"Nak sini." seorang lelaki paruh baya memanggil anak laki-lakinya yang saat itu masih menginjak bangku sekolah menengah pertama, awalnya dia terlalu sibuk dengan fokusnya yang sedang menonton TV.
"Kenapa pa?" hirau bocah tersebut mendekat.
"Kau sekarang tak perlu main sendiri lagi. Kau sekarang punya teman main." sosok bocah laki-laki yang sedari tadi bersembunyi di balik tubuh lelaki paruh baya itu menampakkan diri.
"Kenalin nak, ini saudaramu." tutur lelaki tersebut ke anaknya.
"Jeongwoo kenalin, dia Haruto, kakakmu." Ke dua bocah laki-laki tersebut belum bisa mencerna sepenuhnya kata-kata yang terlontar.
"Kenapa selama ini aku tidak tau kalau aku mempunyai saudara?" Haruto kecil bingung.
"Iya maaf, selama ini papa belum bisa cerita. Jeongwoo adalah anak papa dari ibumu yang lain."
"Dan Jeongwoo, Haruto adalah anak papa dari ibumu juga, istri pertama papa."
PRANGGG
Gelas melesat dari tangan mama Haruto, dengan derai air mata mama Haruto mendekati suaminya, dengan tatapan nyalang diraihnya kerah baju milik suaminya tersebut.
"Kau..."
"Kau..." sulit untuk melontarkan pertanyaan, lidahnya terasa kelu.
"Maaf."
"Bisa-bisanya kau!" suara getir menyapa telinga Jeongwoo dan Haruto yang terdiam, tak tau harus berbuat apa.
Mama Haruto melepaskan cengkramannya, meremas bajunya, dadanya begitu sakit, seperti di sayat sembilu.
"Sejak kapan?" tanya wanita paruh baya tersebut dengan napas yang memburu.
"Mari kita bicarakan baik-baik. Sekarang kau duduk dulu. Haruto ajak adikmu ke kamar."
"Kenapa pa? Aku masih mau di sini."
"Tolong nak, ini pembicaraan antar orang dewasa. Sekarang kau ajak Jeongwoo main di kamar."
"Baik pa." Haruto mengajak Jeongwoo ke kamarnya, namun Jeongwoo masih terdiam membisu, terlalu canggung berada di situasi yang rumit seperti ini.
"Jeongwoo, ayo ikut kakakmu ke kamar." Papa Haruto mendorong punggung Jeongwoo untuk mengikuti Haruto, Jeongwoo menuruti dengan langkah yang canggung.
"Nah kau tunggu dulu di sini." titah Haruto sesampainya di kamar.
"Tapi Ka-" Jeongwoo bingung harus memanggil Haruto apa.
"Aku mau ambil minum dulu, kau jangan ke mana-mana, atau kau akan ku pukul." tuntut Haruto agar Jeongwoo tetap berdiam di kamar miliknya.
"Ba-, baik." Jeongwoo lebih memilih menuruti.
Segalanya begitu asing bagi Jeongwoo, ingin rasanya dia kembali ke tempatnya, panti asuhan. Semenjak ibunya meninggal tetangganya lebih memilih menitipkan Jeongwoo ke panti asuhan, karena tidak tau harus menghubungi keluarganya yang mana. Tetangganya tidak pernah tau ataupun melihat sekilas keluarga dari ibunya datang berkunjung.
Haruto keluar dan menutup pintu kamarnya, dia berjinjit dan mengendap-endap, dia hanya beralasan untuk mengambil minum. Tujuan utamanya adalah mencuri dengar percakapan kedua orang dewasa tersebut.
"Jadi sejak kapan?" masih dengan isak tangis mamanya, Haruto bisa mendengar dengan jelas.
"Sejak aku pergi kerja keluar kota, disitu aku bertemu kembali dengan orang yang aku cintai selama masa sekolah."
"Kenapa bisa?"
"Aku tanpa sengaja bertemu dengannya, aku dulu tinggal lama di kota itu sebelum pindah kemari.
![](https://img.wattpad.com/cover/272355428-288-k819086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni
Fanfiction❝Simfoni terdengar indah karena terciptanya dari perbedaan. Begitu pula dengan kehidupan.❞ Book ini ditulis dengan tujuan self healing