Happy reading❤️
Keesokan harinya. Tampak Allisya sedikit terusik dalam tidur, perlahan matanya terbuka. Allisya mengerjabkan mata berkali-kali untuk menyesuaikan netranya dengan cahaya sekitar.
Allisya terdiam sejenak, mengumpulkan nyawanya yang separuh hilang. Ia bergerak merubah posisi dari terlentang jadi menghadap kiri. Kebiasaan Allisya saat bangun tidur yaitu bermalas-malasan dulu. Setelah puas, baru Allisya beranjak bangun.
Mendadak kening Allisya memperlihatkan kerutan tipis, objek yang pertama yang ia lihat adalah pink. Tempat dimana Allisya terbangun, terlihat feminim dan terasa sunyi.
Allisya mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan. Jelas ini bukan kamarnya, kamar ini dua sampai tiga lipatan lebih besar dari kamar Allisya. Interior mewah dan di dominasi oleh warna putih.
Tunggu. Allisya merasa ada yang janggal.
Lalu dengan terburu-buru Allisya bangkit dari tempat tidur. Belum habis keterkejutan sampai disitu, Allisya tercengang ketika ia menundukkan kepala dan tubuhnya dalam kondisi sudah berganti pakaian. Allisya ingat betul bahwa ia saat itu masih pakai seragam sekolah, lalu bagaimana bisa sekarang sudah berbeda.
Allisya sudah berpikir yang tidak-tidak dalam kepalanya. Ia menggigit ibu jarinya dengan gelisah.
Di antara rasa getir yang melanda, tiba-tiba pintu terbuka. Sosok jangkung berjalan dengan tenang menghampiri Allisya. Perlahan tapi pasti sosok jangkung itu melangkah mendekati Allisya dan kini sampai tepat di depan Allisya.
Elvan berdiri menjulang di depan Allisya dengan wajah datarnya. Kemudian Elvan condongkan tubuhnya ke depan, menyamakan tinggi Allisya. Terlihat gadis itu ketakutan. "Apa tidurmu nyenyak?"
Elvan bertanya dengan wajah yang tidak berekspresi.
Sementara Allisya diam mematung, kedua tangannya saling bertaut. Lalu Allisya refleks memejamkan kedua matanya saat embusan napas hangat Elvan menerpa wajahnya.
"Apa kamu lapar?" Elvan kembali bertanya dan wajahnya masih sama datar seperti tadi.
Allisya menunduk sambil mengelus perut ratanya dengan tangan yang gemetar. Seakan mengerti apa yang Allisya lakukan, Elvan lantas meraih tangan Allisya dan membawanya turun ke lantai bawah.
"Sebaiknya kamu makan. Aku tau kamu sedang lapar." ucap Elvan ringan yang dibalas bungkam oleh Allisya.
Karena merasa lapar, Allisya hanya nurut, mengikuti pergerakan kemana Elvan akan membawanya.
Elvan menggandeng erat tangan mungil Allisya. Sejak keluar kamar, Allisya terus melarikan matanya ke segela arah. Wajah Allisya tampak terkagum-kagum menatap intens interior rumah megah milik Elvan.
Rumah Elvan jauh lebih besar dan layak di bandingkan dengan rumah Allisya yang terlalu kecil dan sempit. Bisa di katakan jika bangunan ini mirip istana, namun versi modern. Sedangkan rumah Allisya mirip gubuk, kotor dan tidak layak untuk di huni.
Jadi tidak heran jika sekarang Allisya terkagum-kagum melihat rumah besar bak istana milik Elvan, mimpi Allisya yang ingin memiliki rumah seperti istana sedikit-dikit mulai tercapai. Karena dengan melihat rumah Elvan, Allisya merasa jika impiannya sudah terwujud. Walaupun tidak secara langsung.
Setelah sampai di meja makan, Elvan bergerak mengambilkan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk Allisya. Tidak lupa juga dengan segelas air mineral. "Makan yang banyak."
Dengan cepat Allisya mengangguk dan langsung memakan lahap makanan tersebut di depan Elvan karena alarm perut Allisya sudah berbunyi minta di isi.
Elvan sedikit mengulum bibirnya melihat Allisya yang makan begitu lahap. Ia merasa senang karena Allisya menurut, mengikuti perkataannya. Dan itulah yang Elvan suka. Mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
ChickLitAllisya terlonjak bangun dalam tidurnya, dengan nafas memburu serta peluh keringat dingin membasahi pelipis beberapa detik kemudian Allisya teringat sebuah cerita. Cerita itu tentang sebuah mimpi buruk. **** Baca selagi masih on going!!!