“Bagiku, tidak ada yang lebih mengejutkan dari kehadiranmu. Dan kurasa, aku memang sudah terjebak dalam warna kelabu hidupmu.”
—Keyna Vanillaisya
🌦️🌦️🌦️
Kring!!!
Bel panjang berbunyi nyaring, tandanya sekolah telah usai. Koridor yang senyap, langsung berubah ramai dalam sekejap saja. Langit tampak sangat cerah, sehingga acara pulang berjalan dengan lancar.
Kelas XI IPA I sepertinya akan pulang lambat hari ini. Sebab guru yang mengajar tengah di landa mood yang buruk. Salahkan Riko yang sedari tadi membuat Bu Yuna kesal. Sehingga semuanya kena imbasnya di omel hingga detik-detik bel akan berbunyi.
“Kamu dengar kan, Riko?! Sekali lagi kamu bertingkah seperti ini, orang tua kamu akan saya panggil!” omel Bu Yuna dengan wajah yang masih saja jengkel.
“Iya, Bu,” sahut Riko tampak tidak merasa bersalah.
“Ya sudah, kalau begitu ibu permisi. Ingat itu, Riko!” Bu Yuna melotot pada siswanya satu itu. Guru muda ini menghela nafas, lantas segera keluar dari kelas.
“Galak banget sih!” sungut Riko.
Vika yang duduk di samping Riko langsung menoyor kepala cowok itu kencang. “Kalau nggak ada akhlak dari lahir nggak usah banyak bacot! Acara pulang gue terganggu karena lo, sialan!” Vika bersungut-sungut jengkel.
Riko mendesis kesal. “Gurunya aja tuh yang baperan,” katanya dengan santai. “Ah udahlah, gue mau mojok!” serunya seraya bangkit.
“Dih! Pendek kayak lo sok-sokan mau mojok. Malu sama ranting yang panjang!”
Riko membalik badan, kembali mendekat dan menoyor kepala Vika gantian. “Mulus banget otak lu!” sungutnya geleng-geleng kepala. “Gue doain anu lo kecil!” ucapnya tanpa sungkan, kemudian langsung berlari saat Vika sudah mengambil ancang-ang melempar kursi.
“Bye cecan-cecan gue!” teriak Riko bersama dengan tubuh yang menghilang di balik pintu yang terbuka.
“Cowok kayak Riko kalau lu ladeni ya makin jadi,” sambar Keyra yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan ambigu mereka bersama Nadin.
“Bener tuh! Apaan yang kecil coba? Memangnya lo punya apa, Vi?” tanya Nadin.
“Bukan apa-apa!” Vika mengibaskan tangannya di udara, kemudian merangkul kedua sahabatnya untuk pulang bersama. “Ngemal yok, guys! Bh gue udah kekecilan nih!”
“Vika, ih!!” seru Keyra dan Nadin bersama. Tak habis pikir dengan mulut lost sahabat mereka satu itu. Terlebih, saat ini mereka tengah melewati beberapa siswa yang berkumpul di tangga.
“Nggak usah sok polos kalian!” cibir Vika santai. Matanya melotot pada gerombolan cowok yang menatap mereka bertiga. “Ayok udah gass!” ia tarik Keyra dan Nadin agar segera melangkah menjauh dari cowok-cowok yang duduk di tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Teen FictionHappy Reading, Gezz!🧚💗 *** "Hujan akan selalu memberi kenangan di tiap genangan." Pertemuan pertama mereka kala itu, tidak begitu membekas dalam memori. Sehingga, saat mereka bertemu kembali, mereka bersikap selayaknya orang asing. Pertanyaan yang...