❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖❖
Ketika kehendak tak dapat dipaksa
Keburukanpun tak akan memandang dengan bertinggal diam❖❖❖❖❖
Chunae menatap dirinya dalam bayangan cermin, merapikan hoodie yang diberikan padanya untuk mengganti atasannya yang sudah basah. Tepuk-tepuk pelan pakaian itu, semerbak harumpun menyeruak. "Huuum, ini aneh"
Setelah ia bereskan pakaian basahnya, tangan kirinyapun meraih gagang pintu lalu segera keluar dari kamar mandi itu. Langkahnya kemudian menuju ruang tamu, dimana sang pemilik hunian sedang berdiam sembari menikmati tayangan di televisi.
Melihat adanya ruang kosong di sebuah sofa, Chunaepun memutuskan untuk duduk di samping pria yang tak lain adalah Jisung. Jisung agak mengernyit saat sadar Chunae duduk di sampingnya. "Terimakasih telah mengizinkanku berteduh di sini," senyuman cerah mengembang di wajah Chunae.
Jisung melirik sekilas, lalu mengangguk. "Tidak masalah," ucapnya menatap televisi.
Chunae menarik kedua bibirnya, bukannya senang melainkan agak kecewa dengan reaksi pria itu. "Oh, omong-omong... Aku ingin mengisi daya ponselku, apa boleh?" Jisung lagi-lagi mengangguk, seakan tak ada cara lain untuk merespon.
Meski helaan napas berat dari mulut Chunae terus terdengar, ia tetap mencari stopkontak untuk mencolokkan seteker pengisi daya yang ia pegang. "Dimana stopkontaknya?"
Jisung mengangkat sebelah alisnya, "Oh, maksudmu benda berlubang hidung itu?"
Chunae terdiam, memasang wajah pasrah saat mendengar pernyataan itu. "Ya, anggap saja seperti itu" Kedua matanya terus menerawang, "Lalu dimana?"
"Ada satu di ruangan ini. Itu, di sebelah lampu berdiri di sana," Jisung menunjuk ke sebuah lampu yang berada di sudut ruangan, setelah memberikan penjelasan yang cukup aneh.
Chunaepun segera melakukan apa yang harus ia lakukan, lalu kembali duduk di sofa tadi. Ia memandang Jisung yang sangat serius menyelami siaran bergerak di hadapannya, bertanya-tanya apa yang membuat pria itu sampai tak bergeming?
Chunae akhirnya memutuskan untuk ikut menyimak siaran yang sebenarnya membosankan itu. "Kau..." Chunae memberi jeda, menimbulkan dehaman tanya dari Jisung. "Kau suka menonton siaran berita, eoh?"
Jisung tak menjawab. Yah, tapi sudahlah. Lagipula, Chunae sudah biasa dengan reaksi itu. "Oh, kenapa kau tidak pernah mengatakan padaku kalau rumahmu berada di sini?"
Akhirnya, untuk pertama kalinya kala itu, Jisung menolehkan kepala untuk memulai dialog. "Kenapa juga harus kukatakan padamu?" Dingin, memang selalu seperti itu. Tapi, sepertinya Chunae tak tahan lagi. Ia menghela napas kasar, "Begitukah sikapmu kepada orang yang sudah pernah menolongmu?"
Sebenarnya memalukan untuk mengungkit jasa diri sendiri seperti itu, namun apalah daya ketika emosi sudah mendominasi. Jisung terdiam, seakan mencerna perkataan Chunae barusan. "Aaaah, apa aku harus bersikap seperti itu?," raut wajahnya tampak sungguh-sungguh.
Tentu saja Chunae kesal, "Dia ini sedang bermain-main, ya?"
Chunae memutar kedua bola matanya, "Oke, terserahmu saja." Lalu kembali menatap televisi di depannya. Tapi di sisi lain, jika diperhatikan sepertinya yang barusan itu Jisung bersungguh-sungguh. Wajahnya menekuk saat Chunae tak memberikan jawaban. "Hei, aku serius. Apa aku harus melakukan itu kepada orang yang pernah membantuku?"
Chunae terkejut, bagaimana bisa ia tak memahami hal sekecil itu. Tampaknya Jisung sudah salah paham. "Hei, apa yang sedang ada di pikiranmu sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien {Han Jisung - SKZ}
Fanfiction"Semua adalah sampah kau bilang?" ◕◕◕◕◕◕◕◕ 🄿🄸🄿. 𝓔𝔃𝔂 Remake di akun lain (move acc)