Sempurna

338 60 17
                                    

Dentang jam dan alunan musik klasik menemani Doyoung dan Jeongwoo yang sedang berada di ruang tamu. Waktu menunjukkan hampir tengah hari, namun mereka masih sibuk dengan goresan masing-masing di kertasnya. Sesekali mereka memejamkan mata dan menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Dihari libur Doyoung dan Jeongwoo tetap belajar meskipun jadwal ujian kenaikan kelas masih dua bulan lagi.

"Gimana? Udah dapat jawabannya?" tanya Doyoung yang mengalihkan atensinya ke Jeongwoo.

"Belum."

"Eh Jeongwoo, hidungmu berdarah." Jeongwoo mengeluarkan tisu dari tasnya, menariknya dengan tergesa. Bau anyir tercium melalui indranya.

"Kau kenapa? Kau sakit?" tanya Doyoung memasang raut cemas.

"Tidak papa, ini sudah biasa. Palingan cuma kecapekan. Nanti kalau sudah istirahat juga pasti hilang."terang Jeongwoo.

"Kalau begitu kita sudahi saja, kau perlu istirahat."

"Akh jangan, aku baik-baik saja. Lagian aku juga tak enak jikalau harus izin lagi dengan bang Hyunsuk di lain hari."

"Tapi kau-,."

"Tak papa Doyoung, kau tak perlu khawatir." tutur Jeongwoo menenangkan.

"Baiklah, kalau begitu biar aku saja yang cari jawabannya. Kau istirahatlah. Apa kau mau istirahat di kamarku?"

"Tidak perlu, di sini sudah cukup."

Detik-detik berikutnya Doyoung kembali menggoreskan tintanya di kertas. Jeongwoo memejamkan matanya sejenak, tubuhnya bertumpu pada kursi di belakangnya. Derap langkah terdengar mendekati area ruang tamu.

"Kau ini kebiasaan. Main terus!" lontaran tersebut menyapa indera pendengaran Jeongwoo, Jeongwoo membuka kembali matanya dan menegapkan posisi badannya.

"Kau tak liat aku sedang apa!" Doyoung naik pitam.

"Terserah, bukan urusanku. Yang jelas kalau nilai kau turun seperti semester lalu, papa bakalan marah dan gak segan-segan akan memukulmu. Aku cuma mau kau ingat." sosok tersebut mengundang atensi Jeongwoo. Sosok tersebut menangkap keberadaan Jeongwoo.

"Eh ini orang yang buat kau dimarahi papa kan? Ternyata kau malah temenan sama dia." terdengar suara tawa remeh memenuhi ruang tamu.

"Sudah pergi sana! Kau menggangguku saja Kak!"  Doyoung mengusir sosok tersebut, takut akan lebih banyak bicara lagi dan membuat Jeongwoo lebih banyak bertanya.

"Eh, kata temenku, aku keliatan gendut ya?" tanya sosok tersebut dengan nada bicara yang berbeda.

"Iya, kau gendut! Kau terlalu banyak makan!" wajah puas dari Doyoung terpancar jelas.

"Padahal aku sudah diet. Apalagi ini jerawat dimukaku mulai muncul satu persatu. Aku harus gimana lagi." sosok tersebut berbicara dengan nada sedih dan melangkah menuju ke kamarnya.

"Rasakan pembalasanku Jaehyuk." Doyoung tersenyum sumringah.

"Itu siapa Doyoung?" Jeongwoo membuka suara setelah perdebatan antara dua manusia tadi.

"Dia Kakakku."

"Kalian sama-sama soft."

"Tidak, aku tak setuju. Aku berbeda dengannya. Aku juga tau kalau kakakku yang mengusirmu dihari pertama MPLS."

"Bagaimana kau tau?"

"Aku tak sengaja melihatnya."

"Doyoung aku mau tanya."

"Silahkan."

"Apa benar yang dikatakan kakakmu kalau akulah penyebab kau dimarahi?"

"E-eh, tidak. Tidak ada hubunganya sama sekali." Doyoung gugup.

SimfoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang