Seorang sarjana S3, sudah menjadi doktor bahkan profesor, dia rela meninggalkan pekerjaan dunianya, meninggalkan keluarganya, hanya demi mondok untuk mepelajari Al-qur'an dan menghafalkan Al-qur'an hingga 30 juz.
Pekerjaan dengan gaji yang begitu besar? semua itu tak lagi ia harapkan, yang ia harapkan ia bisa menjadi seorang hamba yang dapat dicintai oleh Allah. Usia yang kini sudah dewasa. Namun, tak menjadikan-nya penghalang untuk belajar mendalami ilmu agama, untuk bisa membaca ayat demi ayat al-qur'an yang begitu indah. Namun, ia belum mampu untuk melantunkan-nya. Karna itu, ia memilih untuk mondok belajar Al-qur'an sebagai persiapan menghadap Allah nanti.
***
Kala itu aku masih kecil, aku bodoh terlalu mengabaikan agamaku, hingga beranjak remaja aku semakin jauh dari agamaku. Dan disaat aku beranjak dewasa aku mulai merasakan bahwa selama ini aku salah dalam mengambil jalan. Kini tak guna lagi semua pujian dari orang-orang, aku malu dengan pujian itu. Dan aku ingin berubah.
Semua merasa senang, dan bangga melihat prestasi ku, melihat betapa suksesnya aku, mereka ikut menikmati juri payahku. Saat aku masuk perguruan tinggi ternama mereka bertambah bangga dan menyanjungku dengan segala puji-pujian, aku bahagia mendapatkan pujian itu. Namun, kini telah pudar justru aku merasa malu dengan segala pujian itu, aku malu karna kepintaran ku membuatku semakin jauh dari Allah.
Orang tua, teman-temanku merasa bangga terhadap diriku. Namun, aku tidak.Disaat aku masih kuliah ipk ku selalu sempurna dan lulus dengan predikat cum laude. Semua merasa bangga atas diriku, bahagia, senang. Sudah pasti mereka merasakannya bahkan para rektor menyalami ku dan merasa bangga memiliki mahasiswi seperti diriku, jangan tanya bagai mana pendapat orang tuaku yah merekalah orang pertama yang teramat bahagia bahkan sanjungan terindah aku dapatkan dari mereka, tentunya orang yang paling bangga terhadap diriku adalah mereka. Bangga melihat anaknya lulus dengan predikat cum laude. Setelah lulus dari perguruan tinggi aku bekerja di sebuah perusahaan ternama bahkan karirku semakin meroket dengan gaji yang begitu besar. Lagi dan lagi semua merasa bangga dengan diriku, semua rekan bisnisku selalu menjabat tangan-ku, semua orang seakan tunduk padaku, hormat dan menghargai diriku atas jabatan yang aku tempati saat itu.
Namun, dilubuk hatiku ada sesuatu yang tak pernah kudapatkan dalam perjalanan hidup ku selama ini. Hatiku terasa hampa, gelisah, risau selalu aku rasakan tak ada ketenangan dalam hati ini meski harta bergelimangan perasaan ku selalu dihantui oleh kegelisahan, hari-hariku terasa suram ya.., aku sadar bahwa aku terlalu mengejar duniaku dan mengabaikan akhiratku.
Ketika itu aku melihat mereka menyerukan nama sang manusia termulia dimuka bumi ini, yaitu Rasulullah, aku mencoba untuk ikut belajar berjuang bersama barisan pembela rasulullah saw dan aku buang segala title keduniaanku, kutinggalkan dunia ku untuk mengejar akhirat dan ridha sang Ilahi. Seketika itu pula dunia terasa berbalik. Mimpiku dahulu kini aku mencoba untuk menjalankan-nya aku pergi dari tempat aku dibesarkan, segala kenangan aku tinggalkan aku memilih merantau mempelajari ilmu Al-qur'an, hadist dan aku mulai menghafalkan Al-qur'an. Keinginan ku untuk bisa melantunkan ayat-ayat indah itu kini mulai aku rasakan.
Dan segala hormat yang aku dapatkan disaat aku sukses dahulu kini mereka semua mencemooh ku bahkan pujian itu kini menjadi maki. Sudah tak aku lihat lagi pujian itu, senyuman itu rasa bangga dan segala hormat itu. Semua telah berganti kini yang aku dapatkan hanyalah cacian, dan makian.
"Untuk apa sekolah tinggi-tinggi ujungnya kepahung ditempat seperti itu. Benar-benar bodoh menyia-nyiakan waktu bertahun lamanya sekolah tinggi, meninggalkan kenikmatan, kesuksesan hanya demi pesantren seperti itu." Segala caci,maki tertuju pada diriku, bahkan dari keluargaku sendiri yang tak jarang membuat diriku sedih, bahkan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAK KISAH
Short StoryTentang cinta, tentang dia dan sebuah perasaan. Berisikan beberapa Cerita Pendek yang benar benar terinsfirasi dari kegabutan selama dirumah aja, tak ada sangkut paut dari kisah keseharian. Semua cerita real dari sebuah khayalan yang tertuang dalam...