Happy reading❤️
Elvan menyibak selimut dan merapatkan diri ke Allisya yang terus meracau tidak jelas serta mulut yang mengeluarkan isakan parau.
"Allisya?"
Panggilan pertama Allisya tetap tidak sadar sampai akhirnya panggilan ke tiga, kedua mata Allisya terbuka membuat Elvan dapat bernapas lega.
"Hei, kamu kenapa?" Elvan langsung membawa tubuh rapuh Allisya ke dalam pelukannya. Mengusap punggung Allisya dengan lembut.
Dengan keadaan setengah sadar dan setengah menangis Allisya meremas baju Elvan dengan kuat, perasaan takut di tinggalkan oleh lelaki itu kian membuatnya resah.
Merasakan hal itu kian membuat sebelah alis Elvan terangkat dengan bingung. "You okay?"
Mendengar suara halus Elvan entah kenapa justru Allisya kian tambah menangis kencang. Dan itu sangat menganggu telinga Elvan.
Elvan memejamkan kedua mata sejenak, mencoba sabar. Lalu menarik tubuh Allisya semakin erat padanya. Memberikan pelukan ternyaman untuk gadis kecil kesayanganya.
"Kenapa? Apa kamu mimpi buruk? Mau Minum?" Elvan mengambil segelas air putih di atas nakas, kemudian membantu Allisya menegak air tersebut.
Setelah minum, bahu Allisya langsung merosot lemas dan sepenuhnya ia bersandar di dada bidang Elvan. Lelaki itu terlihat tidak mempermasalahkan, justru Elvan sangat senang.
"Sudah? Enggak mau minum lagi?"
Allisya mendongakan kepalanya, menatap Elvan dengan kedua matanya yang sembab. Kemudian menggeleng.
Elvan merilik jam yang sudah menunjukan pukul 8 malam. Ia jadi teringat akan pesan Dokter, anjuran minum obat ketika Allisya sudah sadar.
Dengan gerakan lembut, Elvan mengelapi sisa-sisa air yang membekas jelas di pipi Allisya. "Mau makan? Habis itu minum obat."
Allisya menjawab dengan gelengan di kepalanya.
Elvan menghembuskan napasnya kasar. Ia melupakan sebuah fakta bahwa gadisnya keras kepala.
"Kamu harus makan." suara Elvan berubah jadi dingin, begitupun dengan tatapan matanya yang menajam saat menatap Allisya.
Allisya ragu-ragu mengangguk an kepalanya, agar tidak menyulut emosi Elvan lagi sebisa mungkin Allisya tidak akan menolak apa yang Elvan perintahkan.
Tanpa banyak waktu lagi Elvan segera meraih piring di atas meja yang sebelumnya telah ia persiapkan. Kemudian mulai menyuapi Allisya dengan perlahan penuh kehati-hatian. Sesekali Elvan membersihkan sudut bibir Allisya dengan ibu jarinya tanpa rasa jijik.
Sementara Allisya terlihat enggan untuk membuka mulutnya, namun secara perlahan ia menerima suapan yang di berikan Elvan.
"Makan yang banyak, agar kamu lekas sembuh. Merepotkan saja!" dalam hatinya Elvan mengumpat kasar tidak seharusnya ia bicara seperti itu. Sudah pasti akan menyakiti perasaan Allisya.
Allisya diam. Ucapan Elvan barusan terdengar kejam sekali, Allisya seperti ini Elvan pikir karena siapa. Jelas sudah semua ini karena Elvan tidak memberi Allisya makan selama berhari-hari. Allisya mengaku jika dirinya memang salah, namun yang salah sepenuhnya adalah Elvan.
Air matanya perlahan mulai mengumpul di pelupuk mata. Allisya terlihat sedang menahan tangis. Ia dengan sengaja menggigit bibir bawahnya kencang, meredam isakan.
Shit! Umpat Elvan kasar dalam hati. Dugaannya benar, Allisya menangis karena ucapannya.
"Kamu sangat cengeng!" Elvan berdecak tidak suka bahkan, lelaki itu memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
ChickLitAllisya terlonjak bangun dalam tidurnya, dengan nafas memburu serta peluh keringat dingin membasahi pelipis beberapa detik kemudian Allisya teringat sebuah cerita. Cerita itu tentang sebuah mimpi buruk. **** Baca selagi masih on going!!!