🕊 Kahfi-7 🕊

6 3 0
                                    



••
•••

🕊


"Ini semua gara-gara lo!"

"Ck, udah kali Man. Nyalahin gue mulu lo!"

"Ya emang salah lo! Coba kalo lo gak usil gondol kaus kaki gue. Kita gak bakal dihukum kayak gini!"

"Iya-iya pangeran yang salah!"

Saat ini Kahfi dan Nara tengah membersihkan area ruangan ekskul basket. Setelah acara cosplay film India tadi, mereka mendapatkan hukuman membersihkan seluruh ruangan yang ada digedung C. Dimana gedung tersebut berisikan ruangan-ruangan khusus ekstrakurikuler SMA Wijaya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari lima belas menit yang lalu. Keadaan sekolah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa murid saja yang mungkin masih ada kepentingan disini. Outdoor basket adalah ruangan terakhir yang Kahfi dan Nara bersihkan saat ini.

Setiap murid yang berlalu lalang menggelengkan kepalanya melihat Kahfi dan Nara yang bersih-bersih sembari adu mulut saling menyalahkan.

"Lo yang bener dong nyapu nya! Tuh liat, sebelah situ sampah sama debunya belum bersih!" Omel Nara melihat Kahfi yang tengah menyapu dengan ogah-ogahan.

"Iya Man, iya." Balas Kahfi malas. Capek woi!

"Kahfi! Itu jangan diinjak lantai sebelah situ! Baru aja gue pel. Tuhkan, kotor lagi!" Pekik Nara.

Disini memang tugas Nara mengepel lantai. Sementara Kahfi menyapu nya.

Kahfi nyengir, "Sorry, gak sengaja, Man."

Nara mendengus kesal, kakinya melangkah untuk mengepel lantai yang tadinya sudah bersih kinclong, namun kembali kotor karena pijakan sepatu dari setan kampret.

Nara berdecak, "Lo yang bener dong, Kaf! Kalo kayak gitu nyapu nya gimana mau cepet selesai!"

"Itu sampahnya juga jangan lupa dimasukin kedalam tong besar!"

"Iya sayang iya."

Nara tidak memperdulikan jawaban nyeleneh Kahfi. Ia sibuk mengepel lantai sambil sesekali menyeka peluh keringat yang mengucur di area wajahnya. Ini semua salah setan kampret itu. Kalo saja Kahfi tidak usil menggondol kaus kaki miliknya, mungkin sekarang Nara sudah sampai dirumah dan beristirahat dengan nyenyak dikasur empuknya.

Kahfi membuang sampah yang berserakan kedalam tong besar yang ada didepan outdoor. Matanya melirik Nara yang tampak kelelahan. Terlihat dari raut wajahnya yang dibanjiri keringat. Dalam hatinya Kahfi merasa sedikit bersalah. Bagaimana pun juga semua ini gara-gara dirinya.

"Capek ya?"

Nara merasakan usapan lembut dipelipisnya bersamaan dengan lontaran pertanyaan dari seseorang yang suaranya amat sangat ia kenali. Nara mendongakan kepala. Entah kenapa, nafasnya seketika tertahan. Matanya memperhatikan dalam diam sosok didepannya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan tidak normal. Ada gelenyar aneh yang menyusup masuk kedalam hatinya. Menghantarkan rasa hangat yang baru ia rasakan sekarang.

Didepannya, Kahfi berdiri dengan tangan yang sibuk mengusap lembut keringat di area pelipisnya.

"Gue minta maaf."

KAHFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang