14. Kilas Balik

352 30 15
                                    

HARI kedua Acha berada di rumah Bhadrika-Bratawati bersaudara itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI kedua Acha berada di rumah Bhadrika-Bratawati bersaudara itu. Nampaknya Acha merasa nyaman-nyaman saja di sana, ya, asalkan jika si pemuda jangkung alias Bhadrika itu tidak mengusik ketenangannya.

Dan Bratawati, gadis itu sangat ramah, berbanding terbalik dengan sang kakak yang memiliki sifat cuek. Dia juga merawat Acha dengan baik selama di sana. Mereka benar-benar menjadi teman yang baik. Acha senang, setidaknya dia memiliki kecocokan dalam pertemanannya dengan Bratawati.

Kalau melihat Bhadrika, Acha selalu merasa emosi. Entah kenapa. Namun, Acha yakin akan suatu hal yang menjadi alasan atas kekesalannya terhadap pemuda Bhadrika. Cukup simpan alasannya seorang diri, mungkin hanya untuk saat ini saja.

"Kau terlihat sangat rapi pagi ini, Bratawati. Lalu, kau juga nampaknya sangat sibuk, apakah engkau hendak pergi ke suatu tempat?" tanya Acha, yang melihat Bratawati tengah mempersiapkan sesuatu.

Bratawati menoleh sekilas, "Aku hendak pergi ke pasar untuk menjual hasil buruan, Acha. Harus datang pagi, jangan sampai terlambat. Kalau kesiangan, bisa-bisa buruanku tidak akan terjual. Karena biasanya orang-orang di Majapahit pergi ke pasar sangat pagi untuk membeli bahan pangan dan lain sebagainya. Jika siang tiba, tidak banyak orang yang mau repot-repot pergi ke pasar.

_

Note: Hal yang dikatakan Bratawati hanya dibuat-buat oleh Lily, gak tau juga pada masa Majapahit orang-orangnya kayak gimana. Tapi kalo sepengalaman Lily, orang-orang di sekitar dan khususnya ibunda Lily, beliau kalo ke pasar pagi-pagi sekali soalnya kalo udah siang, suhu udaranya panas jadi males gitu. wkwkwk.

_

"Oh, kalau begitu aku ikut, ya?" ujar Acha.

Bratawati menggeleng tegas, "Tidak! Kau di rumah saja, Acha!"

Acha menekuk wajahnya sedih, "Yah... Aku mohon, izinkan aku ikut bersamamu Bratawati."

Lagi-lagi gadis Bratawati memberikan penolakkan, "Sudah kubilang tidak usah ikut. Lagipula kakimu masih belum sembuh sepenuhnya, Acha. Aku tidak mau kau tambah terluka, nanti. Bagaimana jika lukanya makin parah? Kau juga yang akan merasakan sakitnya, Acha. Mengertilah, kondisimu tidak memungkinkan untuk berjalan jauh. Ini juga untuk kebaikanmu sendiri."

"Aku pasti kuat, kok! Kau tenang saja, aku bisa menjaga diriku degan baik!" Acha tetap pada pendiriannya, dia menampakkan senyuman seolah-olah untuk meyakinkan Bratawati.

"Ternyata kau sangat keras kepala, Acha. Kau tidak mau mendengarkan aku? Aduh! Terserahlah, kalau kau terluka aku tidak mau menolongmu lagi! Masa bodoh dengan lukamu itu, dan lebih baik juga aku menuruti kata-kata kangmas untuk mengusirmu dari rumah kami."

Ancaman Bratawati sukses membuat Acha terdiam. Dia yakin, Bratawati mengatakan hal itu hanya untuk mencegah Acha yang ingin ikut bersamanya. Kalau dipikir-pikir lagi, Bratawati benar sekali. Acha tidak akan kuat, mungkin juga lukanya bisa lebih parah dari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and Me [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang