~EPISODE 6~

787 75 11
                                    

Happy reading❤️

Tubuh ringkih Allisya terbaring lemas di tempat tidur. Allisya meringkuk bagai seekor anak kucing yang kedinginan. Allisya menekuk kedua lututnya dan memeluknya erat. Pandangan mata Allisya masih sama, kosong dan penuh kehampaan. Kedua matanya bahkan sudah membengkak akibat terus menangis. Allisya sampai merasakan perih di sekitaran matanya.

Hampir seminggu lebih Allisya di sekap dalam sangkar emas ini. Allisya merasa depresi. Pagi, siang, sore sampai malam ia terus terkurung di dalam kamar. Ingin melihat dunia luar pun terasa sangat susah sekali. Karena setiap Allisya hendak mencoba keluar, pintu kamar selalu terkunci. Dan Allisya tak tahu dimana keberadaan letak kunci tersebut. Yang kian membuat rasa kepasrahan dalam diri Allisya mencuat.

Selama masa penyekapan terjadi, Allisya bahkan tidak berangkat ke sekolah berhari-hari. Ia membolos. Ingin keluar kamar pun susah apalagi ke sekolah yang notabenenya pasti akan keluar dari rumah ini. Rasa-rasanya Allisya geram ingin segera keluar dari kamar ini dan menghirup udara bebas. Ia merindukan sang ibu, begitupun suasana kamarnya. Walaupun kamarnya tidak sebesar dan semewah kamar yang sedang Allisya tempati sekarang, namun Allisya merasa lebih nyaman kamarnya yang sederhana daripada mewah, tapi tidak merasa sedikitpun kebahagiaan.

Allisya benar-benar tidak tahu bagaimana jalan takdir yang sebenarnya. Apakah saat ini tuhan sedang menguji kesabarannya? Ataukah Tuhan sedang mempermainkan hidup Allisya? Allisya sungguh di buat bingung, Allisya putus asa atas nasib buruk yang menimpanya. Penderitaan Allisya ternyata belum cukup ketika memiliki ibu yang tidak menginginkan Allisya. Kini penderitaan Allisya bertambah dengan komplit.

Sungguh Allisya yang malang.

Jarum jam terus berputar bersamaan dengan sekujur tubuh Allisya yang mulai semakin lemah. Setiap waktu, Elvan selalu memasuki kamar sambil membawa senampan makanan sehat dan bergizi untuk Allisya. Namun Allisya menolak makanan tersebut secara mentah-mentah. Dan saat itu juga Elvan mendesaknya agar memakan makanan yang Elvan bawa. Dasarnya Allisya yang keras kepala, Elvan menjadi marah dan mengurungkan niatnya untuk memberi makan Allisya justru keluar begitu saja, membiarkan Allisya kelaparan. Sampai sekarang Lelaki kejam itu belum terlihat.

"La-lapar ..." Allisya tidak tahan lagi. Rasanya begitu menyiksa. Sekujur tubuhnya terasa lemas, sakit dan tak berdaya karena kemarin Allisya menolak makanan yang Elvan bawakan untuknya. Inilah akibatnya, ia kelaparan. Bahkan parahnya lagi Allisya menolak untuk minum.

Dasar keras kepala. Sekarang Allisya merasakan apa yang telah ia perbuat, perut Allisya menjerit-jerit, menambah penderitaan Allisya tiada tara.

Ibu, jemput Allisya ... Allisya di sini sakit ... Allisya mau pulang .. -batin gadis itu menjerit pilu.

Allisya merintih, dengan tangan gemetar ia memegang perutnya. Rasa sakit di perutnya mendera semakin kuat, begitupun kepalanya yang ikut pening. Perlahan pandangan Allisya mulai mengabur. Kabut gelap menyebar dan menguasai kesadarannya yang telah menipis. Dan semua tiba-tiba menjadi gelap.

Allisya pingsan.

༺0༻

Elvan mengusap wajahnya kasar. "Bodoh!"

Karena merasa kesal perintahnya diabaikan, Elvan lekas meninggalkan Allisya berjam-jam lamanya dikamar, tidak lama setelah Elvan keluar gadis itu langsung jauh pingsan hingga membuat Elvan khawatir setengah mati.

Elvan bergegas memanggil seorang dokter dan saat ini Allisya sedang di tangani oleh dokter tersebut. Elvan sengaja tidak membawa Allisya ke rumah sakit. Elvan tidak ingin Allisya melihat dunia luar, tidak! Elvan tidak akan rela. Takutnya nanti gadis itu terhipnotis oleh keindahan alam sekitar dan berakhir meminta untuk dipulangkan. Elvan tidak siap kehilangan Allisya.

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang