#11. Sofa atau Tempat Tidur?

4.5K 344 21
                                    

***

"Kamu atau aku yang tidur di sofa?"

Sekembalinya dari kamar mandi usai membersihkan diri,Ozan langsung mendapat sebuah pertanyaan dari Lili yang berdiri di tengah ruangan.

Perempuan itu berdiri menatap Ozan dengan berlipat tangan.

Ozan menaikkan alisnya menatap Lili,kemudian berlalu menuju ranjang tanpa menjawab.

Melihat itu,Lili pun menyimpulkan kalau lelaki itu tidak mau tidur di sofa. Maka artinya, dia yang harus tidur di sofa malam ini.

Setelah melewati makan malam yang sudah mirip interogasi beberapa saat yang lalu,Lili dan Ozan berakhir berada di kamar yang sama.

Ya,benar. Kamar lelaki itu.

Bibi Anne yang mengaku kelelahan,memutuskan untuk bermalam di rumah Ozan. Sedangkan Sinta? Wanita itu pamit karena sedang ada urusan katanya. Wanita itu pamit undur diri tepat setelah mendengar Ozan membicarakan perihal bulan madu.

Setelah cukup dengan perkenalan dan beberapa perbincangan klise selayaknya orang tua menasehati anaknya yang baru menikah,Ozan pun tiba-tiba pamit beristirahat pada Anne dan menggandeng Lili yang bungkam di tempat.

Ya,Lili diam saja seraya mencerna sebab Ozan menggiringnya ke kamar. Oh,tentu saja mereka harus tampak seperti layaknya suami istri pada umumnya, tentu harus tidur di kamar yang sama.

"Kalau kamu merasa tidak nyaman sekamar dengan saya,kamu bisa kembali ke kamar kamu. Sepertinya Bibi Anne sudah tidur."

Lili yang baru saja menjatuhkan diri di sofa panjang berwarna hitam yang ada di ujung ruangan itu sontak menoleh ke arah ranjang.

Ternyata Ozan menatapnya. Dari tempat tidurnya,lelaki itu sudah sejak tadi memerhatikan gerak-gerik Lili yang sempat celingak-celinguk memerhatikan kamarnya,sebelum berjalan menuju sofa.

"Tak apa,aku akan tidur disini." Lili menolak tawaran Ozan. Sudah terlanjur bukan? Lagipula...Lili tidak sabar melihat ekspressi wajah Sinta begitu mendengar dirinya tidur di kamar ini. Mungkinkah akan seperti saat dia meninggalkan meja makan tadi?

Oh,Lili merasa puas! Mungkin akan lebih memuaskan setelah melihat bagaimana tampang muka Sinta saat mengetahui dirinya tidur di kamar ini.

"Tadi kamu sendiri yang narik aku untuk tidur di sini,kenapa sekarang berubah pikiran? Atau... malah kamu yang merasa tidak nyaman?
Kamu takut?" tanya Lili yang sontak membuat Ozan cepat-cepat menolehnya lagi setelah sempat akan mengalihkan wajah.

"Maksud kamu?"Ozan tampak mengernyit, sebelum perlahan tatapannya berubah tajam.

"Dengar,Lili. Aku memang bukan lelaki baik,tapi aku tidak akan menyentuh wanita dengan sembarang. Kalau bagiku tidak,mau kamu telanjang pun,aku tidak akan tergoda. Jadi tak perlu takut kalau memang itu yang kamu permasalahkan."

"Siapa yang bilang begitu? Bukan itu maksudku!"Lili melebarkan bola mata.

"Lalu?" tuntut lelaki yang sedang berbaring di tempat tidur kebesarannya di sana. Tatapan tajam masih dia layangkan ke arah Lili.

"Maksudku...kamu tidak nyaman aku tidur disini itu,karena tidak mau Sinta marah!"sungut Lili kesal.

"Pokoknya kalau dia marah,aku tidak akan mau minta maaf lagi! Lagipula ini kan ide kamu,jadi awas saja kalau kamu sampai berani maksa aku lagi seperti malam itu. Aku tidak akan segan-segan melaporkan ini pada Bibi Anne,kau paham? Sekarang aku mau tidur,selamat malam!" 

Ozan menaikkan alis tampak heran melihat reaksi Lili yang sedikit berlebihan. Perempuan yang mukanya kini terlihat merah padam tersebut berbaring memunggunginya di atas sofa sana.

CINTA DARI LILITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang