggap remeh.
"Marga-ku itu Huang! Kenapa kau ganti dengan marga-nya Guanlin?!" Rutuk Renjun kesal dan masih meluapkan kekesalannya kepada Wooseok.
Wooseok yang kesal dan sudah merasakan panas akibat pukulan Renjun pun menangkap tangan Renjun dalam sekali hentak.
"Maafkan aku. Sekarang, bisakah kau berhenti?" Pinta Wooseok dengan tatapan melas-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANGE - NOREN
FanfictionINI CERITA KHUSUS LEE FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER BAIK LEE JENO, HUANG RENJUN MAUPUN PARK JISUNG. SHIPPER INI MENYANG...