Guruh menaikkan alisnya mendengar kakak nya berucap demikian. "Ngulang kesalahan? Gimana caranya?". Agung mengacak rambutnya frustasi,
"Ya tinggal ngulang kesalahan yang sama, lo itu cowo, gampang buat cowo ngelakuin kesalahan", agung menggertakkan giginya gemas melihat raut wajah adiknya yang sepertinya masih kurang mengerti. Ia kemudian menggerakkan lengannya, menyuruh guruh untuk mendekat.
"Bilang sama gue lo udah pacaran berapa kali?", Setelah guruh duduk di sampingnya, agung bertanya dengan wajah serius sembari merangkulnya dan melihat adiknya menggeleng membuatnya menggeplak jidat.
Tidak habis fikir bagaimana mungkin dirinya yang sekelas playboy akut, yang kerjaannya berganti-ganti perempuan, punya adik yang bahkan berpacaran pun belum pernah? Hill apa kata dunia.
"Gue gak tahu caranya". Lihat bahkan sekarang adik imuet nya itu menyengir tanpa dosa dan menggaruk bagian belakangnya.
"Gue kasih tahu sama lo ya, kalau lo bikin kesalahannya sama cewe, itu lebih gampang buat ngulang, secara kan cewe selalu percaya sama apa yang cowok bilang".
Agung menjelaskan dengan tangannya yang ikut bergerak. "Gue tau sikap ini brengsek, tapi, gue percaya sama lo". Agung meninju pelan pundak guruh. "Udah malem gue ke kamar dulu, jangan rindu yee". Lanjutnya dan mencolek dagu adiknya membuat sang empu mendelik padanya. Dan ia tertawa puas melihat adiknya kesal lalu berlari keluar menuju kamar nya.
Walaupun kakak nya itu punya sifat yang menyebalkan, dan kadang membuatnya kesal setengah mati, tapi jika adiknya mengalami masalah, maka kakak nya lah yang akan menjadi garda terdepan memberikan solusi.
'mengulang kesalahan ya...'
Guruh menyeringai, saat satu ide muncul dikepalanya. Setelah itu ia membaringkan tubuhnya di kasur QueenSize nya, dengan seringaian yang tak kunjung hilang sampai mimpi menjemput.
⚜️⚜️⚜️
Ditempat lain di waktu yang bersamaan...Alvian tengah berdiri di balkon kamarnya memandangi rintik hujan yang mengguyur malam ini, ditemani secangkir coklat panas yang tadi pelayannya buatkan.
Helaan nafas terus terdengar, seolah ia sedang dihadapkan dengan permasalahan yang amat dalam. Bingung. Ya ia sedang mengalami kata itu saat ini.
Suara ketukan pintu tidak mengalihkan atensinya dari fikiran nya sama sekali. Hingga seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda di usianya yang menginjak usia empat puluh lima memasuki kamar anaknya.
Iya dia adalah mama nya alvian, Dena. Ia berjalan pelan menuju balkon dimana putra sulungnya berada. Ia menepuk pundak anaknya, membuat sang anak terkejut dan menoleh.
"Ma!"
"Hmm apa yang sedang difikirkan putra tampan mama? sampai ketika mama nya datang pun ia tidak menyadarinya". Alvian menghela nafas kemudian mengikuti mama nya untuk duduk di kursi balkon.
"Ma, saat mama SMA dulu, apa mama pernah pacaran?". Dena menyipitkan matanya menatap sang anak curiga, "kenapa kamu udah punya pacar? Mana mama pengen lihat?!". Tanyanya, dan berhasil membuat alvian gelagapan, lalu ia menggaruk pipinya yang sebenarnya tak gatal sembari tersenyum canggung.
"Gak gitu ma, al..." Ucapannya terputus saat sang mama tersenyum dan mengangguk sebelum berucap.
"Mama pernah pacaran, tapi bukan saat SMA. Mama pacaran pas kuliah, sama papa kamu." Ujarnya lalu tersenyum menatap lekat sang putra.
"Apa papa berjuang waktu itu?!" Alvian bertanya antusias dan itu membuat sang mama terkekeh pelan. Sepertinya Ia sudah tahu niat putranya. Kemudian ia menggeleng dan menjawab.
"Papa kamu gak perjuanganin mama, tapi, pas dia nembak mama waktu itu, adalah moment yang sangat berkesan, karena papa kamu nyatain perasaannya dia di kantin, saat seluruh mahasiswa dan mahasiswi sedang makan disana. Otomatis kan mereka menyaksikan kejadian itu, mama malu, tapi senang juga, makanya mama gak ragu dan langsung terima saat itu juga. Apalagi kan karena mama sama papa kamu waktu itu sering ngerjain tugas bareng, makanya kita agak deket, dan yaaa kita sampe ke jenjang pernikahan".
Alvian mengusap pipi sang mama saat tak sengaja setitik air mata membasahi pipi wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan nya. Dena tersenyum melihat perlakuan putranya. Entahlah setiap kali ia mengingat moment itu, selalu berhasil membuatnya menitikan air mata. Terharu mungkin.
Lengannya memegang tangan putranya dan menggenggam nya. "Mama minta sama kamu, kalau kamu sudah jatuh cinta pada satu perempuan, maka cintai dia dengan tulus sebagaimana kamu mencintai dan menyayangi mama dengan tulus. Kita sama-sama perempuan. Kalau kamu nyakitin dia, maka sama aja kamu dengan nyakitin mama".
Alvian mengangguk dengan ucapan mama nya barusan.lalu ia berdiri dan memeluk mama nya erat menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher sang mama, "tapi gak ada yang bisa gantiin tempat mama disini". Ujarnya setelah melepaskan pelukan itu. Sambil menunjuk dadanya.
Dena tersenyum simpul. Kemudian ia mengusap kepala sang anak dengan sayang. "Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan?".
"Al cuma mau tanya, sebenarnya..." Alvian menjeda ucapannya, ia gugup, tentu saja, namun melihat mama nya tetap tenang dan malah menaikkan alis, ia kemudian melanjutkan "...kalau al punya pacar, mama setuju gak?!". Pemuda jangkung itu menelan ludah saat sang mama mengernyit dan memicingkan matanya.
Dena tertawa, ia merasa geli melihat raut wajah putranya, lalu ia mencubit pipinya gemas. "Mama tadi udah bilang, cintai di dengan tulus, seperti kamu mencintai mama, oke?!"
"Berarti diizinin?". Alvian bertanya antusias, dan melihat sang mama mengangguk sembari tersenyum, pemuda itu tanpa ragu melompat saking girangnya dan memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu, sambil tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih.
"Iya iya, udah sekarang kamu tidur udah malem, mama juga mau tidur ngantuk, selamat malam". Alvian mengangguk dan mengikuti sang mama masuk ke kamarnya, Lalu membaringkan tubuhnya, saat melihat mama nya keluar. Ia mulai terlelap dengan senyuman yang tak kunjung luntur.
⚜️⚜️⚜️
Saat ini keny sedang terduduk di kasur QueenSize dikamar nya. Ia sedang berfikir keras mengenai buku yelia. "Kalau gue kasih buku ini sama al, gimana yaa?!".Monolog nya sembari memandangi buku bersampul biru Doraemon itu. "Gue kasih aja lah". Pemuda dengan kaos hitam itu berdiri dan hendak memasukkan buku itu pada tasnya.
"Tapi kalau gue kasih, gue gak ada alasan dekatin mereka". Pemuda itu kembali menarik lengannya dari dalam tas. "Tapi bukan dia yang gue incar"
Keny kembali memasukkan buku itu kedalam tasnya. Tapi ia menariknya kembali. Sampai kejadian itu terulang berkali-kali.
Kemudian pemuda itu mengacak rambutnya frustasi. Ia bingung dengan fikirannya yang tidak sejalan dengan hatinya.
"Arrgggh bodo lah. Gue fikirin besok aja"
Kemudian ia meletakkan buku yelia diatas meja belajarnya. Ia berjalan kearah kasurnya sembari merentangkan ototnya dan menguap lebar. Ia fikirkan besok saja. Tak berapa lama kemudian pemuda itu terlelap dalam mimpinya.
Pojok author 🍁
Hehe ada yang nungguin gak?😅
Gak ada ya,
Kalau ada, minta vote sama komen kalian boleh?
Jumat,04 juni 2021
05.44
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKATJUNGJUNG
Teen Fiction"kalau misalkan nya gak ada kpop di dunia ini gimana gue menjalani hidup?"~aila arinsona aryawijaya "Bodo amat gue gak peduli"~kania quennnazeela "Tampannya~pacar siapa sihhh"~yasmina setiaandji "Gue gak bakalan bisa nafas kalau sedetik aja gue gak...