25

16.6K 2.3K 219
                                    

"jadi kamu sama sekali gak tahu soal kejadian ini?" Tanya Christine.

"Iya Bu, saya sama sekali gak tahu soal itu," jawab Clausa.

"Lalu siapa yang membuat Slavia terkunci di ruang tari?"
Wajah Slavia kian memucat. Gadis itu lagi lagi mencoba menunjukan pada semua orang bahwa dia lah korban dan harus ada hukuman bagi sang pelaku.

"Saya gak tau Bu, waktu istirahat saya gak sama sekali ninggalin kelas sampai diajak Rafa ke kantin, saya gak mungkin nyuruh orang juga," ujar Clausa lantang

"Selain itu.... Sebenernya saya bingung Bu, kenapa saya adalah orang pertama yang ditunjuk sebagai tersangka, sekali pun saya sering sekali bikin masalah khususnya sama Slavia, tapi apa kali ini ada bukti pasti yang menunjukkan kalau saya pelakunya? Kalau gak ada.... Ini penuduhan tanpa bukti gak sih? Fitnah?" Clausa mencoba meloloskan diri sekarang.

Pasalnya memang ia sama sekali tak ingin berurusan dengan Slavia atau Argantara apalagi perkara tindakan jahat pada Slavia.

Memang benar, mereka menuduh Clausa tanpa adanya bukti hari ini yang mengarah pada Clausa. Jujur saja itu membuat Clausa sedikit merasa marah dan semakin memupuk dendam pada manusia manusia di depannya.

"Gini, Clausa, ibu sama temen mu minta maaf, kita mungkin gak cari tahu terlebih dahulu, mungkin kamu udah boleh pulang," seperti nya Christine mulai segan akan apa yang terjadi terutama aksi tuduh menuduh yang tak mendasar.

"Oke Bu, Clausa pergi, permisi,"

Sebelum benar benar pergi, Clausa memberikan senyuman manis namun sedikit palsu dan tak lama kemudian malah terkesan mengejek pada Slavia dan kekasih dari gadis itu yang kini berada di sebelahnya.

Begitu keluar dari ruang konseling, mata Clausa bertemu pandang dengan Hidden yang berada di depan kelasnya. Pria itu menatap ke arah Clausa dan setelah itu berlalu begitu saja.

Clausa berdebar secara tiba tiba. Ada apa lagi (?). Biasanya debaran ini hanya ia rasakan pada sosok Argantara. Kenapa saat melihat Hidden yang menatapnya tanpa tatapan tajam dan menghakimi membuat Clausa berdebar menyenangkan.

"Lo suka Hidden juga Clau?" Raya bertanya dalam dirinya. Tentu saja itu pertanyaan untuk Clausa.

Tak ada jawaban dan lagi lagi Raya kesal dengan itu. Tak begitu lama, Clausa memutuskan segera kembali ke kelasnya.

Setibanya di kelas, Iksa menghampiri Clausa.

"Kenapa Clau?" Tanya Iksa.

"Itu, dikira gue yang ngunci Slavia," jawab Clausa santai.

Iksa langsung bergegas hendak berbalik dan untung langsung di tahan Clausa.

"Mau kemana?" Tanya Clausa.

"Mau ngasih tau mereka kalo Lo gak salah,"

Clausa tersenyum tulus.
Begini rasanya dibela dan memiliki orang yang selalu siap memasang badan dan mempertaruhkan diri untuk menolong dan membela di depan banyak orang. Clausa seketika menjadi senang dan bergitu bersyukur

"Gak usah, Lo bantu gue aja ilangin stres gue," ujar Clausa pelan.

"Mau bolos?" Ajak Iksa.

"Dih, sadar gue masih harus banyakin baik baik sama guru, terancam gak naik gue," sambar Clausa.

"Hmm. Iya deh," jawab Iksa.

"Yaudah abis sekolah mau jalan?"

"Kemana?" bukan Clausa yang bertanya melainkan Ergi yang bertanya.

"Gimana kalo makan makan di tempat Lo aja, gue deh yang traktir," tawar Iksa lagi.

Yang ia maksudkan adalah tempat kerja Ergi. Clausa mengangguk setuju.

fix your storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang