Chapter 10. Di Balik Hujan

24 8 3
                                    

“Hujan itu baik, dia datang untuk meredam suara tangismu.”

Pluviophile

Pluviophile

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌦🌦🌦


Malam ini, Keyra menginjakkan kakinya ke Cafe Distory—tempat acara peresmian yang ia katakan siang tadi. Keyra menggunakan rok pink dan baju kaos berwarna putih, syukurnya ia menggunakan style santai dan pas dengan suasana kafe ini.

Keyra hanya sendirian datang kesini, Vika dan Nadin punya kesibukan sehingga tidak jadi ikut. Kebetulan juga, Rafan sudah berangkat duluan.

“Ra, di sini!”

Keyra cari asal suara di tengah-tengah kerumunan. Senyumnya merekah saat melihat Rafan dan dua teman satu bandnya duduk di salah satu sofa. Keyra mendekat, dan langsung duduk di samping Rafan.

“Belum mulai kan acaranya?” tanya Keyra.

“Hampir mulai sih,” jawab Rafan.

“Syukur deh gue nggak telat, tadi macet banget tau.”

“Jalanan nggak kenal longgar, Ra. Jakarta anti sepi-sepi club,” seloroh Bian.

Benar, Jakarta tidak pernah lepas dari yang namanya kemacetan dan polusi udara. Jalanan selalu penuh, kafe-kafe bahkan kedai pinggir jalan tidak pernah sepi pengunjung walau bukan malam weekend.

“Mewah banget tau kafenya. Kalian pasti di bayar mahal,” ujar Keyra dengan suara yang sedikit kecil pada akhir kalimatnya. Ia terkagum-kagum melihat isi kafe ini, dari luar saja sudah terlihat mewah.

“Makanya, ikutan dong, Ra,” ajak Dino.

“Suara gue lagi nggak bagus, No. Lagian kan, cuman kalian yang di minta buat ngisi acara,” jawab Keyra.

“Kita satu band, Ra. Jika kita kami, lo juga pasti ikutlah,” balas Rafan.

“Iya bener! Lo harus ikutan, Ra,” timpal Bian ikut merayu.

Keyra menyengir sembari menggeleng. “Malas ah gue. Lain kali aja. Lagian, gue juga lagi malas ngeluarin suara emas gue. Sayang,” katanya dengan pongah.

“Dih,” Rafan nyinyir.

“Tapi serius deh, guys, gue lagi males banget ikut ngeband.”

“Rugi banget lo, Ra,” ucap Dino.

Acara sudah di mulai, sambutan hangat pemilik kafe terutara secara singkat. Acara pemotongan pita berjalan meriah dan bahagia. Sebagai pelengkapnya, Band Stranger mulai memetik suara gitar dan mulai indah kala suara drum serta halusnya suara Rafan terdengar.

Keyra sangat menyukai melihat mereka tampil seperti ini. Walau Dino dan Bian bukan teman dekatnya Rafan, tapi Rafan mampu bersikap selayaknya berteman dengan Bagas dan Vino. Mungkin karena itu juga Keyra merasa nyaman berteman dengan Rafan selama dua tahun ini.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang