"KIM SUNWOO!!" teriakan lantang terdengar di sepenjuru mansion mewah tersebut, lelaki paruh baya yang berteriak terlihat sekali sedang menahan amarahnya, tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya menampilkan ekspresi marah.
Seorang remaja lelaki turun dari lantai dua mansion tersebut, menghampiri pria yang barusan berteriak.
"Kenapa sih Yah teriak-teriak? Ini rumah loh bukan hutan" jawab remaja tersebut santai.
"Gausah banyak omong, sini kamu. Ayah perlu ngomong sama kamu." pria paruh baya, atau kita sebut saja Tuan Kim beranjak pergi menuju ruang keluarga dan duduk di sofa single, diikuti sang anak yang juga duduk di salah satu sofa panjang dengan gaya duduk nyeleneh, kaki terangkat satu ke kaki nya yang satu lagi.
Ayahnya menghela nafas kasar, dia sudah lelah sekali dengan anaknya yang satu ini.
"Ayah dapat panggilan lagi dari sekolah, dan kali ini kamu ga dapet surat peringatan" Tuan Kim berbicara tegas.
Sunwoo hanya menatap ayahnya malas lalu berucap datar, "ya berarti bagus dong? Sunwoo ga dihukum, terus kenapa Ayah marah?"
"Iya, kamu ga dihukum. Tapi langsung dapet skorsing 1 bulan. 1 bu.lan. sunwoo. Apa sih yang kamu lakuin di sekolah?!" Tuan Kim nampak sangat lelah, punggungnya dia sandarkan ke bantalan sofa menunggu anaknya menjawab.
"wow libur 1 bulan nih" gumam Sunwoo pelan.
"jangan pikir ayah ga denger ya. Jawab dulu pertanyaan ayah."
"Sunwoo ga sengaja yah, kali ini beneran ga sengaja. Lagian siapa suruh guru begitu make rok pendek yang gampang terbang." Sunwoo menjawab cuek, terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.
Tuan Kim memijit pelan dahinya. "Iya, apa yang kamu lakuin Sunwoo?" tanya Tuan Kim lagi, suaranya tertahan karena menahan geraman.
"Sunwoo tadi mainin drone nya anak fotografi, terus ternyata tipe drone nya beda sama punya Sunwoo, jadi susah ngendaliinnya, eh drone nya malah terbang ke Guru Choi yang lagi lewat, rok nya terbang deh jadi siswa siswi yang disana bisa lihat..."
"UDAH CUKUP" belum sempat Sunwoo melanjutkan ucapannya, Tuan Kim sudah memotong pembicaraannya.
"mau gimana pun kamu tetap salah, drone itu fasilitas untuk klub fotografi, siswa di luar klub gaboleh sembarangan megang drone apalagi sampai dimainkan."
"tapi yah..."
"ga ada tapi-tapi. Sekolah ga ngasih hukuman, berarti biar ayah yang ngasih hukuman." Tuan Kim ber-smirk ria melihat wajah terkejut anaknya, dia sudah menyiapkan hukuman yang bagus untuk anaknya.
"Ayah kok gitu?!" sentak Sunwoo marah.
"Ayah bakal kirim kamu ke Jeju, bantu urus pertanian yang dikelola sama perusahaan, disana nanti bakal ada yang bantu kamu." melihat mulut anaknya terbuka, seperti ingin mengeluarkan protesan, Tuan Kim melanjutkan kata-katanya. "Ga ada protes, kalau kamu gamau. Selama skorsing kamu gaboleh main gadget. Ponsel, laptop, peralatan game semua ayah sita. Tapi kalau kamu mau ke Jeju, kamu masih bisa nyimpen itu semua." ucap ayahnya tenang.
Sunwoo bimbang. Sunwoo tau, perusahaan ayahnya itu bukan cuma mengelola pertanian aja tapi peternakan juga. Pasti kotor, jorok, bau dan ugh Sunwoo tidak bisa membayangkannya. Bagaimana kalau saat kembali nanti, dia malah jadi bau peternakan? Ketampanannya akan meluntur, bagaimana dengan pacar-pacarnya nanti?
Tapi kalau tidak ke Jeju, semua gadget nya... Sunwoo tidak bisa hidup tanpa itu semua.
Ayahnya tau, itu hukuman yang cocok untuk Sunwoo. Sunwoo itu benci kotor, tapi dia malas membersihkan, itu sebabnya pelayan di rumah Sunwoo banyak. Dan Sunwoo benar-benar tidak bisa dipisahkan dari barang elektronik.
"yaudah, Sunwoo ke Jeju" gampang lah nanti kalau udah disana, gausah ngapa-ngapain tinggal diem selama sebulan, lagian dia punya ponselnya ini kan.
"Ayah punya orang kepercayaan disana, kalau sampai ayah denger laporan kamu ga kerja. Ucapin selamat tinggal sama peralatan game kamu." ucap ayahnya final, lalu pergi dari sana. Sunwoo menatap kepergian Tuan Kim dengan tatapan shock. Ayahnya sudah gila.
★・・・・・・★
Sunwoo udah di Jeju dan udah nyampe di pertanian punya perusahaan ayahnya. Dan bener aja, ternyata bukan cuma pertanian, tapi Sunwoo juga harus kerja di peternakan. Parahnya lagi Sunwoo harus ngurus babi! Sunwoo mau pulang aja.
"Nah Tuan Muda Kim tunggu disini sebentar, saya bakal panggil orang yang bakal bantu Tuan Muda Kim untuk kerja di peternakan sama pertanian ini." itu Asisten Lee yang kemarin jemput Sunwoo di bandara terus yang ngurus semua keperluan Sunwoo disini.
Sunwoo pikir yang bakal ngajarin semua pekerjaan disini juga Asisten Lee, tapi ternyata Asisten Lee bilang itu bukan tugas dia.
Asisten Lee dateng nyamperin Sunwoo bareng seorang remaja laki-laki yang kayaknya seumuran atau lebih muda dari Sunwoo(?) soalnya badannya kecil. Orangnya make topi khas pertanian gitu terus bawa bawa baki kecil isi buah-buahan.
"Tuan Muda Kim, ini yang bakal bantu Tuan Muda disini. Kalau gitu saya permisi." Asisten Lee pergi begitu saja, meninggalkan Sunwoo yang masih memiliki banyak sekali pertanyaan.
Anak di depan Sunwoo mengangkat topi nya lalu membukanya, tali topi itu membuat topi tersebut tidak jatuh dan tersangkut di lehernya. Matanya mengerjap pelan, tangannya yang masih terpasang sarung tangan terangkat untuk menyingkirkan poninya yang menusuk mata. Lalu dia melepas sarung tangan di tangan kanannya dan menjulurkan tangannya ke arah Sunwoo.
"Ju Haknyeon" senyum terkembang di wajahnya yang sedikit kotor tapi tidak menutupi manis wajahnya.
Sunwoo tertegun sebentar lalu dengan pelan menjabat tangan tersebut. "kim sunwoo" ucapnya pelan, jiwa nya seperti hilang entah kemana, mata nya tidak fokus menatap wajah manis di depannya.
Haknyeon mengerjap bingung, kepalanya dimiringkan sedikit melihat wajah Sunwoo yang sedikit menunduk.
"Kau baik-baik saja? Kita harus mengganti baju mu dulu, kau tidak mungkin bekerja dengan baju itu." ucap Haknyeon sambil memperhatikan penampilan Sunwoo. Kemeja navy yang kancingnya terbuka semua dengan kaus putih di dalamnya, celana jeans hitam dengan beberapa sobekan dan jangan lupakan sepatu ber-merk nya.