🕊 Kahfi-1🕊

9 3 0
                                    



••
•••

🕊

"Mak Encum! Air beku rasa jeruknya dua!"

"Hah? Maksudnya gimana den?" Mak Encum melongo tidak paham.

"Kahfi pesen air beku rasa jeruknya dua Mak. Masa gitu aja gak paham"

"Ya Mak teh emang gak paham atuh den, maksudnya air beku teh apa?" Ucap Mak Encum.

Pletak!

Kenzo menjitak kepala Kahfi, "Yang bener anjir! Ngeribetun mulu lo!" Ucapnya.

Kahfi nyengir sembari mengusap kepalanya, "Maksud Kahfi, pesen es jeruknya dua Mak" ujarnya cengengesan.

Mak Encum membulatkan mulutnya sambil mengangguk, "Oh pesen es jeruk toh, yang jelas atuh den. Bikin Mak pusing aja"

Kahfi hanya nyengir lebar.

"Yaudah, Mak buatin dulu atuh ya"

"Siap Mak!"

Mak Encum mulai membuatkan pesanannya. Sementara Kahfi dan kedua temannya duduk dikursi yang tersedia dikantin. Farel mengernyitkan keningnya merasa ada yang salah.

"Eh bentar, lo tadi pesen es jeruknya berapa, Kaf?" Farel menatap Kahfi.

"Dua." Balas Kahfi dengan mata fokus menatap layar ponselnya.

"Lah, kenapa pesennya dua?" Tanya Kenzo heran.

Kahfi mendongak sambil mengangkat sebelah alisnya, "Terus? Terserah gue dong, mau pesen berapa juga" Ucapnya.

"Masalahnya kita ada tiga orang! Kenapa lo malah pesen dua?"

Kahfi mengernyitkan keningnya, "Lah, yang pesenin lo berdua siapa? Gue pesen dua cuma buat gue doang. Kalo lo pada mau pesen aja sendiri sono!" Balas Kahfi dengan wajah menyebalkannya.

Mendengar hal itu lantas Kenzo dan Farel mendengus kesal. Harusnya mereka sudah hafal dengan watak teman setannya ini. Lagipula apa yang bisa mereka harapkan dari makhluk modelan Kahfi?

"Setan lo, Kaf!" Umpat Kenzo.

Kahfi hanya mengedikkan bahunya acuh sambil bermain ponsel.

"Mak! Es jeruknya tambah dua lagi!" Teriak Farel.

"Siap den!"

Kini Kahfi dan kedua temannya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Es jeruk pesanan mereka pun sudah habis tak tersisa.

"Lo berdua kenapa bisa keluyuran gini?" Kahfi menatap Kenzo dan Farel.

Farel mendongak, "Kita tadi alesan izin ke toilet" Jelasnya.

Kenzo mengangguk, "Bosen gue dikelas! Mata gue sepet ngeliat si lampu bohlam terus-terusan nyerocos!" Keluhnya.

"Maksud lo pak Muhdin?"

KAHFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang