Jeongwoo berhenti di sebuah bangunan yang terbilang cukup megah, matanya kian kemari menelisik bangunan tersebut. Mengobservasi setiap titik-titik sudutnya. Warna putih yang dominan membuat bangunan tersebut terlihat lebih elegan, tiang-tiang tinggi yang mencuar dan desain yang begitu apik menambah kemegahan bangunan tersebut.
"Wah, apa benar aku bersekolah di sini?" semburat kebingungan terpancar di wajahnya.
"Pasti sekolah di sini sangat mahal, beda dengan sekolahku yang dulu." pancaran sinar kekaguman membuat Jeongwoo betah menelisik.
TINNNNN.
Klakson motor menghentikan kekaguman Jeongwoo, Jeongwoo berjengit kaget dan memberi jalan.
"Mau aku tabrak?" lontaran dari sang pemilik motor.
"Maaf Haruto."
"Dasar norak!"
"Haruto, kita barengan ya masuknya. Aku belum kenal siapa-siapa di sini."
"Ogah, emangnya kau siapa? Aku gak kenal tuh." Haruto melajukan kembali motornya ke parkiran.
"Sabar Jeongwoo, kau sudah terbiasa kan diperlakukan seperti itu di rumah? Jadi untuk apa kau sedih?" Jeongwoo berusaha menguatkan diri.
"Ya sudah aku masuk saja, pasti di dalam sana juga banyak orang yang sepertiku. Sama-sama tidak punya teman."
Jeongwoo melangkahkan kakinya dengan sedikit enggan, lalu lalang siswa siswi baru yang ikut masuk dengan mengenakan barang yang masih baru dan bagus, membuat Jeongwoo menyadari dirinya yang mungkin tidak begitu pantas berada di sini.
"Kenapa ayah menyekolahkanku di sini? Pasti sangat mahal. Sepulang sekolah nanti aku harus mencoba mencari kerja. Aku tak mau membebani ayah terlalu banyak." Jeongwoo larut dalam pikirannya tanpa sadar dia menabrak keras seseorang.
ARGHHH..
Seorang siswa terhuyung ke belakang akibat bertabrakan dengan Jeongwoo.
"Ma-maaf. Aku benar-benar tidak sengaja."
"Kau itu liat tidak sih ada orang lagi berdiri di sini?" tanya siswa itu kesal.
"Ma-maaf kak." Jeongwoo mengulurkan tangannya niat meminta maaf, tapi yang didapatnya hanyalah tatapan jijik.
"Kau anak baru?" tanya siswa yang lain.
"I-iya kak."
"Kau beneran sekolah di sini?" tanya ulang siswa tersebut.
"Iya kak."
"Kau tak salah masuk kan? Bagaimana bisa orang sepertimu sekolah di sini?" Kedua siswa tersebut memandangi Jeongwoo dari atas hingga bawah, Jeongwoo hanya menunduk menatap sepatunya yang lusuh.
"Sudah mendingan kau pulang sana! Jangan mimpi. Pintu keluar ada di sebelah sana!" kedua siswa tersebut mengusir Jeongwoo.
"Tapi kak, namaku tertera pada papan pengumuman di nomor urut dua." Jeongwoo berusaha meyakinkan.
"Siapa namamu?"
"Jeongwoo Daniswara." kedua siswa tersebut mengecek nama Jeongwoo di kertas yang dipegangnya sedari tadi, dan benar tertera nama Jeongwoo di sana.
"Ya sudah cepat sana, yang lain sudah berada di aula. Kau ini lelet sekali, baru dihari pertama sudah terlambat."
"Maaf kak. Oh ya, aulanya ada di mana kak?"
"Kau punya mata, kaki dan mulut kan?" Jeongwoo mengangguk.
"Sana cari sendiri!"
Sungguh, Jeongwoo harus lebih tenang dan bersabar menghadapi kedua kakak kelasnya ini , yang ternyata anggota Osis dan juga panitia MPLS jika dilihat dari syal di lengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni
Fanfiction❝Simfoni terdengar indah karena terciptanya dari perbedaan. Begitu pula dengan kehidupan.❞ Book ini ditulis dengan tujuan self healing