13

16.9K 2K 8
                                    

"Gak perlu,"

Clausa menepis tangan yang menyodorkan buku itu. Dengan langkah ringan, Clausa menghampiri Alfa dan berbicara pelan,  setelahnya Clausa kembali ke tempat duduknya dengan sebuah buku milik Alfa.

"Buat apa gue pake catetan Lo? Gue bisa dapat pinjeman catetan dari orang paling pinter di kelas ini, ngapain gue harus ambil catetan Lo?" Tanya Clausa tegas. Matanya menyorot Argantara tajam.

Argantara hanya diam. ia pub tak menunjukkan gelagat mau beranjak dari sana. Ia masih terus menatap Clausa dengan tatapan aneh miliknya.

"Lo kalo mau narik perhatian gue, udah gue akuin Lo berhasil,"

Clausa memekik kesal saat mendengarkan penuturan tanpa otak yang dilontarkan Argantara.

Menarik perhatian? Jangan gila!

Clausa melakukan ini agar tak berakhir mengenaskan di rumah sakit jiwa.

"Lo apa apaan sih? Gue gak ada niatan sama sekali buat narik perhatian cowok kek Lo, yang kemaren kemaren gue emang kurang kerjaan jadinya nempel sama cowok orang, sekarang udah enggak," jawab Clausa dengan decakan kesal khasnya.

Matanya masih setia menyorot Argantara hingga setelahnya ia memutar mata malas.

Argantara memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, huh.

"Terserah deh apa kata Lo, asal Lo jangan sekali kali nyakitin Slavia lagi, ngerti Lo?"

"Buat apa gue nyakitin dia? Deket deket aja ogah,"

Setelah mengatakan hal tersebut, Clausa menenggelamkan kepalanya dibalik lipatan tangan. Entah kenapa kini jantungnya berdetak tak biasa. Ini adalah reaksi Clausa yang asli?

Ah..semakin membingungkan.
Clausa yang asli selalu bereaksi saat berhadapan dengan Hidden tetapi saat berdekatan dan berbicara dengan Argantara, ia juga mendapat getaran aneh di jantung nya

"Yang Lo suka Argantara? Gue paham. Tapi Hidden?"

Raya dalam tubuh Clausa memancing pertanyaan agar nantinya dapat dijawab oleh Clausa yang asli.

Clausa misterius, Clausa patut dikasihani namun Clausa juga mengesalkan karena sama sekali tak memberitahukan hal hal penting pada Raya.

"Clau, Lo gak papa?" Retta memasuki kelas dan langsung mendekat ke arah Clausa serta mempertanyakan keadaanya.

"Gue gak papa," jawab Clausa.

Retta baru saja ingin menghampiri Argantara namun ditahan Clausa.
"Mending Lo ajarin gua MTK dari pada ngurusin dia," ujar Clausa pada Retta.

Retta mau tak mau langsung duduk dan mengambil catatan matematika miliknya dan mulai menjelaskan pada Clausa.

Baru sekitar 2 menit terlewat, pak guru berkaca mata memasuki ruang kelas dengan menenteng beberapa buku paket serta laptop miliknya.

Suasana kelas perlahan menjadi tenang walaupun masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan urusan masing masing.

"Mapel apa nih?" Tanya Clausa.

"Sejarah, bosenin," jawab Retta dengan tampang malasnya.

Clausa menghela napas pelan. Bukannya ia tak menyukai sejarah, faktanya Raya adalah gadis pecinta sejarah dan matematika-dua mata pelajaran yang bertolak belakang- namun untuk kondisi seperti ini, pagi mulai berganti siang dan suasana kurang menyenangkan belum lagi guru yang cukup berumur membuat Clausa khawatir jika pembelajaran sejarah pertama di sekolah ini akan sangat membosankan.

Namun, di atas itu semua ia lebih memprioritaskan perbaikan nilainya. Maka ia harus benar benar memperhatikan pembelajaran kali ini agar nilai sikapnya tak buruk selain itu agar Clausa juga bisa mengingat kembali materi materi kelas XI.

fix your storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang