Sang Pemburu

3.1K 508 147
                                    

Hari ini Icha merasa bahagia luar biasa karena Mushkin mengajaknya keluar rumah. Akhirnya! Setelah sekian lama, pria itu bersedia juga mengajaknya jalan-jalan. Minus Dylan karena Mama Tiwi kangen katanya, ingin menghabiskan hari bersama cucunya jadi Icha seperti sedang pacaran dengan Mushkin.

"Kita mau kemana nih yaaang?" tanya Icha dengan manis. Hari ini ia sengaja berdandan loh demi penampilannya yang akan terlihat paripurna dan sempurna saat berjalan bersama Mushkin. Hmm, sebenarnya rasa tidak percaya diri itu masih ada sih, kalau mereka keluar bersama kadang-kadang orang menatap keduanya agak lama. Mungkin terpesona oleh kecantikan Icha, atau mungkin terpesona dengan kemampuan Icha memelet Mushkin. Ya Tuhan, pikiran negatif memang mudah sekali diyakini kebenarannya. Tapi sebenarnya, siapa juga yang melet si Mushkin. Dulu kan yang ngejar-ngejar Icha juga Mushkin.

"Hari ini kita belanja, makan-makan puas sama apa lagi yah, nonton mau? Atau karaoke? Atau apa yaang?" tanya Mushkin.

Icha melirik pria di sampingnya dengan senyuman penuh kebahagiaan di wajahnya.

"Ih, kok hari ini kamu bikin aku cinta banget sih yaaang?" ucapnya dengan manja.

Mushkin terkekeh. Ia meraih tangan Icha dan menggenggamnya, mengemudikan mobil seraya berpegangan tangan seperti adegan-adegan dalam drama romantis yang akhir-akhir ini selalu Icha tonton.

"Tujuan aku memang bikin kamu cinta sama aku sampe-sampe kamu nggak akan pernah kepikiran jadi janda, mendingan kamu bertahan aja sama aku," kekeh Mushkin.

Icha menutup mulut dengan tangan kirinya, malu dan tersipu.

"Kan aku udah sering bilang kali yaang, aku tuh nggak mau jadi janda. Soalnya susah ah ribet berurusan ama tetangga. Nanti dibonceng ojek dikira gonta-ganti pacar, pulang malem dikira ngelonte, kayak itu tuh si Yuni, yang aku ceritain kemarin itu. Dia kan pulang malem, pake baju sama tas mahal udah gitu dianterin sama mobil bagus, ferrari kita mah kalah yaang."

Mushkin menggeleng tak menyangka. Ia menatap Icha dan memukul keningnya pelan, "Bukannya itu mah kamu yang ngomongin duluan ke tetangga ya? Kalau kamu yang jadi jandanya mah mana ada yang ngomongin Cha. Orang kamu yang mulai,"kata Mushkin.

"JADI MAKSUD KAMU AKU BIANG GOSIP, GITU?" tuntut Icha.

Mushkin terkekeh, "Biang aja Yaang, nggak pake gosip."

"Paan sih, nggak jelas lo!"

Mencolek pipi Icha, Mushkin menatapnya, "Biang. Biniku saYAng," goda Mushkin.

Icha menatap Mushkin dengan gerakan tangannya yang memegang leher sementara lidahnya menjulur keluar dan berkata dengan keras, "HUEEEEEK!"


*****


Dalam satu jam perjalanan, terpantau empat kali Mushkin berhenti di Yomei dan kembali hanya membawa sebuah kantong kresek besar tapi tidak penuh, namun Icha tak bisa memastikannya karena Mushkin memintanya untuk menunggu di dalam sementara pria itu jajan sendirian dengan tas besarnya dan kembali hanya untuk memasukkan barang ke bagasi. Setelah itu ia akan kembali duduk di kursi pengemudi dan tersenyum seraya berkata, "Yuk lanjut yaang."

Icha memiringkan kepalanya untuk berpikir sejenak. Ia menatap Mushkin penuh selidik, memperhatikan gerak-geriknya namun tidak ada yang aneh. Ya sudah. Mungkin itu perasaan Icha saja.

"Yaang, tunggu bentar yaa. Aku ke Alfamei dulu," ucap Mushkin.

Icha berdecak, "Barusan udah empat kali ke Yomei. Sekarang ke Alfamei, mau ngapain sih?" tanyanya.

Musicha Lyfe - SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang