Chap 26

2.9K 407 196
                                    

Come back agak maleman.

Sorry baru bisa up ya, banyak banget problem nih

Intinya buat yang ngga suka sama Moza skip aja deh, dari pada julidnya ke Moza.

Yok begadang yok

Kalo ada typo tandai ya


• Happy reading •

Seminggu berlalu, keadaan Erza dkk sudah mulai membaik. Bagaimana bisa membaik? Ya karena sudah tak disiksa lagi oleh orang misterius tersebut, mereka juga sudah dibolehkan pulang ke kediaman masing-masing. Seluruh keluarganya mencari tau siapa dalang di balik khasus ini.

Berbeda dengan keluarga Erza dkk yang disibukkan mencari pelaku atas kesengsaraan anaknya, keluarga Abraham disibukkan dengan ujian kesabaran yang di adakan oleh Moza.

Daddy Alde dan Pa'e Adam sedang berdebat dengan Moza, lagi-lagi perkara 'ngidam' tersebut yang membuat sebuah kekacauan. Moza menginginkan Daddy Alde dan Pa'e Adam untuk berdandan layaknya seorang biduan yang ada di kompleknya. Menggunakan baju gamis panjang, kerudung pendek disampirkan ke pundak, hail heels 12 cm dan jangan lupa make up yang harus sama persis tidak boleh tidak.

Para wanita yang mendengarkan permintaan Moza dibuat meringis, Daddy Alde dan Pa'e Adam itu orang yang terkenal bagaimana jika ada yang melihatnya? Mau di kemanakan wajah tampannya, yang selama ini dikenal orang-orang berwibawa, bringas dll sekarang berubah menjadi biduan bencong. Hey mana mau mereka?

Ma'e Alisa yang sudah tak kuat menahan sesak didada, akhirnya melangkah mendekati Moza, memegang bahu Moza dan mengguncangnya dengan kencang, "MOZA SADAR, SETELAH INI SIAPA YANG MAU MENJADI KORBAN 'NGIDAM'MU ITU." teriak Ma'e Alisa mengagetkan semuanya terutama Moza.

"ANAKMU UDAH TENANG DISANA, JANGAN BERTINGKAH SEOLAH KAMU MASIH MENGANDUNG."

"IKHLAS IN MEREKA, OJA."

"UDAH YA SADAR, JANGAN TERUS-TERUSAN BIKIN MA'E SAKIT LIAT KAMU KAYA GINI." pecah sudah tangis Ma'e Alisa yang sejak tadi ia tahan, lebih baik ia mendapatkan sakit di tubuhnya dari pada sakit hati melihat anak kesayangannya depresi menuju gila, mungkin.

"UDAH CUKUP DULU AJA KAMU SAMPE GILA, OJA." bentak Ma'e Alisa dengan dada naik turun. Moza yang mendapatkan guncangan dan teriakan dari Ma'e Alisa matanya berkaca-kaca, apalagi kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya itu amat menyakitkan.

Daddy Alde dan Pa'e Adam saling pandang, menerjang tubuh Moza yang mulai bergetar. "JANGAN BENTAK PUTRIKU" teriak Daddy Alde dan Pa'e Adam bersamaan.

Pa'e Adam mengelus pucuk kepala Moza, "Udah ya jangan dipikirin, dek."

Jadi semua ini bukan mimpi ia keguguran? Berarti selama ini Moza hanya berhalusinasi saja? Merasa sangat bodoh bisa sampai kehilangan anak yang belum melihat kejamnya dunia ini. Apa anaknya yang tak mau lahir dari rahimnya, rasanya lebih sakit dari pada disiksa Erza dkk tempo hari. Ayo siapapun tampar Moza untuk lebih meyakinkan ini, tapi jangan keras-keras soalnya sakit.

Karena terlalu mendalami lamunannya sampai-sampai ia tak mendengar ucapan dari kedua ayahnya itu, "Ah ya, apa?" tanya Moza kikuk.

"Izinin adek sendiri dulu ya, soalnya butuh ketenangan." lanjutnya melepaskan paksa pelukan dari Daddy Alde dan Pa'e Adam, berlalu meninggalkan keluarganya yang masih membisu kecuali kedua ayahnya yang berteriak tak ingin ditinggal.

Moza berjalan tak tentu arah, yang terpenting hati dan pikirannya tak terlalu gaduh. Menyusuri jalan yang ramai pengendara sampai akhirnya ia menemukan sebuah sungai yang digunakan mandi dan mencuci oleh warga sekitar, ah berarti ia sangat jauh melangkahkan kaki munggilnya itu.

MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang