seven : intimidation

159 30 0
                                    

"Mau bertanding?" Suara tegas itu membuat Hyunjin tertarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau bertanding?" Suara tegas itu membuat Hyunjin tertarik. Dia menyunggingkan senyum walau kegugupan melandanya. Minho, sosok yang tidak sengaja dia temui saat dia keluar dari sekolah sore itu. Sosok yang sama yang sedang mengunyah permen karet seperti beberapa hari yang lalu.

"Tentu." Hyunjin menjawab dengan keyakinan juga. Tidak memikirkan kalah atau menang, hanya satu yang dia pikirkan saat melihat Minho. Apa dia sekuat itu sampai bisa bersanding dengan Chan?

Minho menariknya ke lapangan kosong terdekat. Membawa raket mereka masing-masing dan membuat garis sederhana sebagai pembatas. Minho masih mengunyah permen karetnya dengan santai, sembari memberikan lemparan servis pertama.
Satu lemparan, dua lemparan, smash dan mencetak poin. Minho tersenyum saat Hyunjin mencetak poin duluan. Well, ekspetasinya tidak begitu meleset. Hyunjin terlihat sangat fokus, membuat Minho sedikit terhibur. Ya, tidak buruk juga untuk menjadi lawan mereka di final.

Beberapa menit berlalu, dan keringat Hyunjin mulai bercucuran. Walau dilihat Minho tidak begitu berkeringat dan masih tetap santai mengunyah permen karetnya. Hyunjin menunduk memegang kedua lututnya sambil terengah-engah, membuat Minho menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan.

"21 untukmu dan 16 untukku. Kau menang, selamat!" ucap Minho tanpa beban, membuat Hyunjin sedikit berdecak kesal menatapnya.

"Kau bahkan tidak bermain serius, kau menggejekku?!" Minho hanya terkekeh mendengar pertanyaan itu, menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal.

"Maaf... Maaf, aku hanya ingin mengetes kemampuan lawanku saja. Well, berarti besok aku tidak perlu bermain serius kan? Asal kau tahu, yang kugunakan tadi itu belum ada ½ dari kekuatanku, itu artinya kau belum apa-apa, " ucapnya enteng sambil melambai ke arah Hyunjin, menjauh dari tempat itu. Menyisakan tatapan tidak percaya yang Hyunjin berikan padanya, nafas Hyunjin naik turun. Terduduk seketika di lapangan berumput.

"Sial!"

***

Jawaban itu, kenapa aku tak bisa melampaimu?

Ya, aku berusaha sampai hancur sendiri agar bisa menggapaimu yang sudah terlanjur jauh untuk digapai. Dan pada akhirnya aku tidak bisa.

Bolehkan aku menangis di depanmu sekali saja? Karna aku hanya ingin berada di sampingmu, tidak peduli aku menjadi kuat atau tidak. Tidak peduli aku bisa atau tidak. Bisakah senyum itu kembali? Ke mana semangatmu yang berhasil menarikku kepermukaan palung kesedihan terdalam yang menyedihkan itu?
Kembalilah! Jangan menjadi kuat! Jangan tinggalkan aku sendirian!

***

Kekuatan Minho begitu mengintimidasi Hyunjin. Dengan kenyataan jika sosok itu bisa berada di samping Chan dan menyeimbanginya. Bahkan jika tulangnya remuk, Hyunjin terasa hilang harapan.

***

StrongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang