2. Are you sure?

887 48 0
                                    

"Logan! Yak! Tunggu aku!" Teriak Nara kepada Logan yang lebih dulu berlari, meninggalkan dirinya.

Memang menyebalkan mempunyai sepupu semacam Logan! Sangat-sangat menarik urat.

"Mampus!" Pekik Nara spontan ketika melihat Logan menabrak seseorang.

Langsung saja Nara berlari menghampiri orang itu dan Logan.

"Hahaha rasakan! Siapa suruh meninggalkanku!" Ledek Nara, menertawakan Logan namun tetap membantu gadis itu berdiri.

"Kau tak apa? Maafkan sepupu-ku ya!" Ucap Nara dengan senyuman manisnya.

"Appa." Ucap orang itu secara tiba-tiba seraya menatap Logan.

Logan yang dipanggil dengan sebutan Appa-pun tersentak kaget. Berbeda dengan Nara yang sudah tertawa terbahak-bahak. "Haha! Aku tau kalau sepupu-ku ini mukanya sangat boros! Tapi aku tidak menyangka bahwa dirinya dipanggil Appa." Ujar Nara yang masih tetap mempertahankan tawaannya.

Orang itu terkejap, lalu menggelengkan kepalanya dan meminta maaf. "Ah mian. Aku tidak bermaksud untuk mengatai-mu. Wajah-mu sangat mirip dengan Appa-ku sewaktu kecil. Jadi aku langsung spontan bilang Appa,  maafkan aku." Ujar gadis itu.

Logan hanya berdeham sebagai jawaban, melirik Nara yang masih tertawa. Logan yang jengah pun akhirnya menyikut Nara dan membuat sang empuh berhenti, menatap Logan dengan nyalang.

"Kau mau masuk tidak?" Tanya Logan dengan ketus.

"Tentu saja!" Ujar Nara yang ingin menarik Logan namun ditahan oleh gadis tadi.

"Heum, maaf. Tapi bisakah kau memberitahu-ku dimana ruang kepala sekolah? Aku murid baru disini dan sedaritadi mencari keberadaan ruang kepala sekolah, namun tidak menemukannya." Pinta gadis itu.

"Kau tidak akan bisa menemukannya! Ruang kepala sekolah itu ada di belakang, terus berada di paling ujung gedung sekolah ini." Ujar Nara.

"Eum, bolehkah aku minta tolong supaya di antarkan?" Tanya gadis itu.

Nara sempat berfikir, menatap Logan dengan tatapan memohon.

Logan yang melihat itu hanya bisa mendengus kasar sebelum menjawab. "Tidak!" Ucap pria itu yang membuat Nara mendecak kesal.

"Oh Logan! Ayolah! Hanya sekali saja!" Pinta Nara dengan tatapan memohon.

"Andwe!" Tolak Logan yang ingin meninggalkan Nara, namun berhasil di cegah Nara.

"Oke oke oke! Tunggu sebentar!" Ujar Nara. Menatap sekitar sampai pada akhirnya pandangannya jatuh kepada adik kelas yang tengah berjalan.

"Eunhi!" Panggil Nara yang membuat sang empuh menoleh dan menghampiri Nara.

"Eumm--"

"Rachel." Ujar gadis itu memperkenalkan diri, seakan tau apa yang ingin Nara katakan dari pandangan mata.

Nara tersenyum. "Eum, Rachel maaf. Aku tidak bisa mengantarkan-mu. Samoyed akan marah kalau aku mengantarkanmu. Sebagai gantinya, aku akan mengirimkan Eunhi untuk mengantarkanmu." Ujar Nara lalu menarik tangan Eunhi.

Setelahnya, Logan langsung menarik tangan Nara agar menjauh dari sana.

"Kajja!" Ujar Eunhi kepada Rachel yang menatap kepergian Logan dan Nara.

'Misterius.' Batin Rachel sebelum pergi mengikuti Eunhi.

Sampai di kelas, Nara langsung duduk di samping Logan yang sudah menenggelamkan kepalanya diatas  meja.

"Semalam tidur jam berapa?" Tanya Nara menerka bahwa sepupunya ini pasti tidur larut lagi.

"Jam 10." Sahut Logan secara asal yang dibalas dengusan kasar oleh Nara.

"Jangan berbohong! Aku tau kau tidur larut semalam! Mengendap-endap untuk mengambil makanan yang ada di dalam kulkas." Ujar Nara.

"Berati kau juga tidur larut dong?!" Balas Logan yang langsung di gelengi kepala oleh Nara.

"Tidak, aku terbangun karena haus. Ketika ingin mengambil minum di dapur, aku melihat-mu mengendap-endap seperti maling. Alhasil aku mengumpat." Ujar Nara.

"Jadi, jam berapa semalam kau tidur?" Tanya Nara sekali lagi.

Logan sempat berfikir sejenak sebelum menjawab. "Jam 4 pagi." Jawab Logan.

Nara mendecak kesal mendengar jawaban dari Logan. Logan itu sering sekali tidur larut! Padahal dirinya sudah pernah masuk rumah sakit karena tidur yang selalu malam.

"Game lagi?" Terka Nara yang diangguki kepala oleh Logan.

"Kenapa bermain game setiap malam sih?! Kan bisa pas pulang sekolah, abis main game lanjut belajar, habis itu kau bisa tidur." Jelas Nara.

Logan mendengus kasar. Posisi yang tengah tidur pun akhirnya ia tegakkan kembali. Menatap Nara dengan tatapan jengah.

"Kau tau kenapa aku tidur larut tadi malam? Sebenarnya aku ingin tidur jam 12. Namun ada satu pemain yang memancing amarah-ku! Dia mengataiku tidak bisa bermain dengan benar dan permainanku itu hasil dari cheat! Padahal-kan aku tidak seperti itu!" Sentak Logan yang kesal karena mengingat kejadian semalam.

Ya, semalam dirinya bermain team dengan acak. Dirinya bermain dengan hebat, namun ada saja pemain yang mengatakan bahwa dirinya cheat. Padahal-kan tidak! Logan memang mengabdikan dirinya dalam game, jadi dia memang sudah bisa dibilang jago kalau urusan game!

"Kenapa kau mendengarkan perkataan dia?! Kau bisa saja menghiraukannya dan tidur." Sentak Nara.

"Tentu saja aku tidak bisa! Aku-kan tidak cheat! Mana bisa aku diam saja ketika ada orang yang menuduhku sembarangan!" Sentak Logan tak terima.

Baru saja Nara ingin membalas perkataannya lagi, Guru datang dan membuat Nara mengurungkan niatnya.

"Selama pagi anak-anak. Mrs ingin memberitahu-kan bahwa hari ini kita kedatangan murid baru." Ujar Mrs, Lee.

Nara menyikut Logan yang tengah terdiam. "Apakah orang yang tadi?" Tanya Nara yang hanya dibalas kedihan bahu oleh Logan.

Tak lama orang itu datang. Nara tersenyum ketika melihat orang yang tadi ia temui datang.

Setelah orang itu memperkenalkan diri, orang itu bergegas duduk di belakang Nara.

"Hai Rachel!" Sapa Nara dengan senyuman manisnya dan di balas oleh Rachel.

***

Dilain sisi, Renjun tengah selesai berkutat dengan pekerjaannya. Merenggangkan tubuhnya sebelum akhirnya beranjak dari kursinya.

Setelah mengambil ice coffe latte, Renjun kembali ke kursinya. Mengecek agenda yang ada untuk Wooseok.

"Ternyata ada meeting dengan perusahaan Lee." Ujar Renjun menatap kertas agenda dengan seringai khasnya.

Renjun menuju ruangan Wooseok, mengetuk pintunya terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk kedalam setelah diizinkan oleh Wooseok.

"Siang ini kau ada meeting dengan perusahaan Lee." Sahut Renjun kepada Wooseok yang tengah fokus dengan kerjaannya.

"Kau ikut?" Tanya Wooseok tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas.

"Tentu saja." Jawab Renjun yang membuat Wooseok menghentikan kegiatannya, menatap Renjun dengan tanda tanya.

"Kau yakin?" Tanya Wooseok ragu. Wooseok serta Guanlin sudah tau masalah tentang rumah tangga Renjun.

"Tentu saja Wooseokie!" Jawab Renjun dengan lantang dan masih dibalas tatapan ragu oleh Wooseok.

"Aku tidak akan memaksamu Renjun. Kalau kau belum siap, aku akan mencari pernggatimu sementara untuk menemaniku--"

"Tidak! Aku akan menemani-mu kesana!" Potong Renjun dengan cepat.

Wooseok menghela nafasnya kasar. "Oke kalau itu keputusanmu. Namun aku ingatkan sekali lagi. Kau boleh mengatakan keberatan kepadaku. Biar aku yang mencari pengganti-mu." Ujar Wooseok.

RAVANGE - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang