1. Truth of You

46 12 66
                                    

❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖

Kebenaran itu seperti setitik cahaya di sebuah lembah kegelapan
Sangat sulit mendapatkannya meski membawa pancaran

❖❖❖❖❖

----14 Sept 2xxx

Hari hampir memasuki waktu fajar, bersamaan dengan itu, sebuah hutan yang sekarang menjadi sorotan utama masih tampak begitu gelap. Namun, eksistensi sebuah peti hitam di salah satu bagian hutan itu tetap mampu menunjukkan siluetnya. Di samping sebuah monitor yang terus berirama layaknya dentingan bel, angka yang terlihat disanapun semakin berkurang.

0 D:00:00:03

0 D:00:00:02

0 D:00:00:01

Hingga digit itu bersisa dengan kekosongan yang ditunjukkan oleh angka. Tak lagi bersuara, melainkan decit terbukanya peti. Disusul sepasang mata yang membuka perlahan, jua bergeraknya tangan. Membangkitkan raganya, sosok itu kemudian menelaah sekitar.

Burung hantu bersiul, sukseslah menarik kedua pasang matanya. Perlahan, seperti sebuah pistol ia arahkan jemarinya. Menuju sang hewan tak berdosa, yang sedetik kemudian menerima kenyataan akan hidupnya yang di ujung jari.

Tang!

Selepas jatuhnya, sosok yang lebih tampak seperti manusia itu menghampiri. Seringai di wajahnya muncul saat ia angkat anima itu dengan tangan kosong. Jika terpikirkan bahwa akan ada penampakan darah di sana, apalah kenyataannya tidak demikian.

Lalui dengan tatapan yang beralih ke lain arah, tampaklah sebentang perkotaan yang berkelip-kelip layaknya sejuta bintang dari tempatnya berdiri. Bersamaan dengan ia gerakkan langkahnya ke sana, tak lupa ia jatuhkan seonggok bangkai tadi ke permukaan.

Remang-remang aurora korona bergerak menyinari penampakannya, membuat wajahnya yang menampakkan raut datar itu terakses untuk dipandang. Ia lalu gerakkan tangannya ke hadapan, menatap sejejak angka yang tercap di pergelangannya.

1000

"Tak berguna"

❖❖❖❖❖

----22 Sept 2xxx

"Nah, kalau begitu, kita akhiri pertemuan kali ini, ya," Chunae bangkit dari tempat ia duduk. "Sampai jumpa lagi besok anak-anak!" Senyuman cerahnya ia jadikan sebagai penutup. Anak-anak di depannya melambai-lambaikan tangan ke arah kedua guru, yang tak lain dan tak bukan adalah Chunae dan Sunwoo.

Usai anak-anak itu kembali ke pelukan orang tua mereka masing-masing, Sunwoo dan Chunaepun bergegas merapikan barang-barang mereka. Sunwoo menatap sesaat ke arah Chunae, "Apa maksudmu ucapan tadi? Bukankah kau berbohong?."

Seakan tak peduli, Chunae berbalik keluar kelas, ia gerakkan kedua tangannya untuk menggendong tasnya. Sunwoo mengejarnya, "Hei, kau ini, tunggu!"

"Kita harus berkumpul, sebaiknya mengobrolnya nanti saja," jelas Chunae singkat. Decihan pelan keluar dari mulut Sunwoo. Tak lama, merekapun melangkah menuju sebuah kantor. Di sana, beberapa orang yang sudah duduk melingkar di sebuah meja seketika mengalihkan pandangan begitu keduanya melangkah masuk. Tampak bahwa mereka semua menunggu.

Setelah keduanya mengambil posisi untuk duduk, seorang wanita berumur yang duduk di tengah-tengah merekapun memilin kedua tangannya. Menampakkan sebuah kurva di wajahnya, iapun mulai membuka pembicaraan. "Baiklah, kita semua sudah berkumpul di sini. Pertama-tama, saya sebagai kepala Taman Kanak-Kanak ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua peserta."

Baru sepatah dua patah, Sunwoo sudah kehilangan konsentrasinya karena mengantuk. Chunae yang menyadaripun menyikut lengannya dan berbisik, "Jangan harap kita pulang cepat." Sunwoo memajukan bibirnya kesal karena ucapan itu. Adapun subyek hanya tersenyum jahil tanpa menoleh ke arahnya.

Alien {Han Jisung - SKZ}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang