chap 18

3.6K 404 47
                                    

  • Happy reading •

Setelah kejadian di ruang kerja milik daddy, Moza diantar oleh pa'e ke kamarnya. Karena bisa dipastikan jika Moza tidak langsung Istirahat maka akan berakhir di rumah sakit atau bahkan di rumah sakit jiwa lagi.

Saat ini seluruh anggota keluarga ( -Moza dan Twins ) sedang berkumpul di ruang privasi guna membahas masalah yang menimpa Moza dan daddy.

"Ehem" dehem kakek memecahkan keheningan.

"Bisa dijelasin awal mulanya gimana" tanyanya sembari memandang satu per satu anggota keluarga.

"Biar Alde aja yang jelasin" ucap daddy sambil menghela nafas kasar.

"Intinya tuh Alde ngga sengaja tampar sama bentak Moza, terus Moza ngeluarin semua yang di pendem sendiri selama bertahun-tahun. Ternyata Moza cuman pengen dapet perhatianku tapi dengan bodohnya aku mengacuhkannya, Moza juga bilang kalo huft Moza pernah kena gangguan mental bahkan lebih parahnya kena gangguan jiwa" jelasnya diakhiri dengan lirih, ia masih tak menyangka atas perbuatannya, menyebabkan dampak yang begitu parah.

Nenek, kakek, mama, papa, Vino syok mendengar bahwa Moza pernah terkena gangguan jiwa. Kenapa cuman mereka, sedangkan ma'e, pa'e, bunda dan Arven sudah mengetahuinya. Bunda, ia ikut serta merawat Moza selama terkena gangguan jiwa, ma'e, pa'e dan Arven mengetahui langsung dari Moza.

"Apa, cucuku pernah terkena gangguan jiwa" ucap nenek tak percaya, yang diangguki pasti oleh bunda.

"Kenapa bisa" tanya papa.

"Karena mental Moza udah ngga kuat, makannya jadi depresi terus lama-lama kena gangguan jiwa" ucap bunda.

"Kapan kejadiannya" tanya nenek.

"Kejadian pastinya tiga tahun lalu" ucapnya sambil menatap abangnya sinis. Sedangkan daddy yang mendapatkan tatapan sinis dari adiknya hanya menundukkan kepalanya.

"Nenek macam apa aku, cucunya sakit jiwa aja aku ngga tau" lirihnya dengan tatapan kosong.

"Syut, ga boleh gitu" ucap kakek sambil mengelus punggung istinya.

"Bang dengar-dengar lo mau gugat cerai mbak Diana" tanya bunda kepada daddy.

"Huft, iya abang bakal gugat cerai Diana. Ini juga buat kebaikan Moza" jelasnya yang sebenarnya tak enak berbicara perihal perceraian dihadapan mertuanya.

"Ikuti kata hatimu nak, kami ngga bakal ngelarang kalau kamu mau gugat cerai Diana, syukur-syukur kamu dapet pengganti yang jauh lebih baik" nasihat kakek yang diangguki oleh daddy.

"Apapun keputusanmu kami bakal dukung" timpal nenek sambil tersenyum tulus.

"Tapi bang, kalo abang jadi gugat cerai mbak Diana, abang bakal dicoret dari marga Alexander" tutur bunda dengan nada khawatir.

"Lebih baik abang di coret dari pada abang harus terus-terusan ngeliat putriku menderita" jelasnya dengan pandangan kosong.

"Tapi gimana sama anakmu yang lain" tanya ma'e.

"Udah cukup buat mereka ngerasain kasih sayangku selama ini, sedangkan Moza bahkan hanya sekedar kutanyakan kabar saja tak pernah. Keputusanku udah bulat, yang terpenting sekarang putriku merasakan bahagia atas perhatianku"

"Tanpa cerai juga bisa ngasih perhatian ke Moza bang"

"Monica, dengerin abang. Diana itu benci sama Moza, kecil kemungkinan bakal ngga nyelakain Moza. Lebih baik abang di coret dari keluarga dari pada nyia-nyiain kesempatan ke dua ini" tegasnya.

MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang