Hola, selamat datang di chapter pertama cerita tentang bungsu Altezza.Sebelum membaca, vote dulu yuk💗👑 udah? Terima kasih😊🥰❤️👑
Happy Reading🤗🌈👑💗💗
***“Seharusnya, rasa ini tidak hadir dalam hati. Dari awal, perasaan ini sudah salah, sehingga akhirnya luka pun hadiahnya.”
—Keyra Vanillaisya
Song - Kukira Kau Rumah-Amigdala cover by Satine Zaneta
🌦️🌦️🌦️
“RA!!! ASLI DAH LU KUDU LIAT POKOKNYA!!” teriak Nadin heboh dengan suara yang melebihi toa sekolah. Perempuan dengan rambut di ikat satu ini, menarik sang sahabat untuk segera melihat hal yang membuatnya heboh seperti ini.“Apaan sih, Nad? Bikin resah jiwa aja lo,” cibir Keyra sambil mendengkus—namun tetap saja ia mengikuti langkah sobat karibnya ini menuju lapangan sekolah.
Nadin menerobos kumpulan siswi yang tengah mengelilingi lapangan, kemudian cewek itu memosisikan Keyra berada di paling depan. “Tuh liat! Cowok yang lo suka nembak adek kelas! Gila banget sih Dipta, udah tau lo suka sama dia, masih saja tuh cowok berani motekin hati lo!” omel Nadin berapi-api.
Keyra terbungkam, lantas tawanya hadir dengan miris. Ia tatap dengan saksama di mana Dipta—cowok seangkatannya tengah mengutarakan perasaan terhadap adik kelas—di hadapan semua orang dengan lantang. Bahkan, saat adik kelas dengan rambut di gerai itu menjawab ya, Dipta tampak begitu senang sampai-sampai memekik keras.
“OY DIPTA!! ANJIRLAH BIJI CROCODILE!!” teriak Nadin kencang hingga membuat suasana senyap seketika.
Keyra mendengkus, kemudian berjalan mendekat bersama dengan Nadin di sampingnya. “PJ, dong! Traktir makanan satu restoran ya,” imbuh Keyra ringan.
“Ih, Ra! Seharusnya lo marah, dong! Cowok ini udah mempermainkan perasaan sutera lo! Tampar kek!” ucap Nadin kompor.
“Untuk apa?” tanya Keyra sambil menatap sang sahabat dengan santai. “Toh, dia bukan siapa-siapa gue, kan?” ucapnya sambil menggidik bahu ringan.
“Ra, gue suka sama Kirana. Dan lo ... gue nggak ada perasaan apa-apa sama lo,” tutur Dipta dengan raut bersalah. Di sisi tubuhnya, ada genggaman tangan erat yang tak mampu terpisahkan bahkan oleh apapun itu.
“Thanks udah jujur. Seharusnya dari awal, kan? Kenapa baru sekarang lo bilang kalau lo nggak punya perasaan apa-apa sama gue? Anjing banget sih lo!” Keyra mulai terselibat emosi akibat perkataan yang baru saja di ucapkan oleh Dipta. Padahal, ia sangat berharap kalem saat hatinya sudah patah seperti ini.
“Gue nggak mau ngelukai perasaan lo. Kita temenan, Ra. Dan gue nggak mau pertemanan kita rusak karena gue bilang kalau gue nggak suka sama lo,” jelas Dipta lagi.
Keyra mengalihkan pandang, mencegah bulir air mata jatuh dari pelupuk mata. “Iya, gue yang salah karena udah naruh perasaan dan harapan sama lo. Seharusnya, perasaan ini memang nggak ada sebelumnya,” imbuhnya dengan dada yang terasa sesak. Keyra enggan memperpanjang, sehingga lebih baik ia menyimpan saja unek-unek ini dalam dirinya sendiri.
Nadin berkacak pinggang, menoyor pelan kepala sang sahabat dengan gemas. “Ngapain lo mau mewek?! Udah deh, Ra, cowok kayak Dipta nggak cocok buat lo tangisi,” kata Nadin kesal.
“Ihh! Ngapain lo noyor gue segala, sih? Gue sedih, nih!” adunya mengerucutkan bibir. Kemudian, ia alihkan kembali perhatiannya pada Dipta, lalu melepas kalung yang berada di lehernya saat ini lalu melemparkannya ke arah pacar baru Dipta. “Pake tuh! Udah bekas,” ucapnya lalu menyelenggang pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Подростковая литератураHappy Reading, Gezz!🧚💗 *** "Hujan akan selalu memberi kenangan di tiap genangan." Pertemuan pertama mereka kala itu, tidak begitu membekas dalam memori. Sehingga, saat mereka bertemu kembali, mereka bersikap selayaknya orang asing. Pertanyaan yang...