Tujuh belas.

1K 121 4
                                    

"aku berbicara dengan mina, apa urusan mu disini pendek??, Siapa kau, berani-beraninya kau melarang-larang dia seperti itu." Ujar bambam mencengkram kerah baju chaeyoung.

Bambam sudah tidak bisa lagi menahan emosinya, selalu saja, chaeyoung membantu mina dalam keadaan apapun, itu sebabnya ia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Chaeyoung mendorong bambam dengan sekuat tenaga agar bambam melepaskan tanganya yang berada di kerah baju yang ia kenakan.

"Aku akan membela mina meskipun tidak ia butuhkan, aku akan selalu ada disini, kau bertanya aku siapa??, Seharusnya pertanyaan itu untuk mu, seharusnya aku yang bertanya seperti itu."

Bambam ingin melayangkan pukulanya pada chaeyoung, sungguh, emosinya sudah tidak terkendali.
Dengan sigap mina berdiri di tengah mereka agar tidak terjadi pertengkaran yang menggunakan fisik.

"Hentikaann, ada apa dengan kalian, aku hanya ingin istirahat, dan sebaiknya kalian berdua pulang, ini sudah malam."

Mina tidak melihat pergerakan dari kedua manusia disampingnya itu.

"Jika kalian masih ingin disini, lebih baik aku yang pergi."

Mendengar itu, sontak bambam dan chaeyoung memegang tangan mina untuk menahanya agar tidak beranjak dari situ.

"Masuklah mina, aku akan pulang." Ujar chaeyoung.

Mina pun meninggalkan chaeyoung dan bambam di teras rumahnya.

"Jangan sampai kau berani menyentuh mina lagi." Ujar chaeyoung.

"Siapa kau berani-berani nya mengaturku, urusan kita belum selesai brengsek, aku akan membuat mina membencimu."

Setelah dari itu, mereka berdua meninggalkan rumah mina dengan keadaan kepala yang panas.

Chaeyoung tidak tau harus kemana sekarang, ia takut terjadi apa-apa dengan mina saat ini, bagaimana jika dia lengah saat mina dalam keadaan berbahaya.

"Bambam, kemana perginya tadi, kenapa aku tidak membuntutinya, sepertinya aku harus berputar arah."

Chaeyoung memutar arah untuk mengikuti kemana mobil bambam melaju tadi, semoga masih belum terlalu jauh.

Dan benar saja, chaeyoung masih melihat bambam tidak jauh dari arah pandangnya, segera ia menancap gas agar tidak tertinggal jejak oleh bambam.
Perjalananya cukup jauh, hampir setengah jam perjalanan mereka dan pada akhirnya sampailah pada tujuan.

Chaeyoung sama sekali tidak mengetahui daerah ini, sangat terpencil dan jauh dari perkotaan, dan dia berfikir, mungkin inilah tempat bambam menyusun rencana.
Tanpa berlama-lama lagi, segera ia turun dari mobilnya, mengikuti bambam dari belakang

Pergerakan chaeyoung sangat hati-hati karena ia melihat banyak orang menggunakan pakaian hitam disana, berbadan besar dan berotor.
Mungkin itu preman.

Setelah bambam memasuki rumah tersebut, chaeyoung sudah tidak tau untuk melakukan apalagi sekarang agar mendapat barang bukti.

Ia hanya mengambil gambar menggunakan ponselnya, untuk mendapatkan sedikit bukti agar suatu saat jika benar bambam memiliki niat jahat maka sudah ada bukti untuk menunjukanya.

Sebelum ada orang yang mengetahui keberadaan chaeyoung, ia segera pergi dari tempat itu.

"Sedang apa bambam disana, aku jadi semakin curiga, apa yang sebenanya ingin dia lakukan, kenapa aku jadi lemah begini, hahhhh, aku harus segera bertindak mencari bukti-bukti lagi,...sebelum semuanya terlambat." Ujar chaeyoung saat dia sudah berada di dalam mobilnya.

Chaeyoung melajukan mobilnya menuju apartement yang disana sudah ada teman-temannya, siapa tau mereka bisa membantu pikir chaeyoung.
.

"Dari mana saja kau, tadi kau bilang hanya mengantarkan mina." Ujar tzuyu.

MINE. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang