~EPISODE 8~

497 56 3
                                    

Happy reading❤️

Cahaya sinar matahari yang mengenai matanya membuat Allisya bangun dari tidurnya. Untuk sekian kalinya Allisya terbangun dalam keadaan sakit di kepalanya. Semenjak masuk dalam ruang lingkup Elvan, Allisya sering mengalami hal tersebut. Padahal sebelum Elvan datang, kehidupan Allisya baik-baik saja. Kemungkinan seterusnya akan seperti ini dan Allisya mencoba membiasakan diri.

Walau terasa berat.

Posisi Allisya dari terlentang jadi menghadap ke kanan. Matanya mendapati Margi yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu. Wanita itu tersenyum hangat sambil menghampirinya. "Nona sudah bangun?"

"Kalau begitu, mari turun ke bawah. Sudah satu jam tuan menunggu nona." ucap Margi ringan tanpa meninggalkan senyuman.

Allisya tersenyum lirih. "Iya, Bibi." anak itu mencoba untuk duduk, di bantu oleh Margi.

"Apa nona baik-baik saja?" Margi bertanya dengan nada suara terdengar khawatir, pasalnya ia melihat wajah Allisya yang tampak pucat.

Allisya menghela napas, kemudian ia menarik sudut bibirnya ke atas. Membentuk senyuman alami. "Aku baik Bibi, terima kasih sudah menanyakan keadaan aku."

Margi menahan napasnya sesaat ketika melihat senyuman manis Allisya. Margi baru sadar jika nona mudanya ternyata cantik. Di saat wajahnya sedang pucat, namun kadar kecantikan nona mudanya tidak luntur sama sekali. Pantas saja majikannya tergila-gila.

"Sama-sam nona. Kalau begitu cepatlah bangun, tempramen tuan tidak lumayan bagus. Jangan biarkan dia menunggu lama, saya takut nanti nona akan di marahi oleh tuan."

Allisya hanya mengangguk. Kemudian bangkit dari tempat tidur. Allisya sedikit goyah, lututnya terasa lemas dan sebelum Allisya jatuh ke lantai, dengan sigap Margi langsung menangkap Allisya. "Hati-hati, nona."

"Saya antar ke kamar mandi." Margi menggiring Allisya menuju ke kamar mandi yang ada di kamar tersebut.

Sesampainya di sana, Margi membiarkan Allisya membersihkan diri. Sedangkan dirinya menyiapkan pakaian untuk Allisya pakai nanti.

Beberapa saat kemudian Allisya keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono yang terpasang di tubuhnya yang mungil.

Margi menghampiri Allisya sambil menenteng sebuah gaun rumahan di tangannya. "Mari saya bantu, nona."

Setelah memakai gaun yang Margi pilihkan, Allisya duduk di kursi rias sesuai perintah Margi. Kini Margi akan mempoles sedikit penampilan Allisya agar terlihat sedikit lebih segar.

Allisya menundukan pandangannya saat Margi tersenyum menatapnya lewat pantulan kaca di depan. Perasaan Allisya berkecamuk. Ia sedikit kurang nyaman ketika Margi memperlakukannya bak seorang anak yang sedang di urus oleh ibunya. Seumur-umur Allisya belum pernah di perlakukan selembut ini. Walau Allisya memiliki ibu, tapi rasa-rasanya ia seperti tidak memiliki ibu. Karena kerjaan ibunya hanya marah-marah tidak jelas padanya.

"Ehm, aku ... Biar sama aku saja Bibi."

Margi menggeleng sambil tersenyum. "Biarkan saya mengurus anda, nona." ujarnya dengan tutur kata lembut.

Allisya menghela napas, membiarkan rambutnya di sisir oleh Margi. Ia memindai Margi lewat kaca, wanita itu terlihat masih muda. Ia menebak jika umur Margi masih 20-28 tahun, maybe.

"Bibi?" panggil Allisya dengan sedikit ragu.

"Ya nona?"

Sejenak Allisya menatap Margi, kemudian berkata dengan polos. "Bibi baik dan perhatian. Pasti anak Bibi bahagia mempunyai seorang ibu seperti Bibi."

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang