"Lee Renjun-ssi, bisakah kita bicara?" Ujar seseorang ketika dirinya hendak masuk kedalam lobby.
Renjun menoleh. "Huang Renjun." Ralat Renjun menatap lawan bicara yang ada dihadapannya.
"Jadi, apa mau anda Tuan Lee?" Tanya Renjun yang masih stay menatap Jeno.
"Bisakah aku meminta waktu-mu untuk bicara berdua?" Tanya Jeno.
Renjun menaikkan tangannya, menatap jam-nya sejenak.
"Maaf. Tapi istri-ku tidak ada waktu untuk-mu. Jam kerja istri-ku sudah di mulai." Ujar seseorang yang baru saja datang dengan gagahnya, merangkul pinggang Renjun dengan tangan kanan-nya, serta tangan kirinya yang ia masukkan kedalam saku.
"Guanlin?!" Cicit Renjun yang kaget akan kedatangan Guanlin.
Gimana tidak kaget kalau dirinya diberitahu bahwa Guanlin akan pulang seminggu lagi. Nyata-nya apa? Dalam waktu 3 hari, dirinya sudah ada disini.
"Aku tidak bertanya dengan anda Tuan Lai. Aku berbicara kepada Huang Renjun." Ujar Jeno dengan santai, menatap Renjun.
Guanlin menyeringai mendengar perkataan Jeno. "Baiklah. Aku akan mengizinkan kau berbicara dengan istri-ku." Ujar Guanlin.
"Tapi kalau dia mau." Tambah Guanlin, menatap remeh Jeno.
Semua mata tertuju pada Renjun, entah Guanlin ataupun Jeno.
"Mian. Tapi benar apa kata Guanlin. Aku harus bekerja." Ujar Renjun yang dibalas senyuman kemenangan oleh Guanlin.
Guanlin langsung memasang wajah songongnya. "Permisi Tuan Lee. Aku dan istri-ku harus bekerja." Pamit Guanlin, merangkul erat pinggang Renjun, membawa masuk Renjun kedalam perusahaannya, bersama dengan dirinya.
Jeno yang melihat kepergian Renjun dengan Guanlin pun kesal. Jeno juga tidak tau perasaan apa ini. Intinya dirinya tidak suka melihat kedekatan antara Guanlin dan Renjun.
Entah amnesia atau tidak tau diri yang ada di dalam pemikiran Jeno, sampai dirinya lupa kalau dia dan Renjun hanya sepasang mantan suami-istri, yang sudah tidak ada hak untuk cemburu satu sama lain. Terlebih Jeno yang 'mungkin' telah meninggalkan Renjun.
"Tuan Lee. Apakah kita jadi berangkat ke kantor?" Tanya sang supir yang membuat Jeno terhentak.
Jeno bergegas masuk kedalam mobilnya. Supir pun langsung menjalankan mobilnya, meninggalkan perkarangan perusahaan HL Coorporation.
Selama di perjalanan, Jeno terus memikirkan Renjun. Apakah Renjun memang benar sudah menikah? Apakah Lai Guanlin itu benar-benar suami dari Renjun? Dan bagaimana kabar anaknya, Logan? Apakah Logan baik-baik saja? Bagaimana bisa Logan mengizinkan Eomma-nya menikah lagi? Apa Logan mengenal Jeno sebagai ayahnya? Atau malah Guanlin? Atau mungkin, Renjun sengaja tidak memberitahukan keberadaan dirinya yang notabennya sebagai Appa kandung dari Logan dan malah memperkenalkan Guanlin sebagai Appa-nya?
Semua pemikiran menjadi satu di kepala Jeno. Sampai pada akhirnya dering telepon berbunyi.
Kening Jeno mengerit ketika melihat nomor yang tidak di ketahui masuk. Dengan perasaan ragu, Jeno mengangkat telepon itu.
Selamat pagi. Apakah benar bahwa pemilik telepon ini bernama Tuan Lee Jeno?
(Jeno semakin bingung ketika orang yang ada di sebrang telepon, tau dirinya)
Iya benar saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?
Selamat pagi Tuan Lee. Saya dari Pusat kepolisian Seoul, ingin memberitahukan bahwa anak anda yang bernama Lee Jisung, kami tahan karena ikut ke dalam balap liar.
(Jeno menghela nafasnya pasrah. Seperti biasanya, Jisung berulah lagi.)
Saya akan kesana. Jadi, tolong jaga anak saya baik-baik.
Baik Tuan. Kami tunggu kedatangan anda.
Jeno langsung memutuskan sambungannya sepihak. Memasukkan teleponnya kembali ke dalam jas.
"Tuan muda Jisung berulah lagi?" Tebak sang supir yang di balas anggukan kepala dari Jeno.
"Jadi, bisakah Ahjussi antarkan aku ke kantor polisi terlebih dahulu, sebelum kita ke kantor?" Tanya Jeno yang di balas anggukan patuh dari sang supir.
---
Tak selang beberapa lama, Jeno akhirnya sampai di kantor polisi."Terima kasih atas kerjasama anda, dan maafkan tingkah laku anak saya yang sudah meresahkan anda." Ujar Jeno setelah sang polisi sepakat mengeluarkan Jisung.
Jeno dan Jisung jalan ber-iringan keluar dari kantor polisi.
"Mau kemana lagi baby Ji?" Tanya Jeno yang masih tidak bisa menghilangkan panggilan 'baby Ji' untuk Jisung.
"Hehm, bukan urusan anda." Sarkas Jisung, naik ke atas motornya lalu pergi meninggalkan Jeno.
Jeno yang melihat itu pun hanya menghela nafasnya pasrah. Ya, semenjak Jisung tau bahwa dirinya melakukan kesalahan, Jisung langsung berubah.
Jisung yang penurut, berubah menjadi seorang pembangkang karena merasa kesal atas perilaku Jeno.
Jeno marah? Tentu saja! Namun Jeno tau bahwa ini bukan full kesalahan Jisung.
---Jisung terus mengendarai motornya, sampai akhirnya ia di depan bangunan mewah milik kediaman Lee.
Menitipkan motornya kepada satpam rumahnya untuk di taruh kedalam bagasi. Sementara dirinya langsung masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Masih ingat rumah Lee Jisung?" Sindir seseorang yang tengah menyesap teh-nya di ruang keluarga.
Jisung mendecih, menatap Sijeuni dengan pandangan tidak suka. "Kau masih betah numpang di rumah ini?" Balas Jisung yang sukses membangun amarah Sijeuni.
Sijeuni bangkit dari duduknya, menghampiri Jisung dengan emosi yang meledak.
"Apa maksud-mu?!" Sarkas Sijeuni yang masih waras untuk tidak melampiaskan emosinya secara langsung.
Jisung menatap remeh Sijeuni yang tengah berlagak 'sok' dihadapannya. "Selain benalu dan perusak hubungan rumah tangga orang, ternyata kau juga tuli." Sarkas Jisung yang masih stay dalam pose-nya.
"Maaf, aku tidak bisa berdekatan dengan sampah." Selak Jisung ketika Sijeuni ingin membuka mulutnya.
Jisung langsung pergi ke atas, dimana kamarnya berada. Meninggalkan Sijeuni yang tengah menahan amarahnya.
"Ck! Anak itu! Benar-benar!" Kesal Sijeuni, menatap kepergian Jisung.
Jisung terus menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
"Oppa, kapan pulang?" Tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar yang lumayan jauh dari kamarnya.
"Tidak usah berlagak dekat dengan-ku." Sarkas Jisung tanpa melihat ke arah sang adik, Rachel yang tengah menatap Jisung dengan tatapan rindu.
Bagaimana tidak rindu? Jisung itu jarang sekali pulang ke rumah. Walaupun Jisung dan Rachel tidak dekat, Rachel tetap rindu akan kehadiran Oppa-nya.
Bukannya Rachel yang tidak mau dekat dengan Jisung. Tapi Jisung yang tidak mau Rachel dekati.
Rachel tidak tau kenapa Jisung tidak mau Rachel dekati, atau bahkan marah ketika Rachel 'sok akrab' dengannya.
Rachel juga sempat berfikir. Apakah dirinya melakukan kesalahan, sampai Oppa-nya menjauhi dirinya dan tidak memperbolehkan dirinya mendekat?
Maka dari itu, Rachel menjaga jarak sejauh mungkin, agar sang Oppa tidak membenci-nya lebih jauh.
Tapi walaupun Rachel menjaga jarak, Rachel juga selalu memperhatikan Jisung dari jauh.
Rachel juga berharap jika suatu saat dirinya bisa bermain atau bertengkar hal apapun bersama dengan Jisung, layaknya seorang adik dan kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANGE - NOREN
FanfictionINI CERITA KHUSUS LEE FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER BAIK LEE JENO, HUANG RENJUN MAUPUN PARK JISUNG. SHIPPER INI MENYANG...