-
-
-Seperti biasa aku bangun sebelum sang mentari menampakan dirinya. Aku turun perlahan ke dapur untuk memasak. Hari ini aku ingin buat kejutan untuk orang tua ku dan adik kesayangan ku.
Aku sudah belajar memasak beberapa hari yang lalu bersama teman ku. Aku tidak tahu mengapa aku sangat senang saat temanku mengajak ku belajar memasak bersama. Seperti aku sangat membutuhkan itu dan harus secepatnya bisa.
Karena hanya butuh 1 minggu aku sudah bisa memasak beberapa menu yang biasa orang pelajari 2 - 3 minggu. Teman ku pun terkejut akan peningkatan ku itu.
05.15
Setelah sekitar 45 menit aku berkutat di dapur aku pun selesai. Aku hanya memasak sayur sop, tempe orek, dan telur dadar. Sangat sederhana bukan? Tapi, semoga mereka semua menyukainya.
Aku harus segera bersiap menuju sekolah. Setelah memasak aku pun langsung pergi ke kamar ku dan bersiap menuju sekolah.
Sekitar 15 menit kemudian aku kembali ke meja makan dan telah menemukan orang tua ku sudah duduk. Sementara adik ku mungkin masih bersiap.
"Kamu yang bikin semua ini?" tanya ayah ku.
"Hehe iyah yah" jawab ku dengan cengengesan.
"Sama kaya masakan ibu" jawab ayah ku.
"Apa kamu belajar memasak sayang? Sini duduk" tanya ibu pada ku sambil menyuruh ku duduk disebelahnya.
"Iyah. Kemarin ada yang ngajak jadi ikut aja. Yah lumayan bisa masak sedikit" kata ku.
"Wahhh ibu gk biasanya masak banyak kaya ginih" kata adik ku yang langsung duduk di sebelah ayah.
"Bukan ibu yang masak. Tuh kakak kamu" kata ibu ku.
"Kesambet apa kak mau masak kaya gini. Mau belajar jadi calon istri yang baik yah" kata adik ku dengan asal.
"Minta aku getok pake panci yah ni anak" kata ku kesal.
"Ampun kak. Tapi, makasih yah kak udah dimasakin ini enak sumpah deh" jawab adik ku setelah berhasil mengunyah makanannya.
Sekolah
Masuk kelas menghadapi kenyataan pahit itu sudah menjadi kebiasaan. Owh iyah aku belum cerita. Aku menyukai teman sekelas ku namanya, Raka. Tapi dia menyukai sahabat baik ku, namun sahabat ku mengabaikannya karena dia sedang dekat dengan orang lain dan dia juga tahu kalau aku menyukai Raka.
Dulu memang aku dan Raka sangat dekat dikelas, tapi lama kelamaan dia mulai menjauh dari ku. Dia sangat ramah pada yang lain sementara pada diriku dia sangat acuh.
Dia selalu mengabaikan ku, apalagi jika aku sudah bersama sahabat ku dia akan benar benar mengabaikan ku dan mungkin menganggapku tidak ada.
"Rani sini" kata Linda, dia adalah sahabat ku.
Aku pun berjalan menuju meja tempat aku dan Linda duduk. Tiba tiba raka berjalan berlawanan arah dengan ku. Dia menatapku dengan sinis. Aku hanya bisa menunduk dan menahan sakit hati ini.
Aku tidak berbicara apa apa pada Linda. Aku hanya duduk termenung di bangku dan merenungkan nasib ku yang sangat menyedihkan ini.
"Hey, jangan ngelamun terus. Aku tau kok tadi si Raka sinis lagi kan" kata Linda.
Aku hanya menggangguk.
"Aku berusaha tidak peduli tapi tetap saja hati ini sakit" jawab ku."Owh ayolah jangan bersedih seperti itu" katanya.
"Andai saja aku seberuntung kamu lin" kata ku pada Linda dengan lesu.
"Udah ah mulai ngaco. Ayo keluar kelas dulu. Guru mapel pertama gak masuk. Cuman ngasih tugas. Ngerjainnya di tempat biasa aja hayuk" kata Linda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED [ON GOING]
Teen Fiction"Oke yang keluar nomor 23" kata vina. "Oke nomor 23 adalah raka. Tinggal ceweknya nihh" kata pak galih. 'Semoga jangan aku. Bisa bisa makin ambyar aja rasanya' ucap rani dalam hati "Nomor 26 pak" kata vina. "Lah itu mah cowok lagi. Coba sekali lag...