🕊 Kahfi-6 🕊

8 3 0
                                    


••
•••

🕊

Kahfi dan kacung-kacungnya terlihat tengah berjalan beriringan dikoridor gedung B. Cowok berparas rupawan itu berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Jangan lupakan juga wajah songong nan menyebalkannya yang terangkat kedepan. Mulutnya sibuk bersiul-siul ria.

"Eh, dek!" Kahfi memanggil seorang siswi yang baru saja melewatinya.

Siswi tersebut berbalik menghadap Kahfi dan teman-temannya dengan pipi yang sudah merona. Oh ayolah, meskipun kelakuannya selalu membuat orang naik pitam, hal itu tidak mengurangi nilai plus dimata para siswi yang begitu mengidam-idamkan Kahfi. Meski kelakuannya macam setan, Kahfi tetap menjadi sang cassanova-nya SMA Wijaya.

"I-iya kak, ada apa?" Adik kelas yang diketahui ber- name tag Lola itu bertanya dengan gugup.

"Lo tau gak, apa bedanya lo sama lukisan?" Tanya Kahfi.

Lola menggeleng tidak tahu dengan pipi yang semakin merona.

"Kalo lukisan itu memperindah pemandangan, kalo lo merusak pemandangan!"

Dengan rasa tidak bersalahnya Kahfi tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan hal itu. Tak jauh berbeda dengan teman-temannya yang ikut tertawa. Sedangkan Lola langsung berlari dengan perasaan malu dan mungkin sakit hati.

"Sialan! Anak orang itu."

"Kasian anjir! Gue yakin dah, itu anak dari awal pasti udah berharap digombalin. Eh, tau-tau nya malah dijatohin!" Seru Farel.

"Setan lo Kaf!" Umpat Bayu terkekeh.

Kahfi hanya tertawa pelan. Sebenarnya tadi ia hanya bercanda saja. Bahkan niatnya pun setelah mengatakan hal itu Kahfi akan meminta maaf. Tapi ternyata siswi yang ia kerjai tadi sudah lebih dulu pergi. Jadi ya sudahlah, bodoamat.

Cowok bermanik mata hitam legam itu menangkap sosok Nara yang sedang membuang sampah. Asik! Gangguin kayaknya seru nih!

Kahfi berjalan menghampiri Nara, "Ekhem! Preman cantik pagi-pagi udah rajin aja, nih! Jadi makin cinta."

Nara menolehkan kepala kesamping kala telinganya menangkap suara yang tidak asing baginya.

"Masih pagi jangan ngajak ribut lo, Kaf!" Peringat Nara.

"Kalo gue ajak nikah gimana, mau gak?" Kahfi menaik-turunkan alisnya.

Nara mendengus, "Ogah!" Tolaknya mentah-mentah.

Bagaimana jadinya rumah tangga mereka nanti, jika ia mempunyai suami berkelakuan setan macam Kahfi. Membayangkannya saja membuat Nara bergidik ngeri.

Kahfi tertawa pelan, "Meskipun lo nolak dengan keras, kalo misalkan jodoh lo itu gue, gimana?" Tanya nya lagi. Berniat menggoda gadis disampingnya yang gampang terbawa emosi.

Mendengar hal itu, Nara sontak mengetuk-ngetukan tangannya ke kepala lalu beralih ke tong sampah yang berada didepannya.

"Amit-amit ya Allah! Gak sudi gue punya jodoh kelakuan setan kayak lo!"

KAHFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang