satu.

391 29 0
                                    

Hari Senin kembali datang untuk dibenci oleh manusia seisi bumi. Mereka kembali bangun dari tidur indah mereka dan kembali menjalani kegiatan yang sempat tertunda 2 hari libur di tiap minggunya. Jika untuk orang lain hari ini adalah hari yang normal, buat Namjoon, hari ini adalah hari yang baru untuknya. Harinya masih tetap senin, tapi isinya yang berbeda. Hari ini ia akan sekolah di sekolah yang baru. Karena urusan pekerjaan, orang tua Namjoon mau tidak mau memindahkan sekolah anak mereka agar menjadi lebih dekat lagi dengan rumah dan kantor. Namjoon sebagai anak juga tidak masalah. Ia mau-mau saja pindah. Yang jelas tidak akan putus kontak dengan teman lamanya, itu yang paling penting.

Sekarang, dengan sabar ia menunggu di kantor kepala sekolah. Kedua orang tuanya sudah pulang lebih dulu karena sang ayah harus bekerja dan ibunya yang ada janji dengan teman. Matanya sesekali melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Kurang dari 1 menit lagi ia akan masuk ke kelas yang baru dengan orang-orang yang juga belum ia kenal. Itu bukan hal besar. Namjoon adalah orang dengan pembawaan yang menyenangkan walaupun sedikit kaku. Jiwa sosialnya tinggi dan tidak suka kecanggungan. Akrab dengan Namjoon bukanlah perkara sulit jika sudah tau orangnya seperti ini bukan?

Tepat pukul 7 waktu setempat, pintu kepala sekolah itu terbuka. Menampilkan seorang pria yang Namjoon yakin adalah kepala sekolahnya, "Selamat pagi, Pak. Saya Kim Namjoon, murid baru." ujar Namjoon sembari membungkuk memberi hormat. 

"Ya. Saya sudah tau. Salam kenal ya, Namjoon. Mari, saya antar ke kelas kau yang baru."

[]

Home.

A NamJin fanfiction.

[]

Keadaan kelas sangat tertib saat ini. Semuanya fokus memperhatikan papan tulis dan guru mereka yang tengah menerangkan materi. Sesekali ada juga yang mencatat jika ada hal-hal yang penting. Kegiatan ajar mengajar itu berlangsung dengan tenang hingga terdengar bunyi pintu diketuk dari depan. Sontak semua kegiatan terhenti. Sang guru menaruh kapur dan buku di atas meja lantas berjalan ke arah pintu lalu dibukanya. Senyum kepala sekolah adalah yang pertama kali guru itu lihat. Membalas balik senyumnya dan melirik sosok yang ada di belakang kepala sekolah itu, oh, murid baru.

"Maaf Bu, kalau saya harus mengganggu waktunya sebentar. Saya ingin mengantar murid baru untuk kelas ini." Bu Chanmi tersenyum dan mempersilahkan kepala sekolah beserta Namjoon untuk masuk ke dalam kelas. "Perhatian semuanya. Hari ini kita kedatangan murid baru. Mohon kerja samanya ya, semuanya. Silahkan, Nak. Perkenalkan dirimu." ucap Pak Kepala Sekolah dengan suara yang cukup lantang, kemudian mempersilahkan Namjoon untuk sedikit maju dan memperkenalkan diri. "Halo, semuanya. Saya Kim Namjoon, salam kenal." ucap Namjoon sembari membungkuk. Reaksi yang diberikan biasa saja dan Namjoon sudah terbiasa dengan itu. Beberapa murid perempuan cenderung diam. Karena harus diakui penampilan Namjoon saat ini sangat tidak oke. Rambut klimis, disisir kesamping, dan menggunakan kacamata yang cukup tebal—definisi sesungguhnya dari kata tidak menarik. Namun berbeda dengan bagian belakang, mayoritas murid pria malah ramai. Karena Namjoon memang memiliki teman lama yang bersekolah di sini. Seperti--

"Oi, Joon! Duduk sebelah sini sama gueee!" teriak salah satu murid dengan nametag Jung Hoseok. "Wah, Namjoon sudah punya teman di sini rupanya, ya." ujar Bu Chanmi. Kagum dengan si murid baru yang rupanya tidak perlu susah payah mencari teman. Namjoon tersenyum, "Oh, ya, Bu. Kami tetangga. Jadinya kenal." sang guru tersenyum lantas menoleh pada Hoseok yang sudah menari-nari heboh dan mengajak teman yang lain juga untuk mengundang Namjoon agar duduk bersama mereka, "Maaf, ya, Hoseok. Tapi Namjoon tidak bisa duduk di sebelahmu. Sudah ada orang."

Otomatis acara tari menari dan bersorak ria itu berhenti lalu semuanya terdiam bingung. Terutama Hoseok. Ia mengeryit dan melihat ke kanan dan mendapati tempat itu kosong, "Ini kosong, Bu." ujar Hoseok sembari menunjuk bangku yang kosong itu.

"Itu tempatnya Min Suga. Kamu mau mindahin pacarmu sendiri?"

Hoseok menepuk jidatnya yang lebar lantas mengerjapkan matanya dan nyengir memamerkan deretan giginya yang rapih, "Hehehe. Tidak, Bu. Nanti kalau saya rindu bagaimana? Jangan, ya. Joon, lu cari tempat lain deh. Di sini ada pacar gue, sorry." 1 kelas, bahkan 1 gedung sekolah ini sudah tau kalau Hoseok adalah definisi pacar yang bucin sekaligus penakut pada pacarnya sendiri, Min Suga. Beruntung saja pria manis itu sedang tidak masuk sekolah karena sakit, jika ia dengar Hoseok mengusirnya, di jamin akan ada huru-hara selama beberapa minggu di sekolah. 

Namjoon tertawa begitu melihat Hoseok kembali duduk di tempat duduknya dan matanya kembali bergulir mencari tempat yang kosong dan rupanya ada. Di sebelah murid yang sedang tertidur menghadap ke arah jendela. Namun Namjoon tampak tidak peduli, yang penting ia dapat duduk. "Bu, saya di sana, ya. Kosong kan?" Kepala Sekolah dan guru itu melihat bangku yang dimaksud Namjoon lantas mengangguk, "Disana memang kosong, Namjoon. Kamu duduk saja di sana, ya." langsung Namjoon mengambil tasnya dan berjalan ke arah bangku itu. Sepanjang jalan ada beberapa yang menyapanya dan benar-benar sekedar menyapa. Penampilan memang segalanya, ya. Tangannya menarik kursi dan langsung duduk. Lalu menggantung tasnya di sisi sebelah kiri meja.

Pergerakan yang dilakukan Namjoon rupanya menimbulkan suara yang cukup heboh bagi murid yang sedang tertidur itu. Lantas ia bangun dan menoleh ke sebelah kanannya yang rupanya sudah tidak kosong lagi. Matanya tidak melihat yang lain, hanya ke arah Namjoon si murid baru. Merasa di lihati, Namjoon menoleh ke sumber energi. Rupanya si tukang tidur itu, pikir Namjoon. Tangannya terulur, menunggu untuk disambut lantas dijabat. "Hai. Namjoon, Kim Namjoon. Salam kenal." namun si tukang tidur tidak memberikan respon yang Namjoon harapkan. Ia hanya melihat tangan besar Namjoon tanpa melakukan apapun. Cukup pegal tangan itu menggantung hingga mata Namjoon menangkap pemandangan yang tidak pernah ia harapkan lihat di hari pertamanya di sekolah baru.

Si tukang tidur baru saja mengorek lubang hidungnya agak lama dan dalam lalu mengulurkan tangan yang ia gunakan jemarinya untuk menggali itu, lantas menjabat tangan kanan Namjoon erat. Terlambat bagi tangan Namjoon untuk menarik diri. Sekarang ia bisa merasakan si tukang tidur malah seperti sengaja meper ke tangannya. Demi seluruh ciptaan Tuhan, Namjoon jijik.

Namun rasa jijik itu mendadak hilang begitu matanya bergulir dan melihat sosok yang ada di di depannya. "Iya, sudah tau. Seokjin, Kim Seokjin. Salam juga kenal, ya." ucapnya dengan senyuman paling manis yang pernah Namjoon lihat. Ketika eye smile itu terbentuk, pipinya, juga pipinya yang merona alami.

Ya Tuhan, tampan dan manis. Apa ini jodohku? batin Namjoon mulai mengeluarkan suaranya yang selama ini hanya membatin tentang tugas dan sekolahnya dulu.

Mendadak Namjoon lupa kalau tangan itu bekas digunakan si empunya untuk menggali lubang hidungnya. Jabatan tangan itu tidak kunjung Namjoon lepas dan senyum milik Seokjin si tukang tidur juga tidak kunjung luntur. Seakan waktu mendadak berhenti dan mereka berdua membiarkan keduanya terjebak dalam waktu yang tidak kunjung beralih. 

Dari saat ini, detik ini, Namjoon sudah bisa merasakan dan menebak.

Kalau perkenalannya dengan si tukang tidur, akan membawanya pada perubahan besar dalam hidupnya. 

Dan mungkin juga si tukang tidur turut andil dalam masa depannya nanti.

Mungkin.

;

;

;

;

;

Tbc. 

hehehe.

tolong jangan marah atau apalah itu. namanya juga ide, klo ada harus direalisasikan bukan? klo dipendem nanti kepalanya sakit:D

tapi tenang, perfectly yours dijamin kelar dengan damai sentosa, aamiin.

seperti kata opening, diusahakan semoga fluff + konflik ringan+little bit drama (?)

semoga suka, ya.

ciao.

home (on hold😔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang