내 마음의 창에
Airmata yang jatuh내리는 눈물이 대답해주네
Jatuh di jendela hatiku, mereka menjawab내게 이룰 수 없는
Kau adalah seseorang yang tak bisa kumiliki인연이란 잊어야만 하는 사람
Orang yang harus kulupakanLee Hi - My Love (내 사랑)
|
|
•
|
|Matahari bersinar sangat cerah hari ini. Sepertinya hari ini akan berjalan lancar bagi Deana dan Mark.
"Byy, maaf, nunggu lama ya?" Ucap Mark pada Deana yang sedang berdiri di halte yang jaraknya tak jauh dari kampus.
Hari ini Mark mengajak Deana pergi ke rumahnya. Bertemu orang tua Mark tentunya. Karena kemarin saat di telepon, mamah Mark memintanya untuk datang. Pada hari minggu, Deana hanya ada satu kelas pagi tadi, karena itu Deana pergi ke rumah Mark hari ini.
"Nggak kok, ayo langsung aja" ucap Deana lalu langsung masuk ke mobil yang dibukakan pintunya oleh Mark tanpa Deana pinta. Mungkin itu sudah menjadi kebiasaan Mark. Padahal Deana sering mengatakan bahwa itu tak perlu dan Deana bisa membukanya sendiri, tapi tetap saja si keras kepala bernama Mark ini tak mendengarkan.
Tanpa menunggu lama, mobil Mark sudah melesat meninggalkan halte tadi. Mark juga sudah memegang tangan kanan Deana dengan tangan kirinya. Kebiasaan Mark yang lain setelah berpacaran dengan Deana.
Deana hanya menatap Mark sambil tersenyum setelah merasakan tangannya digenggam oleh Mark, lalu ia memperhatikan jalanan yang agak ramai oleh pengendara lain karena hari minggu.
"Mark" panggil Deana pada Mark karena tiba-tiba rasa gugup menyerangnya.
"Kenapa by?" Balas Mark yang atensinya masih difokuskan ke arah jalanan.
"Aku kok jadi takut ya Mark" ucap Deana sambil melengkungkan bibirnya dan tangan kirinya yang ikut menggengam tangan kiri Mark. Sekarang tangan Mark digenggam erat oleh kedua tangan pacarnya.
"Takut kenapa hmm?" Tanya Mark sambil mengelus tangan pacarnya.
"Gak tau aku deg-degan aja mau ketemu orang tua kamu" jujur Deana dengan bibir yang masih melengkung dan muka yang menurut Mark sangat menggemaskan.
"Kenapa takut? Orang tua aku gak gigit kok. Duh gemes banget siii, sini pengen aku cubit pipinya" ucap Mark gemas.
"Ih beneran Mark, takut salah ngomong nanti akunya" ucap Deana yang menahan tangan Mark agar tak mencubit pipinya yang agak tembam.
"Gak usah takut by, kan ada aku juga nanti di sana. Lagian orang tua aku juga gak bakal nanya yang aneh-aneh kok" ucap Mark meyakinkan Deana.
"Iya sih, tapi tetep aja deg-degan Mark"
"Kamu deg-degan gara-gara aku pegang tangannya kali" goda Mark pada pacarnya.
"Ih tau ah" Deana langsung melepas tangannya dari genggaman Mark dan melipat kedua tangannya serta memalingkan wajahnya tak mau menatap Mark.
"Tuh kan gemes banget, nanti orang tua aku pasti gemes juga sama kamu deh" ucap Mark sambil mengusap pucuk kepala Deana dengan tangan kirinya yang tadi dilepaskan oleh Deana.
Deana masih pada posisinya, tapi dia tersenyum dan merasa lebih nyaman karena ucapan dan usapan Mark pada rambutnya.
Mereka sudah sampai di depan rumah Mark. Ada papah Mark yang sedang membaca koran dan meminum kopinya.
"Papah nih calon mantunya udah dateng" ucap Mark sedikit berteriak karena jarak dari mobil dan teras tempat duduk papah Mark lumayan jauh. Rumah Mark tergolong rumah mewah menurut Deana.
"Loh sini bawa masuk dong Mark mantu papahnya" balas papah Mark dan tersenyum hangat.
Astaga. Deana rasanya malu setengah mati karena kelakuan pacarnya ini. Deana malu sendiri mendengar percakapan Mark dengan papahnya itu.
Deana hanya tersenyum kikuk dan langsung menyapa papah Mark saat mereka bertemu di teras.
"Pagi, om. Saya Deana" ucap Deana sopan pada papah Mark.
"Jangan panggil om dong. Panggil papah aja ya, kan kamu juga anak papah sekarang" ucap papah Mark masih dengan senyuman hangatnya.
"Iya pah" ucap Deana tak terlalu gugup lagi setelah melihat senyuman hangat papah Mark yang sangat menerima Deana disini.
"Ayo masuk itu mamah kamu udah nunggu Pacar kamu dari tadi loh Mark"
Tanpa menjawab dan hanya mengangguk, Mark membawa Deana masuk ke dalam rumah Mark. Seperti dugaan Deana, rumah Mark memang mewah, luas dan sangat bersih. Terlihat wanita paruh baya yang berada di dapur dan sedang membuka kulkas.
"Mah ini Deana udah dateng" ucap Mark pada mamahnya yang berada di hadapan kulkas.
"Loh udah dateng toh? Padahal mamah baru mau masak ini" ucap mamah Mark sambil mengeluarkan sayuran dari dalam kulkas.
"Iya tante, saya bantu masak juga ya tante" ucap Deana menghampiri mamah Mark.
"Kan udah dibilang jangan panggil tante, panggil mamah aja biar makin deket ya" ucap mamah Mark.
"Eh iya lupa lagi, mah" Deana benar-benar lupa, mungkin karena dia gugup Sekarang.
Dua wanita berbeda umur itu melanjutkan aktivitas masak-memasaknya. Deana membantu mamah Mark yang akan membuat makan siang untuk mereka. Mark hanya memperhatikan dari meja makan. Mamah Mark melarang Mark untuk ikut campur, nanti bukannya membantu yang ada malah mengacak dapur.
Papah Mark masuk ke dalam rumah setelah selesai membaca koran paginya itu. Papah Mark tersenyum melihat interaksi keluarganya dan Deana di dapur. Papah Mark sebenarnya ingin mempunyai anak perempuan, tapi tak bisa karena mamah Mark mempunyai suatu penyakit.
"Tuh Mark, udah cocok jadi menantu papah, nikahin aja besok" Ucap Papah Mark bercanda. Deana yang mendengar perkataan itu terkejut, dan hanya bisa tersenyum canggung.
"Nah boleh tuh Pah, besok aku nikahin ya" Balas Mark untuk perkataan Papahnya tadi. Deana makin terkejut, Deana belum terbiasa dengan candaan keluarga ini.
"Udah-udah itu Deananya nanti gak nyaman, lagian masa maen nikah-nikah aja. Kuliah dulu yang bener, Mamah mau liat calon mantu mamah wisuda terus jadi dokter nanti" Ucap mamah Mark. Akhirnya ada yang mencairkan suasana tegang bagi Deana ini. Iya, hanya Deana yang tegang. Mark malah bahagia, dia merasa hubungannya sudah direstui oleh orang tuanya
Selesai memasak Deana dan Mark mengangkat semua masakan tadi ke meja makan. Papah dan Mamah Mark sudah duduk terlebih dahulu di meja makan. Makan siang kali ini mereka lalui dengan bercanda ria. Suasana ini sangat nyaman, seperti keluarga kedua bagi Deana.
Deana sedang berada di kamar Mark sekarang, tapi pemilik kamar dilarang masuk oleh mamahnya. Kamar Mark cukup rapi bagi kamar seorang lelaki, didomimasi oleh warna biru.
Mamah Mark memperlihatkan foto masa kecil Mark. Semuanya lucu, tapi ada satu foto yang menarik perhatian Deana.
"Mah, di foto ini kenapa Mark nangis?" Tanya Deana penasaran.
"Oh ini foto waktu di Kanada dulu. Mamah sempet drop terus masuk rumah sakit, waktu itu Mark masih kecil dan gak boleh masuk ke kamar rawat mamah. Pas mamah udah boleh pulang, Mark nangis bilang mamah gak boleh masuk rumah sakit lagi. Dia nangis lucu banget makanya mamah suruh ambil fotonya" Jelas Mamah Mark dengan senyumannya.
"Mamah dulu sakit apa?" Deana masih penasaran, jadi ia bertanya lagi pada Mamah Mark.
"Cuma penyakit biasa kok" Jawab Mamah Mark santai, membuat Deana percaya bahwa sakit yang Mamah Mark alami saat itu bukan penyakit serius.
To
Be
ContinueSalam dari jodoh Mark Lee💚
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR || MARK LEE
RomanceHanya sebuah kisah cinta antara anak Tuhan dan hamba Allah. Tentang takdir yang menyatukan mereka. Dan tentang segala perjuangan mereka untuk mempertahankan hubungan rumit ini. "Gua mau jujur sama lu, gua suka sama lu"🍉 "Gua sayang sama lu Na, buk...