4. Why?

680 50 0
                                    

Saat ini, Logan, Nara dan Rachel sudah sampai di rumah Logan.

Kenapa Rachel bisa ikut bersama Nara dan Logan? Pasti kalian bertanya-tanya bukan? Jawabannya adalah, mereka bertiga ingin kerja kelompok bersama.

Yup, tadi Guru disekolah mereka menyuruh mereka membuat 3 kelompok untuk membuat makalah yang dikasih.

Nah, karena Nara orangnya Friendly dan sangat merangkul semua temannya, alhasil Nara mengajak gabung Rachel untuk kerja kelompok bersama.

Tadinya sih mereka ingin bekerja kelompok di rumah Rachel. Tapi Rachel menolak. Katanya sih sekalian berkeliling kota Seoul karena dia baru pindah seminggu yang lalu.

"Rachel mau minum apa?" Tanya Nara ketika mereka sampai di ruang tamu.

"Apa aja." Jawab Rachel singkat.

Nara menganggukkan kepalanya mengerti. "Logan! Ambilil air keran!" Perintah Nara layaknya bos dan langsung mendapatkan toyoran kepala dari Logan.

"Manusia itu." Peringat Logan.

Nara terkekeh. "Bercanda! Jangan serius-serius amat! Nanti cepet tua kayak Logan." Ujar Nara.

"Logan, tolong ambilin minumnya Rachel ya! Nara mau mandi dulu!" Perintah Nara yang langsung lari ke kamarnya.

Logan menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah absurd sepupunya.

"Tunggu." Titah Logan kepada Rachel  lalu pergi untuk mengambil minuman, meninggalkan Rachel sendiri di ruang tamu.

Rachel menatap sekeliling, melihat-lihat rumah Logan yang bernuansa Modern Classic ini. Berbeda dengan rumahnya yang terkesan sangat mewah. Namun entah kenapa dirinya sangat nyaman disini. Seakan ada kehangatan keluarga yang terpancar disini.

Tatapan Rachel jatuh kepada bingkai besar yang terpampang di tembok. Dimana ada Logan dan satu wanita yang terlihat masih tampak muda disana, dengan Logan yang berdiri di belakang sang wanita yang Rachel yakini adalah Eomma-nya Logan.

"Maaf lama." Ujar Logan lalu menaruh 3 buah Manggo Juice, 3 buah air putih plus ice cube, serta camilan.

Mereka berdua duduk dalam hening sampai akhirnya Nara telah selesai dengan kegiatan mandinya.

"Mandi sana! Bau badan-mu seperti bunga raflesia arnoldi." Perintah Nara seraya mengusir Logan.

Logan hanya menghela nafasnya pasrah lalu pergi meninggalkan Nara dan Rachel.

"Kau dan Logan pasti saling diam ya?" Tebak Nara yang di angguki kepala oleh Rachel.

"Logan emang gitu. Awalnya doang sok cool gitu. Tapi kalo udah deket sih, malu-maluinnya minta ampun." Cerita Nara.

Rachel hanya merespon Nara dengan senyuman. Jujur saja, dirinya juga sama seperti Logan.

"Minum dong minumannya! Tenang kok! Gak bakalan di kasih sianida. Nanti sidangnya berepisode kayak kasus Mirmir sama Jesjes." Pinta Nara, meminum minumannya terlebih dahulu, lalu disusul Rachel.

"Ayo kita belajar." Seru Logan yang sudah berganti pakaian menjadi celana jeans dengan pendek selutut dan kaos hitam polos.

'Berdamage.' Batin Rachel, melihat Logan yang baru saja datang dengan membawa laptop.

Mereka bertiga langsung belajar kelompok bersama, menuangkan pikiran mereka bersama. Nara yang mencari materi, Rachel yang meringkas point-point penting, serta Logan yang mengetik. Soalnya Logan mampu mengetik dengan cepat dan bisa dengan 10 jari, bukan kayak Nara yang hanya bisa 11 jari.

Setelah selesai, akhirnya Rachel pamit pulang.

"Nar, masak ramen sana." Perintah Logan begitu Rachel sudah pulang.

"Gak ah! Kemarin-kan aku udah bikin! Sekarang kamu--" ucapan Nara terhenti ketika Logan melempar benda ke arah Nara.

Untung saja respon Nara cepat, gak kayak Eomma Renjun. Kalau kayak Eomma Renjun, Nara pasti udah nangis karena lipstick yang ia inginkan pecah.

"Cepat buatkan aku!" Titah Logan dengan logatseperti raja.

Nara mendengus kesal. Namun ia tetap membuatkan Logan ramen, dan tentu saja untuk dirinya juga. Sebenarnya Nara malas membuat ramen, tapi Logan udah ngasih lipstick yang ia inginkan. Jadi, mau tidak mau Nara menuruti permintaan Logan.

***
Malam ini, Renjun, Logan dan Nara sedang berada di ruang keluarga, setelah mereka bertiga makan malam.

Sudah menjadi rutinitas mereka sehari-hari. Berkumpul di ruang keluarga, untuk berbagi cerita yang telah mereka jalani hari ini.

"Tadi Eomma bertemu dengan Appa." Ujar Renjun yang membuat Logan serta Nara membeku.

Renjun melihat respon sang anak, dan benar seperti dugaannya, Logan pasti syok mendengar ini.

Yup, Renjun gak pernah nyembunyiin soal Jeno dari Logan. Renjun cerita semuanya tentang Jeno ke Logan. Ah tidak semua sih. Renjun hanya memberikan sisi baik Jeno kepada Logan dan menutup rapat sisi buruk milik Jeno.

Renjun gak mau anaknya membenci Appa-nya sendiri. Renjun juga tidak sejahat itu untuk memisahkan sang anak dengan Appa-nya. Bagi Renjun, tidak ada yang namanya mantan Appa untuk anaknya. Maka dari itu, Renjun bercerita tentang Jeno, sejahat apapun Jeno. Renjun juga menutupi sisi buruk Jeno dari Logan, karena bagi Renjun tidak baik untuk mengangkat sisi buruk manusia.  Dan bagi Renjun, itu semua sudah berlalu.

Apakah ini berati Renjun sudah memaafkan Jeno? Memaafkan? Tentu saja. Manusia tidak punya hak untuk tidak memaafkan manusia lainnya. Tuhan saja mampu memaafkan kesalahan hamba-nya bukan? Begitu juga Renjun.

Tapi, Renjun akan selalu ingat semua perlakuan Jeno kepadanya. Iya semuanya, dari yang 'menyenangkan' sampai yang 'menyakitkan' Renjun selalu ingat itu.

"Bagus dong Eomma. Logan jadi bisa bertemu dengan Appa, serta Eomma yang bisa kembali bersama Appa bukan?" Ujar Nara antusias, mencairkan kegugupan ini.

"Oh gitu." Respon Logan yang membuat Renjun kaget, serta Nara yang juga kaget.

Renjun menautkan kedua alisnya bingung.

Kenapa hanya itu balasan dari Logan? Biasanya Logan selalu antusias ketika Renjun membicarakan Jeno. Kenapa sekarang jadi seperti ini?

'Mungkin anakmu kaget Injun-ah.' Batin Renjun, berusaha berfikir positif.

"Kau mau bertemu dengan Appa, tidak? Kalau kau mau bertemu dengan Appa, Eomma akan memberi tahu Appa kalau kamu mau bertemu dengannya." Tanya Renjun.

Logan memejamkan matanya, menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatap Renjun dengan eye smile andalannya, eye smile yang di wariskan dari Jeno untuk Logan. Oh ralat, semua yang ada di Jeno, di wariskan untuk Logan.

"Tidak usah Eomma." Jawab Logan dengan senyumannya.

"Loh kenapa?! Bukankah kau sangat ingin bertemu dengan Appa-mu?! Kau sudah menunggu waktu ini dari kau kecil hingga sekarang Logan, kenapa malah tidak mau?" Bukan Renjun, melainkan Nara.

Ya, Nara akhirnya buka suaranya mengenai rasa penasaran yang bertumbuk di kepalanya.

"Logan sayang." Ujar Renjun agar sang anak menatapnya.

"Logan tidak mau bertemu dengan Appa?" Tanya Renjun sekali lagi dan dibalas gelengan kepala oleh Logan.

"Kenapa heum? Bukannya Logan sangat ingin bertemu dengan Appa?" Tanya Renjun.

"Biarkan seperti ini dulu Eomma. Tidak usah mengatur pertemuan antara Logan dan Appa. Kalau memang waktunya sudah tiba, Logan pasti akan bertemu Appa dengan sendirinya." Jelas Logan.

RAVANGE - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang