Doyoung Sahabatku

460 86 9
                                    

"Halo kenalin. Nama aku Doyoung Pradipta, aku biasa dipanggil Doyoung."

Begitulah pertama kali takdir mempertemukan Jeongwoo dengan sahabatnya. Di masa MPLS kelas sepuluh, mereka tergabung dalam satu kelompok.

Wajah cerah nan bersinar itu menghanyutkan perasaan hampa dan sepi, tergantikan hawa bahagia. Tubuhnya juga sangat terurus dan bersih, beda dengan dirinya. Beberapa tanda lama maupun tanda baru masih tercetak jelas. Begitulah yang dapat Jeongwoo nilai di awal pertemuannya dengan Doyoung.

"Heiii, namamu siapa?"lantunan suaranya menyadarkan Jeongwoo yang diam-diam larut dalam lamunannya.

"Eh-, aku Jeongwoo Daniswara. Kau bisa memanggilku Jeongwoo." dengan cepat Doyoung menarik tanganku dan menjabatnya.

"Kalau bergitu sekarang kita berteman." senyum tulus Doyoung membuat Jeongwoo ingin menangis, menangis bahagia.

"Kau kenapa?" tanya Doyoung bingung memperhatikan Jeongwoo.

"Aku gak papa."

"Kalau sudah berteman tak perlu disembunyikan, kau bisa cerita padaku kapan saja saat kau ingin." Jeongwoo menganggukkan kepala menandakan paham akan maksud Doyoung.

"Bolehkah kita bertukar nomor? Mengingat kita satu kelompok. Terkadang aku lupa apa yang harus dipersiapkan." seru Doyoung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Doyoung dan Jeongwoo mengeluarkan masing-masing ponsel mereka dari sakunya.

"Ehem Jeongwoo, bolehkah aku bertanya?"

"Iya silahkan."

"Mungkin ini terlalu dini untuk ditanyakan, tapi aku sungguh ingin tau."

"Iya santai saja, tak perlu terlalu sopan. Kita sudah berteman."

Doyoung berpikir sejenak, apakah pantas pertanyaan ini dilontarkan untuk teman barunya. Namun rasa penasaran yang menjalarinya memantapkan niatnya.

"Aku melihat beberapa luka di bagian lenganmu. Luka apakah itu?" Jeongwoo menurunkan dan menyembunyikan perlahan lengannya di bawah meja kantin, tak ingin menjadi perhatian lebih.

"Aku terjatuh berulang kali saat belajar naik sepeda." hanya itulah yang dapat Jeongwoo lontarkan saat ini.

"Oh, itu pasti sangat sakit." Doyoung meringis membayangkan.

"Waktu istirahat sebentar lagi habis, ayo kita segera ke lapangan." Jeongwoo berusaha mengalihkan pembicaraan agar Doyoung tak lebih banyak bertanya mengenai dirinya.

"Oh iya. Ayoo." Doyoung memacu jalannya karena jarak yang lumayan jauh, Jeongwoo hanya tersenyum kecil melihat tingkah teman barunya ini.

"Jeongwoo.. Jeongwoo.." Doyoung mendapati teman barunya tidak berada di sampingnya, dibaliknya tubuhnya menghadap ke belakang. Jeongwoo berlari kecil datang ke hadapannya.

"Kau sangat bersemangat, aku sampai tertinggal."

"He, aku cuma ingin MPLS ini cepat selesai, setelahnya aku bisa resmi belajar di sini sebagai siswa kelas sepuluh." kekeh Doyoung.

"Kau ini ada-ada saja, bukankah dengan mengikuti MPLS ini kita sudah resmi menjadi siswa sekolah ini."

"Menurutku beda, dinyatakan resmi jika sudah benar-benar mengenyam pelajaran di sini."

"Ya sudah, terserah kau saja."

Begitulah Doyoung, memiliki ambisi dalam hidupnya, setidaknya itu bagus. Jadi dia tidak perlu pesimis dan tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Melihat kepribadian itu membuat Jeongwoo naik satu tingkat rasa semangatnya.

SimfoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang