~EPISODE 9~

493 56 4
                                    

Happy reading❤️

"Ayo kemari.."

Allisya menoleh ke arah Margi dengan tatapan meminta pertolongan. Seolah mengerti arti tatapan Allisya, perempuan itu angkat suara. "Sepertinya nona muda tidak mau, tuan."

Iris tajam Elvan langsung menatap nyalang Margi. "Tutup mulutmu! Aku tidak menyuruh kamu bicara!"

Allisya gelisah sembari menatap Elvan dan Margi secara bergantian. Ia meremas gaunnya dengan kuat. Lalu tanpa kata Allisya berdiri, melangkah pelan mendekati Elvan dengan perasaan was-was.

Elvan menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai menakutkan. "Ya, bagus. Kemarilah sayang..."

Tubuh Allisya gemetar, ia menelan ludahnya susah payah dengan tangan yang saling bertaut. Ketika sampai di hadapan Elvan, lelaki itu langsung menarik tangannya dan Allisya berakhir jatuh di pangkuan Elvan.

Elvan tersenyum, ia menyelipkan tangan panjang nan besarnya diperut Allisya, kemudian menarik anak itu merapat ke tubuhnya. Sementara Allisya hanya pasrah dalam pelukan Elvan.

"Are you okay?" bisik Elvan lembut. Mendaratkan sebuah kecupan singkat di pucuk kepala Allisya. Aroma yang menguar dari tubuh Allisya seketika masuk menyeruak ke dalam rongga hidungnya, sangat manis. Setiap menghirup bau harum tubuh Allisya, dan saat itu pula ia merasakan ketenangan di dalam dirinya.

Elvan dengan sengaja mempermainkan Allisya. Lelaki itu bernapas di tengkuk Allisya, membuat anak itu berjengit tidak nyaman dan mengeluarkan suara lenguhan tertahan.

"How you feel? Nice hm?" bisik Elvan menyeringai.

Allisya yang memiliki daya tangkap lambat, hanya diam dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Mau makan? Margi! Tolong ambilkan makanan yang bergizi untuk gadis kecilku." Elvan mengusap tangan mungil Allisya yang basah mengeluarkan keringat dingin, lalu menggenggamnya.

"Cepat! sepertinya Allisya-ku kelaparan." titah Elvan menatap Margi dengan iris tajamnya yang menyalang.

Margi buru-buru berdiri dan membungkuk. "Baik, tuan." setelahnya wanita itu pergi ke belakang.

"Bibi!" panggil Allisya panik, anak itu hendak turun dari pangkuan Elvan. Namun dengan kekuatan tangan Elvan, usaha Allisya sia-sia karena Elvan menahannya.

"Kamu diam di sini." desis Elvan dengan raut wajah dingin.

Allisya berusaha untuk duduk normal, namun Elvan enggan untuk melepas pelukannya. "Lepas ..." Allisya memohon, namun Elvan bergeming.

Elvan semakin mengeratkan tubuh Allisya dengan tubuhnya. Kedua tangan Elvan yang semula berada diperut Allisya mulai bergerak naik untuk menangkup wajah Allisya.

Elvan menatap Allisya mesra, matanya mulai menggelar. Berada begitu dekat dengan anak ini, dalam posisi yang begitu intim pula membuat jantung Elvan kembali berdetak tidak karuan. Allisya seribu kali lebih cantik ketika melihatnya dari dekat.

Matanya mendadak jatuh ingin mencium bibir Allisya. Seorang Elvan memiliki keinginan untuk mencium bibir perempuan? Itu adalah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

You are so damn beautiful.

Elvan mengerang tersiksa. Lalu dengan satu gerakan pasti, Elvan mendaratkan bibirnya di bibir Allisya. Elvan menciumnya dengan mesra. Melumat habis bibir ranum Allisya tanpa cela sedikitpun. Seperti tidak ada hari esok, Elvan menciumnya dengan birahi yang menggebu-gebu.

"Hmpt!" Allisya meronta. Namun rontaan itu kian membuat Elvan semakin buas mencumbu bibir Allisya.

Apa-apaan ini! Apa yang si kejam Elvan lakukan?!

Allisya berusaha menendangnya namun gerakan Allisya segera di kunci oleh tangan kekar Elvan.

"Aku nggak bisa bernapas..." suara Allisya tersenggal-senggal. Tapi Elvan tak peduli. Ia terus melumat bibir Allisya.

"Patuh sayang.. Ikuti gerakan aku hm..."

Allisya menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melepaskam cumbuan Elvan. Dan saat Elvan mengakhiri ciuman panjangnya, Allisya secara refleks langsung menampar pipi Elvan. Tidak kuat, namun meninggalkan jejak merah di pipi Elvan.

"JAHAT!"

Elvan tampak tertawa remeh sembari memegang pipi sebelah kirinya yang baru saja di tampar oleh Allisya. Well, tamparan Allisya cukuplah bagus untuk seukuran tangannya yang kecil. Perih dan sedikit sakit.

Elvan memajukan kepalanya semakin mendekat, namun dengan cepat Allisya memalingkan wajah sehingga hidung mancung lelaki itu hanya mengenai pipinya.

Embusan napas Elvan mulai terasa, kemudian ia berkata seperti berbisik. "Lihat apa yang akan aku lakukan setelah ini!" Elvan tidak terima Allisya-nya kasar dan tidak patuh padanya. Yang laki-laki itu butuhkan akan kepatuhan Allisya padanya.

Elvan menarik kembali menarik diri setelah mengatakan itu, menatap wajah Allisya yang sudah memucat. Dapat ia rasakan tubuh yang ada dalam pangkuannya pun menegang.

Allisya mengepalkan tangan. Ia menggigit bibirnya dalam-dalam. Allisya memaksa kedua matanya agar tidak mengerjap, karena genangan air mata di pelupuknya sudah penuh dan entah kapan saja akan turun.

"Ma-af..."

Ucapan Allisya tertahan ketika Elvan mendorong tubuh Allisya dan menoleh ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya. "Bawa dia ke kamar dan jangan berani bergerak sebelum aku memerintah!"

Elvan beralih menatap Allisya dingin. "Dan kamu! Rubah kecil, jangan banyak berharap bisa keluar dari kandangmu."

DEG

Allisya menggeleng panik, ia kembali merasa ketakutan yang luar biasa. Allisya mencoba berlari ketika melihat beberapa orang datang menghampirinya dan langsung menyeretnya menuju lantai atas.

"Lepasin aku! Aku mohon hiks ... Tolong Lepasin aku. Aku janji nggak akan kasar lagi, aku mohon hiks ..." Allisya meronta, ia menggerakkan tangannya berusaha melepaskan diri, sambil menatap Elvan dengan tatapan sayu dan wajah yang dipenuhi oleh air mata.

Sementara itu, Elvan memasang raut wajah yang datar. Karena saking datarnya, sampai tidak terbaca apa makna tatapan Elvan ketika melihat Allisya yang perlahan menjauh dari pandangannya.

"Saya rasa, tuan terlalu berlebihan." ujar George bersuara.

Elvan merogoh saku celana bahannya dan mengeluarkan rokok, lalu mematik benda itu. "Jangan ikut campur, George. Dia milikku!" Elvan menggantung ucapannya lalu menghembuskan asap rokok ke atas.

"Hidup dia berada ditanganku. Sepenuhnya!"

TBC.

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang