4. Memoria

36 11 84
                                    

                       ❖❖❖❖❖

Tidak peduli bagaimana aku menghapus air mata kesedihanku

Kenangan bersamamu, sudah tersimpan dengan baik dalam hatiku

Meskipun itu hanya kenangan kecil, peluk aku agar aku menjadi lebih kuat.
                      ~^ 𝕄𝕖𝕞𝕠𝕣𝕚𝕒, 𝓫𝔂: 𝓖𝓯𝓻𝓲𝓮𝓷𝓭

                   ❖❖❖❖❖❖❖

Serabut kebisingan menyeruak dalam rungunya, membuat Jisungpun spontan menggosok sebelah matanya dan mengangkat badannya dari posisi terbaring. "Heum?" Dehaman itu ia bisikkan saat mengedar ke sekitar potretan yang tak asing baginya.

Sejenak kemudian, beberapa kepala dari sekelompok anak muncul dari balik pintu. Lagi-lagi, ia merasa déja vu, dan itu hanya membuat seluruh sisi kepalanya berdenyut hebat. "Nggh!" Membuka matanya yang barusan terpejam sejenak, ia lalu kembali memandang ke arah mereka yang mulai ribut dari kejauhan.

Salah satu dari kemudian melangkah masuk, dengan jejak yang pelan ia menatap penuh kecemasan. Jisung mengernyit, "Hyunjin-ah?" Anak yang disebut Hyunjin itu kemudian terdiam sesaat, membuat Jisung semakin tak mengerti. Begitupula dengan anak-anak lainnya yang sibuk berkumpul di depan pintu itu, mereka seketika heboh dan melempar pandangan ke arahnya.

Kedua bola mata indah Hyunjin lalu tampak berkeling, yang disebabkan oleh segenang aliran di sana. Bibirnya perlahan mengembang membentuk garis lintang, dan segera menampakkan deretan giginya. "Jisung-ah, kau sadar?!" Anak itu berlari ke sisi ranjang Jisung dan memeluk obyek yang masih terkejut itu.

Menyusul oleh anak-anak yang lain, merekapun kemudian berlomba memeluk sesosok anak yang sedang terduduk di ranjang-yang tak lain adalah Jisung-, membuatnya tertindih karena beban yang menimpanya.

"Jisung-ah! Kami sangat mengkhawatirkanmu!"

"Huweeeee, kenapa kau baru bangun?"

"Jisung-ah, kau tidak apa-apa?"

"Huweeeeee!"

Jerit tangis memenuhi ruangan itu, membuat Jisung yang awalnya tak pahampun mengerti situasi ini. Ia bermimpi, ia sedang bermimpi. Mereka tidak ada, seharusnya seperti itu. Mau tak mau iapun menangis dengan kencang, bagaimanapun ia hanya ingin melihat mereka kembali seperti ini.

Ia menatap satu persatu teman-temannya itu. "Aku tidak apa-apa" Ironi, ia membohongi dirinya sendiri. Dalam hati ia sangat berharap bahwa ia dapat mengulang masa yang sedang menjadi awan dalam lelapnya itu.

Hyunjin melepaskan pelukannya, "Jisung, kita harus segera keluar dari sini!" Wajah Hyunjin menegas, meski matanya masih berkaca-kaca, ia berusaha menyingkirkan perasaannya terlebih dahulu. Jisung terdiam, lalu menggeleng. "Itu akan menjadi semakin buruk."

Hyunjin terdiam, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Wajah mereka seketika tampak gelap, membuat Jisung sadar ini hanyalah segetah gelap dari bunga mimpi. Jisung bergidik, tak siap menghadapi apa yang akan terjadi setelahnya.

"Jisung-ah, kenapa kau melakukan ini pada kami?"

Hyunjin tampak tertawa seperti kehilangan akal, lalu menangis tersedu-sedu.

"Kenapa, Han Jisung?!"

Jisung menutup kedua telinganya, itu lebih baik daripada memegangi kepalanya benar-benar terguncang itu. Suara Hyunjin lebih menyakitkan dari apapun itu dan kenapa sekarang ini terasa nyata baginya. Sedetik kemudian setelah suara Hyunjin yang menusuk itu, remang-remang sebuah tawa tertangkap dari balik pintu.

Jisung menautkan alisnya, raut wajahnya itu kini menyiratkan kebencian yang sangat. Ia tahu siapa sosok itu dan ia tak ingin melihatnya lagi bahkan dalam mimpi sekalipun. Sosok itu dengan santai melewati garis ambang pintu, membuat Jisung meluapkan emosinya. Ia mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam ke arah sosok tersebut.

Alien {Han Jisung - SKZ}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang