eight : you better stop

143 30 7
                                    

a/n : Double up biar cepet kelar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


a/n : Double up biar cepet kelar. Dahlah

***

"Kau mencintainya dan bulu tangkis, mencintai keduanya yang jelas berbeda walau terlihat sama saja, sesuatu yang tidak akan membuatmu menjadi kuat karna kau tidak punya ambisi untuk menjadi lebih unggul darinya." Jisung membenahi tali sepatunya, melirik Hyunjin yang masih terdiam sejak kejadian sore itu, saat Jisung menemukannya terduduk lemas sendirian di lapangan dekat sekolahan.

"Aku bukannya tidak tahu, tapi kupikir kau berada di sini karna kau benar-benar menyukai bulu tangkis." Jisung sedikit mendengus, bukan rahasia jika Hyunjin adalah teman sekolah Chan dulu. Walau tidak menceritakannya, Jisung tidak sebodoh itu untuk sekedar mencari tahu informasi tentang lawan atau bahkan temannya sendiri.

"Jisung, maaf..." Hyunjin memegang raketnya, wajahnya tampak penuh keraguan. Jisung menghampirinya, berjongkok di depan Hyunjin yang terduduk lesu di kursi ruang ganti.

"Apa kau menyukai buku tangkis?" tanyanya, menatap tajam mata Hyunjin tepat dan tegas.

"Iya."

"Lebih dari kau menyukai Chan?" Hyunjin terdiam. Memang, pada awalnya dia menyukai bulu tangkis, tapi saat Chan datang dalam hidupnya, bulu tangkis seakan hanya menjadi sarana agar dia bisa merasakan kebahagiaan tersediri saat melihat Chan.

"Jawabannya sudah jelas. Kau duduk dikursi cadangan, Felix akan menggantikanmu." Hyunjin membelalakan matanya mendengar tatapan datar Jisung.

"Tidak bisa!Mana bisa?!"

"Aku tidak mau main dengan orang yang penuh keraguan sepertimu! Bilang saja kau sakit atau apapunlah! Aku tidak peduli!" Jisung masih menatap tajam mata Hyunjin. Membuat Hyunjin mengalihkan pandangannya. Mencoba merangkai kata walau terbata.

"Aku memang sangat menyukainya. Tapi bukan berarti aku tidak mencintai bulu tangkis. Aku ingin menang juga! Aku ingin menunjukan kemampuanku... aku... a--" Hyunjin menggigit bibir bawahnya sendiri, menahan isakan yang hampir keluar dari mulutnya, "Minho sangat kuat... Aku tidak bisa membayangkan ekspresi datar mereka yang akan mengintimidasiku! Aku... hiks!"

"Hyun-"

"Kupikir jika aku lebih kuat, Chan mungkin akan bermain bulu tangkis bersamaku lagi, menampakan senyum semangatnya yang dulu, saat dia belum kehilangan lawan yang sepadan dengannya. Tapi kenyataanya? Walau aku begitu mengaguminya aku tidak bisa sepertinya... Aku... Aku--hiks" Jisung menghela nafas, memutuskan untuk duduk di samping Hyunjin. Tidak lucu jika Hyunjin turun ke lapangan dengan mata bengkak.

"Dengar Hyunjin..., " Jisung menyandarkan kepala Hyunjin ke bahunya, "Aku baru saja menyelesaikan Anime yang ku tonton bersama Jeongin. Dan salah satu tokoh mempunyai masalah sama sepertimu."

".... "

"Dia berusaha mengejar temannya yang semakin kuat dan menjauh meninggalkannya. Tapi dia sadar, dia tidak akan bisa."

"Kenapa?" tanya Hyunjin mulai penasaran.

"Karna dia terlalu mengagumi sosok sahabatnya itu, walau pun sudah menjadi lawannya." Hyunjin terdiam, menatap Jisung yang menepuk pundaknya lagi.

"Karna dari awal, kau tidak berambisi menang melawannya. Bagimu kalah tidak masalah asal kau selalu bersamanya dan melihatnya tersenyum. Jika mindsetmu masih seperti itu, tidak usah bermain bulu tangkis lagi denganku! Karna itu adalah kesalahan besar."

".... "

"Apa kau sekarang sudah mengerti maksud dari lawan yang sepadan?" Hyunjin menunduk. Mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Hyunjin memberikan Jisung pelukan terimakasih dan meminta maaf lagi dengan sedikit paksaan untuk tetap main. Siapa Jisung untuk menolak?

***

StrongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang