Dua puluh lima.

1.2K 114 3
                                    

Chaeyoung masih melihat nama somi tertera di handphonenya. Tidak ingin membuang-buang waktu, ia mengabaikan saja panggilan itu. Membiarkan handphonenya terus berdering dan menaruhnya diatas nakas. Sampai mina masuk kedalam pun handphone chaeyoung tetap berbunyi.

Mina mengambil ponsel milik chaeyoung, sudah banyak sekali panggilan dari somi yang tidak chaeyoung jawab.
Setelah chaeyoung keluar dari kamar mandi, ia mendapati mina yang terduduk di pinggir ranjang dan memegang ponsel miliknya.

"Ada apa sayang?." Tanya chaeyoung menghampiri mina.

"Dia menghubungimu sedari tadi, kenapa tidak kau jawab?."

"Aku malas untuk menjawab panggilanya."

"Tapi ini sudah beberapa kali dia menghubungimu, sepertinya penting, angkatlah." Ujar mina memberikan izin chaeyoung untuk menjawab panggilan somi.

Chaeyoung hanya mengangguk dan mengambil ponselnya dari tangan mina.

"Hallo"

"Hai chaeng, kenapa kau tidak menjawab panggilan ku dari tadi."

"Memangnya ada apa, kenapa kau terlihat cemas seperti itu."

"Tentu aku cemas, aku membutuhkan mu saat ini, datanglah ke apartementku."

"Apa yang kau butuhkan dari ku, bicara saja sekarang, aku tidak ingin mengulur-ulur waktu."

"Tidak bisa dijelaskan lewat panggilan chaeng, cepatlah datang ke apartementku dan pastikan kau datang sendiri, aku hanya ingin bicara berdua denganmu." Jelas somi.

"Aku tidak mungkin meninggalkan mina sendirian disini."

"Terserah kau, itu urusanmu, aku hanya ingin kau datang ke apartement ku, apa susahnya menuruti ucapanku."

"Mina memang urusanku, jadi jangan mencoba-coba untuk memintaku yang tidak-tidak."

"Datang atau kau akan menyesal."

Somi mematikan panggilanya. Dia tidak tau saja jika mina mendengar percakapan mereka tadi karena chaeyoung mengeraskan suaranya.

Chaeyoung menatap mina.
"Aku tidak tau apa yang ingin dia lakukan terhadapku."

"Sebenarnya aku takut jika terjadi apa-apa denganmu, aku hanya ingin kau baik-baik saja."

"Jika kau tidak mengizinkan ku untuk pergi kesana, maka aku juga tidak akan berangkat kesana, aku takut meninggalkan mu sendirian disini."

Tangan mereka saling menggengam erat seakan tak ingin terpisah.
"Jadi sekarang bagaimana?." Tanya mina menatap chaeyoung.

"Kita ke apartement somi bersama, aku yakin jika somi hanya ingin membicarakan hal yang tidak terlalu penting.

Mina mengangguk.
"Baiklah, sebaiknya kita sarapan dulu, makananya sudah siap, setelah sarapan baru kita pergi."

"Ya sudah yukk, aku takut kamu sakit, soalnya perut kamu bunyi terus dari tadi." Ujar chaeyoung menggoda mina.

"Ishh..., Perut ku baik-baik saja."  Kesal mina.

Chaeyoung terkekeh kecil melihat mina yang kesal terlihat seperti anak kecil.
.
Chaeyoung dan mina berada di jalan menuju apartement somi.
Chaeyoung terlihat biasa-biasa saja, berbeda dengan mina, ia sedari tadi hanya khawatir tentang chaeyoung.

Dan saat ini, chaeyoung sama sekali tidak melepas gengaman pada tangan mina, sesekali juga ia mengelus punggung tangan mina dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan, sebenarnya ia tau jika mina sedang cemas dan khawatir.

MINE. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang