nine : no mercy

142 28 5
                                    

"Dia payah! Kau tidak akan terhibur percayalah!" Minho menegak isotonic dan memainkan raketnya di ruang tunggu, sementara Chan masih sibuk dengan perlengkapannya dan mengenakan sepatu.

"Nanti bermain santai saja, jangan buang tenaga!" lanjutnya, membuat Chan melempar shutterkok ke arahnya. Minho mendelik, menatap kesal pada temannya yang duduk di bangku dengan angkuh.

"Kerahkan semua kemampuanmu!"

"Apa?" Minho mengernyit, tidak biasanya temannya sesemangat itu. Apalagi menyuruhnya bermain serius.

"Aku bilang mengerahkan seluruh kemampuanmu! Semua tanpa terkecuali, bahkan jika itu artinya harus merontokan satu lusin shuttercock!" Minho hanya terbengong walau kemudian menggumamkan 'oke' dengan santainya. Dia menyeringai tipis, sepertinya lawan kali ini sedikit berarti untuk Chan sampai menyuruhnya bermain serius.




***

Set 1 (Skor Hakuna : 7 , Matata : 21)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Set 1 (Skor Hakuna : 7 , Matata : 21)

Hyunjin mulai sedikit down melihat skor yang tertera di papan, sebentar lagi set 2 dan dia masih tidak bisa menetralisirkan kegugupannya. Dia menegak isotonic banyak-banyak dan menatap bench sebrang di mana Chan dan Minho juga sepertinya sangat kelelahan. Ada sesuatu yang sedikit mengusiknya, tatapan tajam penuh keseriusan milik Chan.

"Kau main dengan baik! Jangan minder!" Jisung menepuk pundaknya menyemangati. Walau dalam benaknya dia juga sedikit was-was tentang apa yang akan mereka hadapi di set 2. Merasa bahwa Monster Matata mengamuk tanpa sebab, padahal biasanya mereka bertanding dengan tatapan bosan.

"Oke! oke jangan panik! Kita sampai final saja sudah merupakan kebanggaan bagiku, jadi jangan down! Oke? Lakukan saja seperti kalian bermain tanpa bertaruh! Jangan terlalu memaksakan diri." Pelatih Brian mereka berusaha sedikit menghibur muridnya itu. Tidak ada harapan? Mungkin saja.

"Apa maksud bapak? Bapak tidak lihat tatapan serius mereka? Jangan menghina orang yang sudah menghormati kita sebagai lawan!" Jisung sedikit terhenyak mendengar perkataan Hyunjin yang tiba-tiba. Ditatapnya Hyunjin yang sedang memandangi serius 2 orang di sebrang sana. Bahkan sang pelatih hanya bisa terdiam saat raut muridnya terlihat menggebu-gebu.

"Jisung.... "

"Ya?"

"Aku tidak mendapat senyuman itu. Tapi aku mendapat tatapan serius itu lagi, itu artinya dia menghormati kita sebagai lawan dan mengerahkan seluruh kemampuannya." Jisung tersenyum tipis mendengarnya. Sepertinya, semangat Hyunjin mulai pulih kembali.

"Apa itu artinya.... "

"Iya! Kita harus berusaha sampai tulang kita remuk!" ujar Hyunjin menggebu-gebu. Lelah Jisung seperti terganti dengan semangat menggebu dari Hyunjin.

Di sebrang sana, Minho mengeluhkan sendi-sendinya yang hampir saja lembek karna keseringan melompat melakukan smash tadi. Dia menatap Chan yang masih melamun sambil menggenggam botol isotonic di tangannya.

"Hyunjin memang payah, tapi Jisung benar-benar minta dikuliti hidup-hidup, sejak kapan pertahanannya jadi sebagus itu?" Chan hanya menyerengai mendengarnya, walau sebenarnya dia merasakannya juga. Jujur, kali ini memang dia sedikit kewalahan walau masih bisa mengatasi semuanya.

"Bersiaplah untuk set 2!" ujarnya menepuk punggung Minho untuk segera bersiap.


***

StrongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang