Haknyeon itu anak baru di CHS, Creker High School, sekolah asrama khusus cowo yang bisa dibilang cukup elit.
Haknyeon pindahan dari Jeju karena harus mengikuti ayah nya yang dipindahkan ke cabang perusahaan ke Seoul untuk keperluan pekerjaannya. Padahal kalo dia pindah ke sekolah ini juga percuma. Dia akan tinggal di asrama dan bukan bersama ayahnya.
Waktu pertama kali pindah, seperti anak baru pada umumnya, dia pasti langsung terkenal dengan julukan 'si anak baru'.
Setiap jalan di koridor pasti ada saja yang berbisik-bisik menyebut dia 'si anak baru'. Haknyeon biasa saja sih, dia memang tidak terlalu memikirkan hal yang seperti itu.
Di sekolah baru nya ini dia punya dua teman baru. Namanya Yeonjun dan Hwiyoung, mereka temen sekelasnya Haknyeon. Yeonjun temen sebangkunya, sedangkan Hwiyoung duduk di belakang mereka, sendiri. Hwiyoung tidak suka punya temen sebangku, katanya biar leluasa kalau mau tidur. Dan kebetulan juga, Hwiyoung ini teman sekamarnya.
Awalnya dia menikmati sekolah barunya. Iya awalnya saja, soalnya seminggu setelah pindah, mendadak ada adik kelas yang menyatakan dirinya sebagai 'calon masa depan kak Haknyeon'.
Haknyeon bingung, ini memang semua adik kelasnya begini atau emang adik kelas yang satu itu saja yang kelakuannya ajaib?
Namanya Sunwoo, Kim Sunwoo. Kelas 1 - 3. Adik kelasnya yang mendadak muncul di depan kelasnya dan dengan lantang mengatakan,
"Kak Haknyeon nanti kalau aku udah lulus, aku bakal langsung lamar kak Haknyeon. Soalnya kakak mirip masa depan aku" yang otomatis ditertawakan oleh kedua temannya. Sedangkan Haknyeon keheranan.
Memangnya dia itu anak TK apa? Haknyeon ingat sering melihat adegan seperti ini di TK-nya dulu, kala itu pemerannya adalah dua teman sekelasnya, Haknyeon tidak menyangka dia akan mendengar hal seperti itu dari orang lain dan untuk dia di bangku SMA ini.
Haknyeon langsung membalas, "maaf, ga terima orang miskin. Kalau mau lamar pastiin udah punya pekerjaan stabil dan rumah yang layak ya dek" habis itu Haknyeon pergi bersama dua temannya yang sudah tertawa lebar, tidak peduli pada si adik kelas yang ternyata mengeluarkan senyum miring setelah mereka bertiga pergi dari sana.
Itu sebenarnya sudah kisah beberapa tahun yang lalu, Haknyeon masih ingat betul, karena masa SMA nya benar-benar diisi oleh si adik kelas yang hampir setiap hari menghampiri dia dan memberi makanan dan minuman yang dia suka. Lucu saja kalua diingat, karena bahkan sampai lulus pun mereka tidak pernah memiliki status apapun selain kakak kelas dan adik kelas.
Setelah memasuki jenjang perkuliahan, Haknyeon pikir bakal berhenti sampai di situ. Tapi ternyata, setahun kemudian si adik kelasnya masuk ke kampus yang sama sepertinya, tapi di jurusan dan fakultas yang berbeda. Kembali lagi seperti kehidupan SMA nya, di mana si adik kelas yang statusnya berubah jadi adik tingkat menemuinya hampir setiap hari untuk memberikannya makanan atau minuman. Hanya saja, kali ini situasinya bertambah dengan rutinitas si adik tingkat yang suka tiba-tiba menjemput Haknyeon ke gedung fakultasnya untuk pulang bersama, Haknyeon juga tidak punya alasan menolak, jadi dia iyakan saja ajakannya, lumayan juga menghemat ongkos dan tidak perlu jalan kaki dari halte bus.
Bertahun-tahun seperti itu, mereka memang bertambah dekat tapi tidak pernah ada status yang mengikat keduanya. Keduanya tidak terjalin status apapun, tapi juga tidak pernah berhubungan secara romantis dengan orang lain. Orang di sekeliling mereka juga bingung dengan hubungan mereka berdua, tapi mereka tidak bisa apa-apa, mereka sendiri yang memang tidak ingin terikat hubungan merepotkan semacam pacaran.
Pernah suatu ketika, di sore hari dengan langit jingga, ditemani sekaleng kopi di masing-masing tangan, mereka mengobrol di pinggir sungai Han.
"Sunwoo, menurut kamu aku ini siapanya kamu" tanya Haknyeon kala itu, sebenarnya walaupun dia berkata tidak ingin terikat hubungan apapun, tapi dia juga tidak ingin menjalin hubungan yang tidak ada arahnya seperti ini.
Sunwoo tidak menoleh ke arah Haknyeon kala itu, matanya menatap lurus ke depan sambil tersenyum lebar, "waktu itu kan aku udah pernah bilang" kepalanya menoleh ke arah Haknyeon sebelum kembali berucap, "kakak itu mirip masa depanku" ucapnya diiringi senyum lebar dan sorot mata serius.
Haknyeon menatap datar, seolah-olah itu hanya candaan. Setelahnya mereka pulang dari sana dan tidak pernah lagi membahas soal hubungan mereka, membiarkan semua berjalan seperti biasanya.
Sampai akhirnya kelulusan Haknyeon, Sunwoo datang bersama buket bunga berukuran besar, mendatangi Haknyeon yang saat itu sedang bersama teman-temannya.
"Tungguin aku ya kak." Ucap Sunwoo sambil menyerahkan buket bunga kepada yang dituju. Haknyeon memiringkan kepalanya bingung tapi tetap tersenyum ringan dan menganggukkan kepalanya, pikirnya mungkin Sunwoo akan mengikutinya lagi kalau Haknyeon mendapatkan pekerjaan di suatu tempat.
Tapi ternyata tidak, tepat ketika kelulusan Sunwoo. Haknyeon datang dengan buket bunga yang sama besarnya dengan buket bunga yang dulu diberikan Sunwoo padanya, sedangkan Sunwoo sudah di posisi siap seolah sedang menunggu kedatangannya. Jelas saja, Sunwoo memaksanya untuk datang ke kelulusannya.
Begitu Sunwoo menerima buket bunga, dia langsung memberikan buket bunga itu ke orangtuanya yang berada di belakangnya. Jubah toganya sudah terlepas, menampilkan jas abu-abunya yang membungkus tubuh tegapnya. Tangannya merogoh kantong jasnya, mengeluarkan sebuah kotak berlapis beludru berwarna biru.
Tubuhnya dibawa turun untuk berlutut di depan Haknyeon dan membuka kotak beludru tersebut di depannya.
"Aku nepatin janjiku untuk lamar kak Haknyeon waktu aku lulus, kak. Aku ga miskin kok kak, habis ini aku akan magang di perusahaan papa selama beberapa bulan sampai aku pantas buat megang perusahaan papa. Aku memang belum punya rumah, tapi aku punya apartemen yang aku beli pake duit tabungan aku yang aku kumpulin dari SMA, sejak aku ketemu kakak. Kakak gausah khawatir soal restu, aku udah beberapa kali nemuin orangtua kakak buat minta restu. Mereka udah bilang iya, kakak bisa mastiin setelah kakak terima lamaran aku" senyumnya lebar, tidak ada ragu dalam katanya, matanya menatap mantap ke arah mata Haknyeon. Haknyeon bisa melihat keseriusan di sana, mulutnya kelu tidak tau harus berucap apa.
Sunwoo memastikan dengan bertanya sekali lagi, apa Haknyeon akan menerimanya atau tidak. Haknyeon hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala, ini semua terlalu tiba-tiba untuknya. Siapa sangka ucapan yang dia pikir sebanding dengan ucapan canda yang diucapkan anak TK ternyata adalah ucapan serius yang diusahakan oleh pemuda yang saat ini memeluknya. Adik tingkatnya, atau harus dibilang tunangannya?
Yah, mungkin setelah ini dia harus mulai memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulut Sunwoo, melihat betapa seriusnya anak itu dengan ucapannya, Haknyeon harus berhati-hati dalam bersikap kalau tidak mau hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi.
Kkeut~
Udah lama banget ga nulis, jadi maaf kalau agak kaku ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone « SUNHAK »
FanficBeberapa cerita, beberapa kisah, beberapa akhir. Tapi dengan hati yang sama. Sunhak is sailing! Top! Sun Bot! Hak Don't read! if you don't like it! Be a smart reader! Writing in bahasa! © flyintothestar