tiga.

185 19 2
                                    

sumber inspirasi chapter ini didapet dari lagu taeyeon - circus, boleh laa baca sambil dengerin ini biar juga mereka enggak ke circus di cerita ini hehehehe. mantep lho.


Selama 2 minggu terakhir, semua siswa fokus belajar untuk ujian. Banyak yang ikut les, membuat kelompok belajar, atau bahkan sampai belajar semalam suntuk demi lancarnya mereka dalam mengerjakan soal-soal nanti. Demi membantu temannya, Namjoon juga menambah kelasnya. Jika tadinya hanya 2 hari, maka Namjoon buka menjadi 3 hari. Setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Pasti rumahnya nyaris penuh dengan teman-teman yang tidak mengerti dan minta diajarkan. Jujur saja, Namjoon melakukan ini secara suka rela karena ia memang ingin membantu teman-temannya. Hanya saja teman-teman yang diajar merasa tidak enak dan terkadang mereka membawa makanan untuk Namjoon sebagai bayaran.

Awalnya Namjoon menolak, namun mereka memberikan alasan logis, "Lo udah ngajarin kita-kita. Ya kali kita enggak bayar lo sama sekali kan? Take it, Joon. Ini bentuk terima kasih kami. Lo terima aja, ya?" mau tidak mau Namjoon menerimanya. Kadang ia mengajak orang tuanya juga untuk ikut menghabiskan pemberian teman-temannya itu. Atau bahkan, kalau masih ada sisa, ia akan membagikannya ke tetangga sekitar.

Tapi dari 2 paragraf di atas ini, pertanyaan utamanya tentu terletak pada kehadiran Seokjin bukan? Pria itu datang kok. Tapi di luar jadwal hehehehe. Namjoon sendiri yang mengatur agar bisa lebih fleksibel dengan Seokjin karena pria itu juga bekerja di hari-hari tertentu. Jika bersama teman-teman yang lain, Namjoon akan memilih ruang tamu sebagai tempatnya mengajar. Tapi jika itu berkaitan dengan Seokjin, Namjoon langsung mengarahkannya ke kamarnya. Biar lebih mudah mengerti katanya. Namun sungguh, jangan berpikir yang tidak-tidak dulu. Tidak pernah terlintas di pikiran Namjoon untuk melakukan hal yang tidak senonoh terhadap Seokjin. Dia memilih kamar karena selain lebih mudah untuk konsentrasi, Namjoon bisa bebas dari mamanya. Bisa gawat kalau sampai ada mamanya.

Yang ada hanya menjadi ajang menggodai Namjoon karena mamanya tau kalau Namjoon sangat suka Seokjin.

Seperti sekarang misalnya.

"Huehehe, besok hari Sabtu lho, Joon. Berarti Seokjin datang, ya?" Namjoon menoleh dan melihat ibunya yang sedang bersandar di pintu kamarnya sembari menunjukkan senyum jahilnya. "Iya, Ma. Ada apa?" Mamanya tersenyum dan berjalan mendekat. Ia yakin kalau ia memiliki anak yang pintarnya lebih ketimbang anak-anak kebanyakan, namun ia tidak menyangka kalau setelah mengajar tadi anaknya masih saja belajar. "Joon, apa sesekali kamu tidak bisa bersantai sedikit? Kamu tadikan habis ngajarin temen-temen. Masa masih belajar lagi?" tanya mamanya heran. Namjoon tersenyum, "Yaa, biar makin paham saja, ma. Oh iya, kenapa kalau Seokjin datang, Ma? Tadi mama belum menjelaskan."

"Hmmm. Enggak apa. Cuma seneng aja, soalnya kamu kalau ada dia lucu. Jarang-jarang kan Mama ngeliat kamu senyum kayak orang sinting gitu." rona merah menghiasi wajah Namjoon perlahan. Ah, Mamanya ini benar-benar. Namjoonkan jadi malu. Tau begini seharusnya dia dulu tidak perlu cerita kalau ia menyimpan perasaan sama salah satu teman kelasnya. "Ih, Joon. Gemes banget mama ngeliat kamu beginii." tidak tahan, Mama Kim menjulurkan tangannya untuk mencubit pipi Namjoon yang merah karena malu. "Ma, sudah. Saya malu sekali." bukannya berhenti, malah makin gencar dan kali ini Mama Kim tertawa puas sekali. Sampai-sampai air matanya menetes saking bahagianya menjahili sang anak.

"Ah sudah. Sebentar lagi papa pulang, kita makan malam, ya Joon." Namjoon mengangguk dan membiarkan Mamanya keluar dari kamar. Namun ketika pintu sudah nyaris tertutup, mendadak kembali terbuka dan kepala mamanya menyembul dari luar. Oh tidak, senyum jahil itu lagi.

"Hihihi. Mama jadi enggak sabar. Nanti Mama cerita ke Papa ah. Papa kan enggak tau kamu lagi kasmaran. Hehehehe."

"HAH?! MAMA! JANGAAAN!"

home (on hold😔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang