Happy reading❤️
Seorang anak perempuan berparas cantik berjalan lesu melintasi sebuah jalanan sepi, dengan ditemani oleh sinar rembulan malam yang menerangi setiap langkahnya.
Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun anak bertubuh kurus itu terus berputar berusaha mencari pekerjaan di saat semua orang beristirahat nyaman di dalam rumah.
Anak itu bernama, Auristela Allisya Lesham. Cukup dipanggil Allisya oleh kebanyakan orang. Keadaan ekonomi kritis membuat Allisya terpaksa harus mencari pekerjaan agar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan sang ibu.
Kedua orang tua Allisya baru saja bercerai. Entah karena apa ia pun tidak tahu tapi yang pasti sebagai anak, Allisya merasa kecewa sekaligus sedih saat mendengar kabar bahwa mereka berpisah memilih jalannya masing-masing.
Dampak dari perceraian tersebut menyebabkan ekonomi keluarga menurun drastis. Selain itu, Allisya harus bisa belajar mandiri dan mencari pekerjaan agar sedikit meringankan beban Ibunya, walaupun usianya notaben masih terbilang sangat muda.
Seperti yang terjadi saat ini. Allisya masih berusaha mencari beberapa lembar uang untuk di setorkan pada Ibunya. Jika tidak, maka wanita itu akan marah pada Allisya.
Tampak Allisya memasang wajah kelelahan karena memang seharian ini ia berjalan tanpa arah hanya demi mendapatkan pekerjaan.
Allisya menghela napas kasar, semilir angin malam menyapu wajah Allisya. Gadis itu memejamkan kedua matanya, menghalau air mata yang hendak jatuh. Tapi percuma, tanpa diminta air mata Allisya turun membasahi pipi tirusnya.
Sebenarnya sangat sulit mencari pekerjaan yang cocok dengan usianya yang masih muda. Namun demi sang ibu, Allisya rela melakukan apapun termasuk mencari beberapa lembar uang dengan susah payah.
Allisya tidak tahu bagaimana dirinya saat pulang nanti jika sampai saat ini ia belum mendapatkan uang. Siap-siap saja ia memasang badan untuk dipukul habis-habisan lagi oleh Ibunya. Membayangkannya saja membuat Allisya terisak, rasanya sakit sekali.
"Tuhan, aku ingin bahagia."
Allisya berjalan menuju rumahnya dengan langkah was-was. Mendadak rasa takut melingkupi tubuh, Ibunya pasti sedang menunggu kedatangannya.
Dengan penuh kehati-hatian Allisya membuka pintu, lalu menutupnya kembali. Dan saat itu pula terlihat wanita paruh baya tengah berkaca pinggang dengan matanya yang menghunus tajam.
"Kenapa baru pulang sekarang?"
Allisya menunduk, kedua tangannya meremas rok sekolah yang ia pakai. Bahkan tangan Allisya basah oleh keringat. Jantungnya berdebar kencang saat wanita itu berjalan ke arahnya.
"Ibu bertanya padamu, Allisya!" Wanita paruh baya itu meninggikan intonasi suaranya.
Allisya dengan refleks menunduk takut. Ia menelan ludahnya susah payah. Keringat dingin membasahi pelipisnya hingga mengalir turun ke pipi.
Allisya diam. Sementara Ibunya sudah terlihat marah. Ia berjalan cepat mendekati Allisya lalu mendorong gadis itu sekuat tenaga yang alhasil Allisya tersungkur ke lantai bersamaan dengan kepalanya terhantuk ke kursi.
"Aarrgghh! Sakit."
Allisya menjerit kesakitan. Tubuhnya gemetar tidak karuan dan matanya sudah berkaca-kaca. Bibirnya merintih merasakan sakit di kepalanya yang semakin sakit.
"Berikan uangmu!"
Allisya mendongak, menatap wajah sang ibu dengan pandangan sayu. "Nggak ada," Allisya menggeleng lemah.
"Apa maksudmu hah?!"
Allisya tergagap. "A-aku belum dapat, bu ..."
Allisya berbicara apa adanya kepada sang ibu. Namun sepertinya wanita itu tidak percaya.
"Jangan berbohong pada ibumu, Allisya! Mana uangnya?!"
Lagi-lagi Allisya menggelengkan kepala yang justru membuat kemarahan wanita itu kian meluap-luap.
"Kenapa bisa kamu tidak mendapatkan uang, Allisya?!!" Wanita itu marah besar, tatapan matanya membara bagai api yang siap membakar Allisya.
"Maaf ibu, aku ..."
"ANAK KURANG AJAR KAMU!"
PLAK
Allisya kembali tersungkur ketika mendapat tamparan panas dari Ibunya. Dengan tidak berperasaan, wanita itu menampar Allisya dengan begitu kuat sampai tubuh Allisya seperti mati rasa.
Pertama kepala, lalu yang kedua pipi. Setelah ini apalagi?
"BERANINYA KAMU PULANG KE RUMAH TANPA MEMBAWA UANG SEPERSEN PUN?!! DASAR ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG!" Maki wanita itu dengan suara yang menggelegar memenuhi sudut rumahnya yang berukuran kecil.
Allisya menangis terisak. "Maaf ibu, maaf ... Hiks,"
Allisya pasrah, ia ketakutan. Setiap kali Ibunya membentak dan berlaku kasar padanya, rasa sakit hati tumbuh dengan sendirinya. Tidak terhitung berapa kali wanita itu berteriak padanya.
"Anak kurang ajar!" Wanita itu menjambak rambut Allisya keras, mengabaikan Allisya yang meringis kesakitan akibat cengkaramannya.
Allisya memekik tertahan, matanya terpejam erat mencoba meredam rasa sakit.
"Maaf ibu, to-tolong berhenti hiks ... Ampun ..." Allisya memohon.
"Diam! Inilah akibatnya kalau kamu tidak mendengar perkataanku!" bentak wanita itu.
Allisya diam dengan berderai air mata. Ia terlalu takut untuk membalas ucapan ibunya. Ia terlalu lemah.
Hingga kemudian tangan Allisya dicengkram dan wanita itu menariknya masuk ke dalam kamar kecil yang terletak di sudut ruangan dengan kasar.
Allisya yang tahu ia akan dibawa kemana oleh ibunya pun seketika langsung menggeleng dan meronta-ronta meminta dilepaskan dengan suara tangisannya yang kian histeris.
"ENGGAK! IBU! AMPUN IBU!! AMPUN!!" Allisya berteriak histeris, mencoba menghentikan pergerakan Ibunya.
TBC.
****
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
ChickLitAllisya terlonjak bangun dalam tidurnya, dengan nafas memburu serta peluh keringat dingin membasahi pelipis beberapa detik kemudian Allisya teringat sebuah cerita. Cerita itu tentang sebuah mimpi buruk. **** Baca selagi masih on going!!!