• A c h t i e n •

756 136 5
                                    

Dengan lengan yang terluka, ia berlari secepat mungkin menuruni tiap tangga di gedung tua itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan lengan yang terluka, ia berlari secepat mungkin menuruni tiap tangga di gedung tua itu. Derap langkah kaki yang tak beraturan terdengar begitu banyak. Disertai seruan menyuruhnya berhenti.

Di rooftop gedung, seseorang tersenyum kemenangan melihat itu. Dirinya sangat senang melihat adegan kejar-kejaran di bawah sana, tanpa rasa bersalah sedikitpun. Padahal, yang sedang berlari dari polisi itu adik kandungnya sendiri. Tapi ia seakan tak memiliki belas kasih.

"Selamat mendekam di penjara, Hana. Kau akan tahu apa yang aku rasakan saat itu," gumamnya dengan senyum miring.

Bruk!

"A-akh!"

Tungkainya tersandung di trotoar. Ia sangat ketakutan. Tidak, ia tidak boleh tertangkap polisi. Dia tidak bersalah. Bukan dia yang seharusnya dipenjara, tapi orang yang tengah menonton di atas rooftop gedung itulah yang harus menanggung hukuman.

Ia melihat ke belakang, polisi-polisi itu sudah hampir menyusulnya. Sial! Kenapa kakinya harus terluka di saat seperti ini. Bagaimana ia lari jika begini?

Dengan sekuat tenaga, ia berusaha bangkit walau agak sulit karena kakinya terkilir. Ia melanjutkan larinya yang tertunda dengan tertatih-tatih. Persetan dengan kakinya yang terluka, yang penting ia harus lolos dari polisi-polisi itu terlebih dahulu.

Di depan sana, ia melihat pertigaan yang kebetulan sepi. Langsung saja ia berbelok ke arah kiri, tepatnya jalan menuju sebuah gang kecil yang menghubungkan jalanan utama ke rumah-rumah kecil di sana.

Napasnya terengah-engah. Lengan kanannya sudah berlumuran darah, bajunya robek. Kemudian ia merogoh saku celananya, mencari sesuatu yang dititipkan untuknya agar ia dapat memberikan hukuman pada Soo-ah. Sesuatu yang harus ia cari, namun jika ia tidak tertangkap oleh polisi.

Ia teringat sesuatu, sebenarnya ia juga tidak yakin jika tidak akan terjadi sesuatu padanya nanti. Ia raih ponsel genggamnya, lantas mengirim pesan pada seseorang dengan tangan bergetar. Setelahnya, ia membanting ponsel itu hingga hancur, guna menghilangkan jejak.

Tampaknya, polisi-polisi itu sudah jauh dari tempatnya bersembunyi. Dirasa sudah aman, ia segera pergi dari tempat itu, berniat untuk mencari tempat persembunyian yang lain.

Namun di tengah jalan, sesuatu justru terjadi padanya.

Brak!

Sebuah mobil tanpa sengaja menabrak tubuhnya, hingga ia terpental membentur trotoar. Kepalanya terasa sakit sekali. Darah tampak mengalir dari sana.

Sebelum kegelapan melahap kesadarannya, ia sempat berkata, "T-tolong, tolong ... sem-bunyi-kan a-ku."

Orang yang menabrak Hana terlihat ketakutan sekaligus panik, ia meminta suaminya untuk mengangkat Hana masuk ke dalam mobil. Dalam benaknya, ia kebingungan karena Hana meminta dirinya disembunyikan. Meski begitu, sepertinya ia mengerti harus melakukan apa.

Redeem Mistake ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang