CINTA DALAM DIAM2

13 10 6
                                    


"Syah, jangan bilang kalo kamu juga mencintai kak Arsyad!" rasanya aku ingin teriak dan berkata 'dia adalah cinta pertamaku yang hingga kini masih bersemayam dalam hatiku'. Namun, aku tak mampu untuk melakukan itu sebentar lagi mereka akan menikah itu artinya Kak Arsyad juga mencintai Shella, yang harus aku lakukan adalah ikhlas. Cukup itu.

***

"Kamu salah Shell, aku tidak pernah mencintai Kak Arsyad karna aku tau yang Kak Arsyad cintai itu adalah kamu. Aku bahagia sahabatku ini telah menemukan tambatan hatinya" akhirnya kebohonganku bertambah dan semakin besar. Lucu bukan, seharusnya aku dinobatkan sebagai 'Ratu Pembohong'. Namun, bodohnya Shela mempercayai itu, ia memelukku penuh haru.

'Maaf aku berbohong' bathinku tanpa mampu aku utarakan pada Shella.

"Terima kasih Aisyah" Shella menangis, sungguh aku merasa menjadi manusia paling berdosa karna telah membohongi orang sebaik Shella, aku membalas pelukannya.

"Syah"

"Iya" aku melepas pelukan kami, Shella menatapku penuh arti entah karna apa yang jelas ia tengah menatap kearah ku.

"Syah, pernikahanku atas perjodohan kedua orang tuaku. Apa menurut kamu Kak Arsyad menyukaiku?" pertanyaan yang entah aku harus menjawab apa, aku mencoba untuk tersenyum dan meyakinkan Shella jika Kak Arsyad pun menyukainya.

"Terima kasih, Syah" aku mengangguk seraya memeluknya.

  Setelah Shella pulang pecah sudah air mata yang tak dapat aku bendung lagi, aku hanya menangis ternyata nama yang selalu kusebut dalam doa itu bukanlah takdirku. Pikirku melayang mengigat bagaimana aku memperjuangkan cinta dalam diam ini melalui bait-bait doaku, ku ucap inalillahi untuk cinta yang belum sempat aku bangun.
.
.
.

   Tak terasa waktu itu telah tiba. Dua bulan berlalu kini saatnya aku mengikhlas kan perasaanku demi kebahagiaan-nya, aku sadar mengikhlas kan terkadang lebih baik dari pada harus memperjuangkan-nya tanpa suatu kepastian. Berharap untuk memilikinya rasanya itu sudah tak ku harapkan lagi.

  Sekuat hati aku meyakinkan diri bahwa ini lah yang terbaik. Kusadari didepan sana ada rencana Allah yang lebih indah yang kini telah menantiku datang menjemput-nya dengan kepantasan diri yang lebih baik.

  Tenda berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga sebagai pelengkapnya terlihat begitu indah saat mata memandang. Lagi-lagi hati ini terasa sakit aku pernah berharap bahwa akulah yang akan bersanding dengannya. Namun, takdir berkata lain ternyata anganku hanyalah sebuah harapan yang didasari sebuah khayalan semata. Ku langkahkan kaki ku untuk melihat acara ijab qabul yang akan segera di laksanakan, aku duduk di kursi tamu kutatap dia yang kini sudah rapi dengan stelan serba putih telah bersiap untuk mengucap ijab qabul didepan penghulu. Sebelum ia menjabat tangan penghulu sempat ia melihat kearah ku.

"Aisyah" aku mendengar ia menyebut namaku, aku tersenyum kearahnya menatapnya seraya mengangguk kecil.

"Maaf Aisyah, aku terlambat menyadarinya" guman Arsyad namun Aisyah tak mendengarnya. Andai, Aisyah dapat mendengar ucapan itu pastilah ia akan menangis tak dapat membendung air matanya yang sedari tadi ia tahan.

"Aku bahagia, melihat kamu bahagia kak" lirihku menghapus air mataku yang jatuh tanpa izin.

Arsyad tersenyum mamandangku. Sungguh aku tak sangup melihat nya. Tapi, inilah kenyataan yang harus aku terima, aku mencoba untuk tersenyum. Namun, detik kemudian terdengar histeris dari arah sana tepat berada didalan rumah. Aku bangkit dari dudukku begitu pun yang lainnya, aku segera berlari kedalam rumah keluarga Shella bersama Kak Arsyad.

SAJAK KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang