chap 17

3.7K 426 23
                                    

Maaf baru bisa up soalnya author baru sembuh.

• Happy reading •

Hari Minggu Moza menghabiskan waktunya dengan bermanja-manja dirumah, bukan bermanja dengan Arven ataupun keluarganya melainkan bermanja-manja dengan kasur kesayangannya.

Apa kalian tau Minggu ini mansion keluarga Pradipta tidak seperti biasanya yang sunyi, kali ini terjadi kebisingan yang di akibatkan oleh cucu kembar tuan Alde Alexander dan para wanita cantik pengecualian Moza yang masih berada di alam mimpinya.

"Kenapa si lo dari tadi misuh-misuh ga jelas" tanya Bunda kepada ma'e. Jangan heran kenapa pakai lo-gue, jelas karena racun dari Moza yang katanya biar jadi emak-emak gaul.

"Gondok tau ngga si, punya anak perawan kerjaannya molor terus" balasnya sambil mencuci piring dengan kasar.

Gubrak

Gubrak

Prangg

Brakk

"Sapa yang lo maksud anak perawan" tanya mama Arven.

"Moza la siapa lagi"

"Heh dodol anak gue aja udah nyemprotin kecebongnya, begimana anak lo masih perawan" sewot mama.

"Iya juga ya" ucap ma'e sambil berfikir kembali.

"Tapi ya tetep aja, udah punya suami sama anak kerjaannya sama aja molor terus. Gimana coba kalo dapet mertua yang galak" lanjutnya.

"Halah nyatanya dapet mertua kaya Sarah juga, diributin mulu dah masalah Moza" celetuk bunda.

"Oh iya ya"

"Tetep aja anak perempuan ga boleh males-males buat bagun pagi nanti suaminya di patok ayam"

"Heh ngadi-ngadi ya lo" kompak bunda dan mama. Yang di balas cengiran bodoh oleh ma'e.

"Dah gue mau bangunin dulu Moza, enak bener kita beresin rumah sedangkan ono enak-enak molor, gue gibeng juga tu anak" ucap ma'e setelah selesai mencuci piring lalu berjalan kelantai dimana kamar Moza dan Arven berada.

"Moza masih di kamar Sep" tanya ma'e sambil berjalan ke arah tangga, padahal ada lift yang gampang kenapa pake tangga coba. Ya itulah ma'e dengan segala kebodohannya yang selalu bikin geleng-geleng.

"Masih, soalnya abis nyemprot kecebong makannya Moza masih tidur" ucap Arven enteng.

"Punya mantu mesum bener" cibirnya yang tak di hiraukan oleh Arven.

Setelah sampai di depan pintu kamar milik Arven dan Moza tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ma'e menyelonong masuk untuk membangunkan tuan putri dari tidur nyenyak nya.

"Nya bangun sudah pagi" ucap ma'e berlagak seperti seorang Art membangunkan majikannya.

"Hmm" dehem Moza yang masih memejamkan matanya.

"Sudah siang nya" ucapnya lagi dengan sabar.

"Hmm" lagi Moza hanya menyahut dengan deheman saja.

"Nyonya sudah waktunya untuk sarapan"

"Hmm" lagi, lagi deheman yang keluar dari bibir munggil Moza yang masih setia memejamkan matanya

"Nyonya sudah ditunggu oleh tuan di ruang makan"

"Hmm"

Sudah ma'e sudah tidak ada kesabaran lagi untuk membangunkan anak semata goleknya itu.

"Bangun ngga lo Ja" ucap ma'e sambil menggoyang-goyangkan tubuh mungil Moza.

MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang