"Kita tidak bisa menganggap remeh lawan kita di final. Han Jisung merupakan atlet muda berprestasi, dan Hyunjin juga unggulah di sekolahnya." Brian sang pelatih menjelaskan tentang lawan mereka, sembari menunjukan video pertandingan lawannya saat semi final untuk mempelajari pergerakan lawannya. Chan hanya menatap datar layar persegi di hadapannya, sementara Minho tersenyum sumringah menatap wajah Jisung muncul di sana.
"Dia jadi lebih hebat!" ujarnya, mengingat masa-masa SMP mereka saat bertanding bersama sebagai tim.
"Dan Hyunjin sepertinya tidak bisa diremehkan!" lanjutnya, membuat Chan menoleh datar ke arah Minho.
"Well, aku pernah melihat Hyunjin saat kita akan bertanding, tubuhnya tidak terhuyung sama sekali walau aku senggol. Dan dari yang kulihat, cara memegang raket dan pergerakannya benar-benar bagus, seperti orang yang berlatih setiap hari, bahkan dia bisa menyeimbangkan tubuhnya di sudut kemiringan seperti itu." Minho menunjuk pada video di layar, menunjukan Hyunjin yang bersusah payah meraih Kok yang hampir terjatuh dengan raketnya dan melempar balik ke arah lawan.
Chan tersenyum tipis. 'Dia semakin kuat' batinnya sambil terus menatap layar video. Chan beranjak dari kursi dan keluar setelah berpamitan pada pelatih, membuat Minho hanya memiringkan kepala bingung, memilih melanjutkan pertandingan di layar itu yang sempat dia lewatkan. Chan melangkahkan kakinya keluar sekolah dengan menenteng tas ransel di salah satu pundaknya, memandang langit sore dengan tatapan yang masih datar. Memilih melanjutkan langkahnya untuk pulang ke rumah.
"Hiks! Aku tidak bisa!" Chan menoleh ke kanan jalan, diliriknya dua anak kecil di balik pagar kawat itu, memegang raket masing-masing. Terlihat memakai seragam SD dan salah satunya berjongkok, menangis terisak dan membuat temannya frustasi.
"Ayo kau pasti bisa!kita pasti bisa menang melawan kelas B yang mengejek kelas kita nanti!" Chan tersenyum tipis, melihat laki-laki itu mengangkat temannya itu dan mengajaknya berlatih lagi.
"Kita akan jadi kuat!" Chan tertegun sebentar, menatap bocah yang mengusap airmata bocah itu perlahan. Tersenyum miris saat kata-kata 'kuat' menyapa telinganya.
"Aku akan menemanimu sampai kau bisa memegang raket dengan benar!" Chan memilih meninggalkan percakapan itu. Menghela nafas pelan saat dunia menghadapkannya pada kenyataan ini lagi, kosong , hampa dan tanpa gairah. Dia sudah mencapai semuanya, apalagi yang bisa dia lakukan? Dunianya benar-benar hampa sekarang, tidak ada yang bisa membuat semangatnya bangkit seperti kecintaan mula-mulanya pada bulu tangkis.
Rasa-rasanya ingin berhenti jika sekolah tidak memberi mandat padanya, tidak bisa dipungkiri lapangan menjadi titik jenuh tersendiri baginya. Tidak ada lawan yang seimbang, bahkan seorang Hyunjin yang bisa dia kalahkan dengan mudah walau sudah jelas dia merupakan atlet unggulan juga.
Jika dia ingin jujur pada dirinya sendiri, dia hanya ingin kembali ke masa di mana dia masih menjadi amatir yang gila pada bulu tangkis, yang akan bersemangat dan gugup secara bersamaan saat dia menemui lawan-lawan baru. Dan tentunya bisa merasakan kegembiraan itu lagi, bermain bersama teman SMPnya yang sangat payah. Sangat payah tapi begitu cinta dengan bulu tangkis. Chan terkekeh sendiri mengingatnya walau kemudian ekspresinya berubah menjadi sendu.
"Maafkan aku..., " ujarnya lirih saat mengingat ucapan tajamnya pada Hyunjin kala itu.
"Aku hanya berharap bisa menemukan lawan yang sebanding dan kau bisa menjadi lebih kuat...," lanjutnya, menatap jalanan yang kosong dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger
FanfictionFanfiction Alternatif Universe Sampai kapan pun Hyunjin tidak akan pernah bisa bersanding dengan Chan. Bahkan jika shuttlecock-nya hancur tidak berbentuk, pria itu tidak akan pernah bisa dia gapai HanJin/ChanJin/MinSung/BangInho