• V i e r •

1.1K 192 49
                                    

Semuanya berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semuanya berubah. Sejak kemarin Jennie dan temannya menyebarkan video dan foto itu, seluruh isi sekolah mulai menjauhi Rosé. Menyisakan Lisa yang masih mau berada di dekatnya. Entahlah, orang-orang pun merasa bingung dengannya. Ketika semua orang merasa takut dan tidak ingin berada di dekat Rosé, namun ia berbeda. Hatinya mengatakan untuk tidak termakan oleh ucapan Jennie dan Yerin yang tak lain adalah teman Jennie. Meski ada bukti, tapi hatinya berkata lain.

"Hei, apa yang kau pikirkan? Aku perhatikan, kau melamun terus," kata Lisa ketika melihat Rosé yang terus melamun sejak awal masuk jam pelajaran.

Rosé hanya membalas nya dengan gelengan kecil. Ia menatap lurus ke depan seraya mengaduk-aduk minumannya.

"Sekarang, semua orang menjauhiku. Mereka takut padaku. Apa salah ku pada Kak Jennie, Lisa? Kenapa dia melakukan ini? Aku bingung, aku lelah," lirih nya dengan suara serak karena menangis semalaman.

Lisa menghela napas melihat sahabatnya seperti ini. Ia pun tidak tahu apa yang terjadi. Semuanya tiba-tiba berubah tanpa ada aba-aba ataupun petunjuk tentang penyebab kebencian Jennie pada Rosé. Ia sudah mengenal Rosé sejak berumur 6 tahun, dan selama itu ia tidak pernah melihat Rosé melakukan hal fatal hingga Jennie membenci sahabatnya itu sampai seperti ini. Semuanya benar-benar membingungkan.

"Kau harus semangat agar bisa membuktikan bahwa dirimu tidak melakukan itu. Aku ada disamping mu, jangan pikirkan ucapan orang lain, mereka tidak mengenal mu lebih dari aku. AYO SEMANGAT MY ROSIE!!" Lisa mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya keatas seraya bersorak menyemangati Rosé.

Gadis itu tersenyum haru. Tak apa, setidaknya masih ada Lisa disampingnya, menjadi penyemangat dikala sulitnya saat ini. Ia tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak ada Lisa. Ia sangat bersyukur pada Tuhan karena masih memberikan sandaran untuknya.

"Hai Kak Rosé, hai Kak Lisa!" sapa Ryujin yang datang menghampiri mereka bersama Lia.

Rosé hanya diam menatap Ryujin dan Lia yang menyapanya. Berbeda dengan Lisa yang berbalik menyapa mereka dengan ramah seperti biasa.

"Kak, haloo Kak Rosé." Lia melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Rosé, membuatnya mengerjapkan mata beberapa kali.

"A-ah iya ada apa?"

"Kenapa kau diam saja kak? Apa kau tidak suka dengan kedatangan ku dan Lia?" Rosé menggelengkan kepalanya cepat. Bukan itu maksudnya.

"Ti-tidak, bukan begitu. Aku hanya... Terkejut saja karena kalian masih ingin menyapaku setelah kejadian kemarin," ujarnya pelan seraya menatap tangannya yang tertaut diatas meja.

Lia mengulurkan tangannya dan menggenggam kedua tangan Rosé. Ia tersenyum penuh arti membuat Rosé melirik bingung tak mengerti dengan arti senyuman itu.

"Awalnya aku bingung ingin percaya pada siapa, di satu sisi Kak Jennie dan Kak Yerin memiliki bukti, di sisi lain hati ku mengatakan jika orang itu bukanlah kakak. Tapi jika melihat bagaimana kakak memperlakukan orang-orang disekitar terutama saat aku akan bergabung dengan club vocal, aku semakin yakin untuk percaya dengan kata hati ku," tutur Lia dengan senyuman yang masih terpatri di wajah manisnya.

"Oleh karena itu, walaupun orang lain menjauhimu dan menilaimu buruk, aku dan Ryujin akan tetap percaya padamu kak, karena aku yakin kau bukan orang yang seperti itu."

Setetes cairan bening jatuh membasahi pipi tembam Rosé, ia tak menyangka jika selain Lisa, masih ada yang mau menerimanya. Ia bergumam mengatakan terimakasih karena telah percaya padanya.

"Sudah kak, jangan menangis. Aku dan Lia disini ingin melihat wajah mu yang ceria seperti biasa, bukan bersedih seperti ini. Ayo tersenyum.." Ryujin menampilkan senyum cerahnya yang diikuti Rosé.

Syukurlah, Tuhan menghadirkan penyemangat yang selalu setia berada disampingnya walau badai kerap kali datang menggoyahkan mereka.

-ˋˏ ༻ ♚ ༺ ˎˊ-

Kini Wendy tengah duduk di bangku yang selalu ia pakai ketika berada di ruang musik, menunggu seseorang yang telah membuatnya kecewa.

Cklek!

Wendy mendongak melihat seseorang yang ia tunggu sudah berada di hadapannya. Beberapa menit mereka terdiam sampai Wendy membuka suara.

"Ku kira kau adalah gadis baik seperti yang selama ini kami lihat, tapi ternyata aku salah. Aku salah menilai mu, Rosé," ujar Wendy dengan nada kecewa.

Matanya pun menyiratkan kekecewaan.

"Apa jika aku mengatakan kalau aku tidak pernah melakukan hal keji itu, kakak akan percaya?" Rosé berkata dengan lirih.

"Bukti sudah ada didepan mata, dan itu sudah terlihat jelas wajah mu. Kau tak bisa mengelak lagi, Rosé. Aku sangat kecewa padamu."

Rosé terdiam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi, jika ia terus membela diri pun percuma. Ucapannya tidak akan didengar karena bukti itu.

"Untuk itu, aku... harus mencabut jabatan mu sebagai wakil disini." Rosé mengangkat kepalanya cepat.

"Tak apa. Cabut saja, aku tidak butuh jabatan itu. Yang aku butuhkan saat ini hanya support dari orang-orang terdekat ku dan berharap, semoga kebenaran segera terbongkar. Aku permisi." Setelah mengatakan itu, Rosé langsung pergi dari ruang musik meninggalkan Wendy yang masih diam bergeming.

Sejujurnya ia juga tidak ingin percaya pada video itu, jika saja tidak ada foto yang disana terlihat jelas Rosé ingin memukul seseorang, mungkin ia akan memihak padanya. Wendy bimbang.

Bruk!

Rosé terjatuh kala seseorang menjegal kakinya ketika ia sedang berjalan di koridor yang sudah lumayan sepi, karena sudah jam pulang.

"Oh jadi kau yang membuat adikku trauma sampai-sampai dia takut didekati oleh siapapun." Gadis itu bersandar di dinding dengan tangan yang di lipat di depan dada.

"J-Jihyo, aku sama sekali tidak melakukan itu. Lagipula aku tidak tahu siapa adikmu," balas Rosé yang masih terduduk dilantai.

Jihyo menyetarakan tubuhnya dengan Rosé dan mencekram dagu gadis itu. Sangat terlihat jelas kemarahan dari sorot mata Jihyo.

"Apa kau bilang? Tidak melakukan itu? Kau pikir aku akan percaya dengan omong kosong mu, hah? Gara-gara kau, adikku menjadi seperti itu! Gara-gara kau dia takut didekati oleh ku! Kau sangat jahat! Apa salah adikku padamu, Rosé?" sentak Jihyo membuat Rosé spontan memejamkan matanya.

Ia tak berani menatap mata Jihyo. Kemarahan, kesedihan, dan kebencian bercampur menjadi satu membuat nya tak terkendali. Jihyo sangat ingin menghukum orang yang dengan teganya membuat adik kecilnya trauma berat, bahkan hampir gila.

"Kau tidak tahu kebenarannya Jihyo, adikmu tidak ada salah apa-apa padaku, lalu untuk apa aku melakukan itu? Kalau kau tak percaya, coba tanya pada adikmu itu!" Kini Rosé sudah berdiri menghadap Jihyo.

Plak!

Rosé memegang pipinya yang memerah karena ditampar oleh Jihyo.

"Kau harus merasakan hal yang sama dengan adikku!" ucapnya penuh penekanan.

Seperti dirasuki iblis, Jihyo memukul Rosé keras hingga menyebabkan sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah segar.

"Kak Rosé!"

•-•

Sibuk gaess.. bentar lagi ujian tengah semester 😭😭 Adeuh tapi aku pengen cepet" selesain ini:')

See you in next part!

Redeem Mistake ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang